DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Banyak Kerugian Dunia Islam Karena Stigma Terhadap Republik Islam Iran

image
Vladimir Putin, Presiden Rusia (kiri), Ebrahim Raisi, Presiden Republik Islam Iran, dan Recep Tayyib Erdogan, Presiden Turki di Teheran, Selasa, 19 Juli 2022.

ORBITINDONESIA - Sangat disayangkan, ada banyak kerugian dunia Islam karena stigma terhadap Republik Islam Iran, yang disebarkan oleh orang Islam sendiri.

Dengan stigma Iran negara Syiah, dan Syiah bukan Islam, maka betapa banyak kerugian yang telah dirasakan dunia Islam.

Pertama, negara-negara Islam jadi tidak bisa belajar dari Republik Islam Iran bagaimana mengelola negara dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam. Saudi malah sedang berproses meninggalkan aturan syariah karena kebingungan mensinergikan syariah dengan modernitas.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Newcastle Kena Comeback, Liverpool Merangsek Naik ke Peringkat 5

Kedua , negara-negara Islam jadi tidak bisa belajar dari kemajuan tekhnologi yang dicapai Republik Islam Iran, sehingga masih terus bergantung pada hasil teknologi Barat, dan tidak bisa membangun kemandirian sebagaimana telah dicapai Iran.

Ketiga, negara-negara Islam jadi tidak bisa belajar dari kemampuan diplomasi tingkat tinggi Iran, sehingga bisa menjadi negara yang sangat diperhitungkan di kawasan bahkan dunia.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Iran saat ini disejajarkan dengan negara-negara maju di meja perundingan dan tidak bisa didikte dengan mudah. Misalnya, perundingan tentang program nuklir Iran.

Keempat, negara-negara Islam jadi tidak bisa belajar dari Republik Islam Iran bagaimana untuk bisa konsisten anti rezim Zionis dan bagaimana membela Palestina dengan seharusnya.

Baca Juga: Moeldoko Mentraktir Pekerja muda KSP nonton Film Sayap Sayap Patah Biar Belajar Memaknai Peristiwa

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Negara-negara Islam pada umumnya kalau masih menolak normalisasi, ya sepakat dengan solusi dua negara, yang akhirnya berlarut-larut tanpa kejelasan.

Kelima, negara-negara Islam jadi tidak bisa belajar dari Republik Islam Iran bagaimana fatwa ulama yang digali dari Alquran dan Sunnah menjadi hukum tertinggi.

Sehingga masyarakat muslim di negeri mereka mengalami kebingungan ikut ulama atau ikut pemerintah saat keduanya mengeluarkan produk hukum yang saling berbenturan.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Keenam , negara-negara Islam jadi tidak bisa belajar dari Republik Islam Iran bagaimana membangun nasionalisme rakyat dengan tetap berpegang teguh dan cinta pada agamanya.

Baca Juga: Menghidupkan Amalan NU di Tengah-tengah Kelompok Wahabi Salafi

Iran secara praktis bisa dengan utuh membuat rakyatnya membela Islam dan negara sekaligus tanpa harus mengalami keguncangan psikologis.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Ketujuh, negara-negara Islam jadi tidak bisa belajar dari Republik Islam Iran bagaimana membangun harmonisasi dan kerukunan antar penganut Islam yang memiliki mazhab yang berbeda.

Sehingga kalau bukan penganut antar mazhab gontok-gontokan, ya kelompok mazhab yang dominan menindas kelompok mazhab yang lemah.

Slogan Syiah bukan Islam sengaja diproduk oleh negara-negara anti Islam agar kemajuan dan pencapaian Republik Islam Iran tidak menular ke negara-negara Islam lainnya, yang sayangnya slogan ini malah sangat massif dikampanyekan oleh orang-orang Islam sendiri.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Sukses Atasi Aston Villa, Arsenal Cetak 5 Kemenangan Sempurna di Awal Musim Kompetisi

*negara-negara Islam yang dimaksud adalah negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim.

(Ditulis oleh Ismail Amin Pasannai, beredar di medsos, dan dikutip OrbitIndonesia dengan sedikit editing bahasa. Tulisan opini mewakili pandangan penulis, tetapi tidak otomatis mewakili pandangan OrbitIndonesia). ***

Berita Terkait