DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

OPINI: Menggunting di Atas Lipatan, Menteri Partai Nasdem di Kabinet Jokowi Tinggal Menghitung Hari

image
Pepih Nugraha ialah Pegiat Media Sosial, Jurnalis Senior, dan Penulis.

Oleh Pepih Nugraha*

ORBITINDONESIA - Apa bahasa kiasan yang lebih halus dari 'menggunting dalam lipatan'?

Tanyalah pada Boss Nasdem Surya Paloh yang mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres)!

Menggunting dalam lipatan tentu dijalankan diam-diam dan tersembunyi, sedangkan yang Surya Paloh jalankan adalah menggunting di atas lipatan. Bahkan terang-terangan menggunting kain yang sedang dikenakan orang.

Baca Juga: Anies Baswedan Menuju Lengser: 50 Lokasi RT di DKI Jakarta Direndam Air Banjir ada yang Sampai 2,2 Meter

Surya Paloh tidak peduli -atau luput menghitung- kemungkinan hengkangnya sejumlah pengurus Nasdem berpengaruh di berbagai level organisasi partai yang didirikannya. Tidak peduli -atau lupa menimbang- kemungkinan besar akan dipecatnya tiga menteri wakil Nasdem di kabinet Presiden Joko Widodo akrab disapa Jokowi.

Dalam pisau analisis politik, tiga menteri Nasdem di kabinet; Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, serta Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (LHK) Siti Nurbaya Bakar, posisi mereka benar-benar di ujung tanduk kekuasaan.

Saya sarankan, sebaiknya Bapak dan Ibu Menteri segera mengemasi barang-barang dan alat kerja di kantor kementerian masing-masing sebelum "reshuffle" yang pasti bakal menyakitkan itu diumumkan.

Bahkan tidak hanya pencopotan menteri, langkah politik Nasdem yang "kesusu" (bukan "kekeju") juga akan berimplikasi pada evaluasi total posisi partai Nasdem di seluruh lingkaran kekuasaan.

Baca Juga: Anies Baswedan Menuju Lengser: Banjir di Jakarta Belakangan Ini Bikin Geger

Artinya, Anda semua yang merasa diri orang Nasdem yang kini menjabat sebagai wakil menteri, komisaris, dirjen, sekjen, Presdir BUMN, direktur, komisaris, kepala dan lain-lain pimpinan di lembaga pemerintahan, juga lebih baik sejak awal mengemasi barang-barang dari kantor masing-masing, tidak perlu menunggu 20 Oktober 2024 tiba.

Bahkan yang lebih berkemungkinan lagi, Anda semua, orang-orang Nasdem, yang kini sedang menikmati manisnya kue pemerintahan Jokowi, tidak tertutup kemungkinan menghadapi kriminalisasi di KPK maupun Kejaksaan atas nama penggembosan kekuatan politik Nasdem jelang pesta akbar Pemilu 2024.

Apa yang saya bicarakan ini adalah tentang konsekuensi dari sebuah tindakan politik. Tidak akan ada api jika tidak sengaja disulut atau dipantik. Surya Paloh telah menyulut dan memantik api peperangan itu akibat "kesusu" mengusung Anies Baswedan sebagai capres, sebuah figur atau sosok yang selama ini diposisikan sebagai oposisi pemerintahan Jokowi saat ini.

Harus diingat, keberadaan Jokowi dan kabinet yang dibentuknya tidak lepas dari PDIP sebagai partai penguasa (the ruling party) di belakangnya. Sebagai partai penguasa PDIP hanya melihat dua matra  liyan (di luar PDIP), yaitu kawan dan lawan. Kawan koalisi, lawan oposisi. Cuma dua itu. PDIP tentu tidak akan tinggal diam atas manuver Surya Paloh yang bagai "hujan kepagian" ini.

Baca Juga: Anies Baswedan Menuju Lengser: Anies Pamer Sumur Resapan Sebagai Solusi Banjir

Dengan siapa PDIP berkawan, masih sangat terbuka. Ia bisa berkawan dengan Gerindra mengusung Prabowo-Puan. Prabowo adalah Ketua Umum Partai Gerindra, Puan Maharani adalah "putri mahkota" Boss PDIP Megawati Soekarnoputri.

KIB pun, yaitu Koalisi Indonesia Bersatu (PAN, PPP, Golkar), bisa diiming-imingi permen kekuasaan jika mau bergabung dengan PDIP. Masih banyak partai lain yang mau bergabung, termasuk PKS sekalipun!

Sekarang, jelas sudah, di mata PDIP sebagai "the ruling party", Surya Paloh dengan Nasdem-nya adalah oposan yang harus dilawan, sebab dengan mengusung Anies Baswedan, "Pak Brewok" itu telah mengobarkan api peperangan, bahkan moncong meriam dan senapannya langsung diarahkan kepada PDIP.

Sayangnya, masih banyak orang-orang Nasdem di tubuh partai penguasa yang masih duduk mencangklong di kursi empuk kekuasaan. Sebagai penguasa, PDIP tentu akan segera melakukan "denasdemisasi" di seluruh organ kekuasaan pemerintah.

Baca Juga: Anies Baswedan Menuju Lengser: Partai Nasdem Resmi Dukung Anies Baswedan Jadi Bakal Capres 2024

Agar lebih elegan dan brewoknya lebih mengesankan kawan maupun lawan jenis, ada baiknya Surya Paloh segera mengumumkan penarikan  orang-orang partainya di pemerintahan, khususnya tiga menteri yang menjadi pembantu Presiden Jokowi.

Bayangkan saat rapat kabinet Jokowi yang dilakukan tertutup dan sangat rahasia, masak iya di dalamnya ada tiga menteri yang kini sudah menjadi oposisi? Secara etika, tiga menteri itu harusnya tahu diri, betul?

Minimal ketiganya bertanya kepada Presiden Jokowi mengenai nasib mereka di kabinet setelah boss mereka malakukan manuver berbahaya.

Atau sambil menunggu Surya Paloh melakukan langkah terbaik, yaitu menarik mundur ketiga menterinya sebelum Jokowi memecatnya!

Baca Juga: Anies Baswedan Menuju Lengser: Pendukung Anies Diduga Uji Coba Politik Identitas di Masjid Malang

Ah, tetapi itu jauh panggang dari api. Mana berani...

*Pepih Nugraha ialah pegiat media sosial, jurnalis senior, dan penulis.

Berita Terkait