DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Pengalaman Saya Solat di Masjid Kobe, Masjid Tertua di Jepang

image
Masjid Kobe, masjid tertua di Jepang.

ORBITINDONESIA.COM - Azan ashar di Kobe Muslim Mosque baru saja selesai berkumandang. Seorang imam berkebangsaan Jepang memimpin kami sholat ashar.

Suaranya merdu, dan masih terdengar aksen Jepangnya. Makmumnya berjumlah 50 orang, sesuatu hal yang mengejutkan saya, karena Islam di Jepang adalah agama minoritas, kurang dari 2 persen.

Bangunan khas Eropa, tapi dihiasi dengan ornament-ornamen Timur Tengah mampu menampung 200 jamaah, terletak di pusat kota Kobe, kitano-cho yang merupakan daerah untuk expatriat di Jepang. 

Baca Juga: AIPF 2023 Dibuka, Dirut BRI Ungkap Inovasi Pemberdayaan UMKM

Makmumnya berasal dari berbagai bangsa dan warna kulit, tapi disatukan untuk sholat berjamaah di masjid ini.

Miyuki dan Hatomo mengantarkan saya ke masjid ini, karena mereka tahu kalau saya seorang muslim dan ingin menunjukkan bahwa Jepang juga memiliki masjid dan menghargai agama yang lain.

Kobe Muslim Mosque adalah masjid tertua di Jepang dibangun di tahun 1928 dan mulai digunakan tahun 1935. Selamat dari serangan udara dan gempa Hanshin tahun 1995. Sebuah masjid dengan bangunan model Timur Tengah.

Saya berada di Jepang untuk mengikuti pertukaran mahasiswa dan konferensi mahasiswa internasional ke-43. Dalam konferensi tersebut terdapat forum diskusi dan juga mengunjungi universitas Kobe.

Baca Juga: Mengenal Prinsip The ASEAN Way dalam KTT ke-43 ASEAN Dalam Menjaga Perdamaian dan Stabilitas Asia Tenggara

Universitas yang cukup besar dengan gedung-gedung yang cantik. Saya stay di rumah Miyuki dan oleh Miyuki ditunjukkan budaya Jepang tapi sekaligus mereka menghargai saya dengan mengajak saya ke mesjid ini.

Well, sebelumnya Miyuki dan beberapa teman sudah pernah ke Indonesia untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa yang diselenggarakan oleh ISAFIS, kali ini saya dan beberapa teman ISAFIS yang ke Jepang.

ISAFIS setiap tahun mengadakan Pertukaran mahasiswa dari berbagai negara. Acaranya berupa tur Jawa Bali. Di dalamnya ada Forum Diskusi dengan pihak pemerintah dan Universitas Negeri.

Tak lupa juga mengunjungi tempat-tempat wisata. Beberapa dari peserta sempat stay di rumah saya. Saya memperlihatkan keragaman kehidupan sehari-hari orang Indonesia kepada mereka, baik makanan, transportasi juga ibadah.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Gubernur Lampung Arinal Djunaidi Dipanggil KPK berkaitan Laporan Harta Kekayaan

Saya masuk ISAFIS tahun 1993. Saya senang masuk ISAFIS karena jadi punya banyak teman dari berbagai universitas. Meski sekarang sudah menjadi alumni, sampai sekarang kami masih berhubungan baik seperti layaknya saudara.

Banyak dari teman-teman dan alumni ISAFIS kuliah Fakultas FISIP sehingga pembicaraan berkisar pada hal-hal yang berbau politik, sedangkan saya kuliah di jurusan Ekonomi Manajemen Perusahaan.

Tetapi hal itu tidak menjadi masalah buat saya, karena dengan begitu saya jadi tahu politik dan perbedaan aliran politik.

(Oleh: Mamah "Ray" Rayasih, alumni ISAFIS) ***

Berita Terkait