DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Waduh, Studi Menunjukan Polusi Udara Memangkas Angka Harapan Hidup hingga Lima Tahun di Asia Selatan

image
Penelitian EPIC Menunjukan Bahwa Angka Harapan Hidup Penduduk Asia Selatan Berkurang Hingga 5 Tahun Akibat Polusi Udara

ORBITINDONESIA.COM - Institut Kebijakan Energi Universitas Chicago (EPIC) baru-baru ini membuat penelitian tentang polusi udara di negara Asia Selatan.

Studi ini menunjukkan bahwa polusi udara yang dihasilkan dari negara-negara tersebut bisa memangkas angka harapan hidup hingga lima tahun secara global.

Asia Selatan merupakan wilayah yang memiliki udara paling tercemar di seluruh dunia pada saat ini dan itu sangat berbahaya bagi kesehatan.

Baca Juga: PSSI Rilis 24 Pemain Perkuat Timnas Indonesia Jelang Lawan Turkmenistan dalam FIFA Matchday

 

Polusi udara yang terus meningkat setiap harinya dapat memangkas angka harapan hidup setiap orang di Asia Selatan.

Hal tersebut didasari oleh penelitian yang menunjukan bahwa semakin besarnya beban udara berbahaya terhadap kesehatan.

Wilayah Asia Selatan mencakup negara-negara dengan tingkat polusi udara paling tinggi di dunia seperti Bangladesh, India, Nepal, dan Pakistan.

Baca Juga: Trending di Netflix, Inilah Sinopsis Drakor Behind Your Touch yang Dibintangi Member EXO Suho

Penelitian EPIC menunjukan bahwa setengah dari total tahun hidup yang dimiliki setiap orang di negara tersebut telah hilang akibat polusi udara yang memburuk.

Maksudnya adalah, jika umur rata-rata orang di negara tersebut adalah 70 tahun, maka orang tersebut diperkirakan hanya bisa hidup sampai umur 35 tahun saja.

Hal itu karena 35 tahun harapan hidup yang dimiliki oleh orang tersebut sudah hilang akibat polusi udara yang buruk di negara mereka.

Baca Juga: Lakukan Hal Ini untuk Menjaga Tubuh Tetap Sehat di Tengah Polusi Udara Jakarta dan Sekitarnya Semakin Memburuk

Laporan terbaru EPIC yang berisi Indeks Kualitas Hidup sudah diterbitkan secara resmi pada hari Selasa 29 Agustus 2023.

Pertumbuhan industri yang sangat pesat dan angka populasi yang terus meningkat setiap tahunnya dipercaya menjadi penyebab meningkatnya polusi udara di wilayah Asia Selatan.

Tingkat polusi partikulat yang ada di wilayah tersebut saat ini meningkat 50 persen dari yang terjadi di awal abad ini.

Baca Juga: Gempa Kuat yang Guncang Pulau Jawa dan Bali Diduga Berasal dari Lombok, Tidak Ada Korban Jiwa

 

Polusi udara yang meningkat membuat kualitas udaranya semakin buruk dan hal tersebut mengancam kesehatan yang lebih serius terhadap masyarakat di wilayah tersebut.

EPIC menggunakan bantuan satelit untuk membantu mereka melakukan penelitian dan menghitung dampak pencemaran udara di wilayah tersebut.

Penelitian mereka menunjukan bahwa Bangladesh pada saat ini menduduki urutan pertama sebagai negara paling berpolusi di dunia.

Baca Juga: Laga Klasik BRI Liga 1 Persija Jakarta Melawan Persib Bandung Digelar di Stadion Patriot Candrabhaga

Penduduk yang tinggal di Bangladesh sudah kehilangan 6,8 tahun harapan hidup mereka akibat kerusakan iklim yang terus berlanjut di negara tersebut.

Angka tersebut sangat jauh dibandingkan dengan Amerika Serikat yang hanya berkurang 3,6 bulan harapan hidup penduduk di negara mereka.

Penelitian ini didasari oleh partikel berbahaya yang terkandung dalam polusi udara di Bangladesh yang mengancam angka harapan hidup penduduk di negara tersebut.

Baca Juga: Ngeri! Kapten Newcastle United Jamaal Lascelles Dikeroyok Gunakan Botol dan Diancam akan Ditembak oleh Preman

Laporan EPIC juga menyebutkan bahwa sejak tahun 2013 lalu, India bertanggung jawab terhadap kenaikan polusi udara di dunia.

Polusi udara yang tercemar tersebut semakin memperpendek angka harapan hidup penduduk yang tinggal di wilayah yang lebih berpolusi di negara tersebut.

Di New Delhi contohnya, sebagai kota besar dengan kepadatan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya menjadikan kota tersebut menjadi kota paling tercemar di dunia saat ini.

Baca Juga: Prancis Terlalu Usil Mengurusi Cara Berbusana, Sampai Berencana Larang Abaya di Sekolah Negeri

Penelitian EPIC menunjukkan bahwa rata-rata angka harapan hidup setiap penduduk di New Delhi sudah berkurang hingga lebih dari sepuluh tahun.

EPIC melalui penelitian yang dibuat mereka menyarankan pemerintah di negara Asia Selatan untuk segera bertindak untuk mengurangi polusi udara di negara mereka.

Cara yang disarankan oleh EPIC adalah dengan mengurangi tingkat partikel udara yang merusak paru-paru atau yang biasa disebut sebagai PM 2.5.

Baca Juga: Hadiri Rapimnas JAMAN 2023 di Kota Cirebon, Jokowi Beri Apresiasi Kepada Pekerja Lapangan

Pengurangan PM 2.5 ke tingkat yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dipercaya bisa meningkatkan angka harapan hidup sebesar 2,3 tahun.

Angka harapan hidup setiap orang akan meningkat 2,3 tahun atau gabungan dari 17,8 miliar tahun harapan hidup secara keseluruhan.

Jika Pakistan mengikuti arahan yang dianjurkan oleh WHO dengan menekan konsentrasi PM 2.5 menjadi 5 mikrogram per meter kubik, itu akan merubah negara tersebut menjadi signifikan.

Baca Juga: Gunakan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Atasi Polusi Udara di Jakarta, Ini Cara Kerja Hujan Buatan

Rata-rata penduduk yang tinggal di negara Pakistan akan memperpanjang angka harapan hidup mereka sebanyak 3,9 tahun.

Sementara penduduk yang tinggal di Nepal akan memperpanjang angka harapan hidup mereka sebanyak 4,6 tahun jika mengikuti pedoman WHO.

Laporan EPIC menunjukan bahwa Tiongkok telah mengurangi polusi udara sebesar 42,3 persen dalam rentang waktu antara tahun 2013 hingga 2021.

Baca Juga: Spoiler Drakor Destined With You Episode 3 Lengkap dengan Link Nonton Streaming yang Harus Kamu Tahu

Penelitian tersebut menyoroti pentingnya peran pemerintah untuk mengeluarkan data kualitas udara di negara mereka yang bisa diakses secara umum.

Hal itu bertujuan agar bisa menjadi jembatan kesenjangan antar negara secara global dalam mengakses alat-alat yang digunakan untuk memerangi polusi udara.***

 

Berita Terkait