DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Sekjen NATO Jens Stoltenberg: Pembicaraan Damai Ukraina dan Rusia Harus Adil Agar Berkelanjutan

image
Sekjen NATO Jens Stoltenberg saat Konferensi Pers

ORBITINDONESIA.COM - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg baru-baru ini memperingatkan bahwa setiap pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia harus "adil", agar berkelanjutan.

"Perdamaian tidak bisa berarti membekukan konflik dan menerima kesepakatan yang ditentukan oleh Rusia," kata Jens Stoltenberg kepada surat kabar Jerman Welt am Sontag, Minggu.

Jens Stoltenberg membuat komentar ini setelah Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan di Kyiv, "Perdamaian harus dicapai melalui diplomasi secepat mungkin."

Baca Juga: Waspada Polusi Udara, Berikut Tips Menjaga Diri dan Keluarga Dari Paparan Penyakit yang Ditimbulkan

Stoltenberg juga berkata, "Hanya Ukraina saja yang dapat menentukan kondisi yang dapat diterima" untuk perdamaian.

"Kita perlu memastikan bahwa ketika perang ini berakhir, ada kesepakatan yang kredibel untuk keamanan Ukraina, sehingga Rusia tidak dapat mempersenjatai kembali dan menyerang lagi dan siklus agresi Rusia diputus," kata Stoltenberg.

Para pemimpin dari tujuh negara Afrika mengunjungi Ukraina dan Rusia pekan lalu untuk mengusulkan prakarsa perdamaian. Namun, mereka pergi dengan tangan kosong. Baik Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin menolak rencana perdamaian tersebut.

Putin menolak rencana berdasarkan penerimaan perbatasan Ukraina yang diakui secara internasional. Sementara Zelenskyy mengatakan, setiap pembicaraan damai akan mensyaratkan penarikan pasukan Moskow dari wilayah Ukraina yang diduduki.

Baca Juga: Menyambut Hari Raya Idul Adha 2023, Catat Inilah 3 Golongan Orang yang Berhak Menerima Daging Kurban

Setelah kunjungan mereka di Kyiv, delegasi Afrika bertemu dengan Putin dan memberitahunya bahwa perang merugikan seluruh dunia. Delegasi Afrika termasuk perwakilan dari Komoro, Republik Kongo, Mesir, Senegal, Afrika Selatan, Uganda dan Zambia.

Rusia baru-baru ini mengindikasikan tidak akan memperbarui Black See Grain Initiative yang ditengahi oleh PBB dan Turki, Juli lalu. Putin mengatakan, Barat telah mengingkari janjinya untuk meringankan kemampuan Rusia mengekspor produk pertaniannya.***

Berita Terkait