DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kunjungi Kanada dengan Kursi Roda, Paus Fransiskus Minta Maaf terkait Genosida terhadap Anak-Anak Asrama

image
Paus Fransiskus menyalami masyarakat dalam kunjungannya ke Kanada untuk meminta maaf terkait peristiwa genosida budaya terhadap anak-anak asrama.

ORBITINDONESIA - Paus Fransiskus melakukan kunjungan resmi di Kanada, Minggu, 24 Juli 2022 dengan misi meminta maaf atas nama Gereja Katolik Roma terkait kekerasan yang dialami oleh anak-anak pribumi dalam sekolah asrama beberapa dekade lalu.

"Ini adalah perjalanan penebusan dosa. Itulah tujuannya," kata Paus Fransiskus, dikutip dari Reuters, Senin, 25 Juli 2022.

Rombongan yang bersama Paus Fransiskus mendarat di Edmonton, Alberta, Kanada dan mereka langsung mengunjungi bekas sekolah asrama. Di sana, rombongan juga menjumpai masyarakat adat pada hari Senin. Di antara mereka juga terdapat para penyintas peristiwa kekerasan dalam sekolah asrama serta keluarga korban.

Baca Juga: Hasil Liga 1: Sani Rizky Gagalkan Kemenangan Persib Bandung

Paus Fransiskus dan rombongannya juga mengunjungi Kota Quebec dan Iqaluit, ibu kota wilayah Nunavut. Mereka akan berangkat pada hari Jumat.

Sebagai informasi, antara tahun 1881 dan 1996 dilaporkan lebih dari 150.000 anak pribumi di kanada dipisahkan secara paksa dari keluarganya. Mereka dibawa ke sekolah asrama yang dikelola oleh Gereja Katolik Roma.

Diduga, anak-anak tersebut menjalani asimilasi budaya.

Baca Juga: Yang Tersembunyi di Bulan Suro, yang Dianggap Keramat dan Sakral

Tidak hanya itu, berdasarkan laporan, banyak anak-anak asrama mengalami kelaparan, dipukuli, dan dilecehkan secara seksual secara sistematis.

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Kanada mengatakan bahwa peristiwa tersebut sebagai sebuh genosida budaya.

Pesawat kepausan meluncur dengan bendera Kanada dan Vatikan berkibar di luar jendela kokpit. Setelah turun dengan bantuan lift, paus menaiki Fiat 500X putih, dan menurunkanny di hanggar. Paus Fransiskus kemudian turun dari kendaraan dengan menggunakan kursi roda.

Gubernur Jenderal Mary Simon, yang mewakili kepala negara Kanada, Ratu Elizabeth, adalah orang pertama yang menyambut paus, diikuti Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

Baca Juga: 4 Manfaat yang Bisa Anda Temukan ketika Menyendiri, Salah Satunya Membuat Bahagia

RoseAnne Archibald, pimpinan Assembly of First Nations (AFN) yang ikut menyambut kehadiran Paus Fransiskus mengritik bahwa kunjungan tersebut tidak murni untuk meminta maaf kepada penyintas dan keluarga anak-anak korban genosida yang dimotori oleh gereja.

Menurutnya, paus memiliki misi lain yakni mempromosikan gagasan-gagsan gereja dan penggalangan dana.

"Kami tidak merasa bahwa ini tentang korban selamat dari sekolah asrama. Ini lebih tentang gereja yang mempromosikan ide gereja dan penggalangan dana untuk gereja," tuturnya.

Baca Juga: Baim Wong dan Paula Verhoeven Daftarkan Citayam Fashion Week jadi Kekayaan Intelektual

AFN kerap mengkritisi gereja yang dianggap kuno dan mengesampingkan peran perempuan dalam kepemimpinan gereja.

Para pemimpin Kanada telah mengetahui tentang banyaknya jumlah anak-anak yang meninggal dalam sekolah-sekolah asrama sejak tahun 1907.

Masalah tersebut mencuat ke permukaan setelah ditemukannya kuburan tak bertanda yang mencurigakan di dekat bekas lokasi sekolah asrama gereja Katolik. Kuburan tersebut berisi jasad anak-anak asrama yang tewas selama menjalani asimilasi paksa.

Baca Juga: Tips Sehat: Manfaat Minum Air Putih Hangat di Pagi Hari

Mendapat banyak kecaman dan protes yang berasal dari masyarakat Kanada atas temuan tersebut, paus meminta maaf atas nama gereja Katolik.

Namun, para penyintas dan pemimpin adat mengatakan bahwa mereka menginginkan lebih dari sekedar permintaan maaf.

Di antara para penyintas dan keluarga korban banyak yang menyerukan adanya kompensasi atau ganti rugi finansial, pengembalian warisan masyarakat, membuka catatan sekolah asrama yang melakukan kekerasan terhadap anak, hingga menuntut penindakan tegas terhadap para pelaku yang hingga kini belum jelas penanganannya.***

Berita Terkait