DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Gunakan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Atasi Polusi Udara di Jakarta, Ini Cara Kerja Hujan Buatan

image
Begini cara kerja hujan buatan hasil dari penggunaan teknologi modifikasi cuaca.

ORBITINDONESIA.COM – Pemerintah tengah menggunakan teknologi modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan demi mengatasi masalah polusi udara di Jakarta.

Penggunaan teknologi modifikasi cuaca yang dilakukan pemerintah pada hari Minggu, 27 Agustus 2023 pun dinilai sukses membuat polusi udara di Jakarta sedikit membaik.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Lalu, seperti apa cara kerja teknologi modifikasi cuaca yang mampu menurunkan hujan dan mampu sedikit mengatasi polusi udara di Jakarta tersebut?

Baca Juga: Punya Peran Tekan Polusi Udara di Jakarta dengan Hujan Buatan, Ini Sejarah Berdirinya BPPT di Indonesia

Dilansir dari situs resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), secara umum penggunaan teknologi modifikasi cuaca adalah merekayasa awan.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Cara kerja hujan buatan sendiri dengan memanfaatkan potensi awan hujan untuk mengurangi intensitas hujan di daerah target dengan menebarkan garam ke dalam awan tersebut.

Hal ini memungkinkan para peneliti dan ahli cuaca untuk memanipulasi hujan agar turun di tempat yang diinginkan, membantu mengatasi permasalahan polusi udara yang kerap terjadi di Jakarta.

Baca Juga: Dampak Polusi Udara di Jakarta, Penyakit Pernapasan Jadi Beban Tertinggi dalam Program JKN, Ini Detailnya

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Yang harus digarisbawahi, hujan buatan bukan berarti para ahli benar-benar membuat hujan, namun memodifikasi agar awan bisa menjadi hujan pada daerah dan waktu tertentu.

Untuk melaksanakan operasi hujan buatan, melibatkan kerjasama yang efektif antara berbagai lembaga penting.

Mulai dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) serta BPPT yang kini melebur menjadi BRIN.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Baca Juga: Hujan Buatan Tidak Optimal Atasi Polusi Udara di Jakarta, Pemerintah Akan Coba Semprot Air dari atas Gedung

BMKG memberikan data cuaca, informasi mengenai awan, dan arah angin yang diperlukan dalam proses modifikasi cuaca.

Sementara itu, TNI AU menyediakan pesawat dan armada yang digunakan dalam operasi hujan buatan.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Pilot pesawat Casa bekerja berdasarkan informasi dari radar cuaca BMKG untuk menaburkan muatan garam ke dalam awan hujan target.

Baca Juga: BRIN akan Turunkan Hujan Buatan dengan Operasi TMC untuk Kurangi Polusi Udara di Jakarta dan Sekitarnya

Dan dengan pesawat selalu diposisikan berada pada lokasi atau koordinat yang strategis antara arah angin dan awan hujan.

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Sedangkan peran BRIN dalam penggunaan teknologi modifikasi cuaca lebih pada aspek teknis pelaksanaannya.

Dalam penanggulangan bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dapat membiayai operasi hujan buatan dengan anggaran siap pakai kebencanaan.

Baca Juga: Ini Hasil Rapat Terbatas yang Dilakukan Presiden Jokowi Mengenai Polusi Udara di Jakarta yang Semakin Parah

Baca Juga: SEA Games 2023: Prediksi dan Link Streaming Indonesia Melawan Myanmar, Waktunya Raih Puncak Klasemen

Namun, wilayah yang terdampak harus mengumumkan status siaga darurat bencana terlebih dahulu.

Sementara itu, untuk operasi hujan buatan dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) biaya operasional dibiayai oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Tambahan biaya lainnya juga didapatkan melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan.

Baca Juga: Survei Charta Politika: Bobby Nasution Ungguli Edy Rahmayadi di Sumatra Utara

Baca Juga: Polusi Udara di Jakarta Kian Mengkhawatirkan, Kenali 5 Penyakit Respirasi Berbahaya Bagi Kesehatan

Penggunaan teknologi modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan buatan terus mengalami perkembangan.

Salah satu metode yang sedang dikembangkan adalah penggunaan Ground Based Generator (GBG), di mana penyemaian awan hujan dilakukan dari darat melalui menara.

Meskipun saat ini baru digunakan untuk mengisi waduk, metode ini menunjukkan potensi dalam memanfaatkan menara yang ditempatkan di daerah topografi tinggi.

Baca Juga: Thailand Open 2023: Lanny Ribka Tumbang, Ganda Putri Indonesia Ambyar

Baca Juga: Peringkat Pertama Kota Paling Tercemar di Dunia, Polusi Udara di Jakarta Mulai Jadi Sorotan Media Asing

Proses penyemaian menggunakan flare berisi garam KCL yang dibakar, bertujuan untuk menambah inti kondensasi dalam awan dan merangsang terbentuknya hujan.

Teknologi modifikasi cuaca, atau hujan buatan, memberikan harapan baru dalam mengatasi masalah lingkungan yang kompleks.

Baca Juga: Unik, Polda Jatim Luncurkan Aplikasi Ilmu Semeru untuk Cari Motor yang Hilang Akibat Dicuri

Dalam menghadapi tantangan seperti polusi udara di Jakarta, kerja sama lintas lembaga dan inovasi teknologi terus menjadi pendorong utama dalam mengembangkan solusi berkelanjutan bagi bumi kita. ***

Berita Terkait