DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

SMRC: Kasus Formula E Berpengaruh Negatif pada Anies tetapi Berdampak Positif pada Ganjar

image
Ganjar Pranowo mendapat efek positif dari kasus Formula E

ORBITINDONESIA.COM - Kasus dugaan korupsi Formula E memiliki dampak elektoral yang penting. Kasus ini memiliki dampak elektoral yang negatif pada Anies, namun positif pada Ganjar.

Demikian temuan studi Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang disampaikan pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani, dalam program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode “Isu Korupsi Formula E dan Pilpres 2024” di kanal YouTube SMRC TV pada Kamis, 27 April 2023.

Saiful menjelaskan bahwa isu mengenai dugaan korupsi di Formula E sudah muncul sejak awal penyelenggaraan. Isu itu terus bergulir sampai sekarang.

Baca Juga: Imam Shamsi Ali: Memaknai keberkahan Ramadan dan Keistimewaan Al Quran

Di KPK sendiri, isu korupsi Formula E ini bahkan dikaitkan dengan penggeseran jabatan di antara pejabat-pejabat penting di lembaga anti-rasuah tersebut. Sebagian orang beropini bahwa hal ini terkait dengan agenda politik.

Ada yang mengaitkan isu korupsi Formula E ini dengan pilpres. Namun ada juga yang berpandangan bahwa ini tidak ada hubungannya dengan politik, tapi murni persoalan hukum.

Sampai sekarang Ketua KPK diperiksa oleh Dewan Pengawas KPK apakah dia melanggar kode etik ketika dia memindahkan atau memulangkan ke Mabes Polri dua pejabat penting lembaga tersebut.

Artinya, kata Saiful, apakah dalam penyelenggaraan Formula E terdapat korupsi atau tidak, menjadi isu yang sangat penting.

Baca Juga: Bioskop Trans TV: Before I Fall, Dimana Kesalahan yang Ditebus harus Diperbaiki Lewan Mesin Waktu

Seberapa banyak warga yang menyadari atau tahu tentang isu ini? Lalu dari yang tahu atau mengikuti informasi tentang hal ini, apakah mereka melihat di situ memang ada korupsi atau tidak? Kemudian apa hubungan antara persepsi tersebut dengan pilihan pada calon-calon presiden yang paling kompetitif?

Dalam survei SMRC pada Maret 2023, ditemukan bahwa warga yang mengikuti atau mengetahui isu korupsi di Formula E ini hanya 21 persen.

Saiful menekankan bahwa walaupun 21 persen dari 200-an juta pemilih artinya sekitar 40-an juta, tapi 21 persen ini masih jauh dari jumlah keseluruhan pemilih.

Mayoritas (57 persen) dari yang tahu isu tersebut menyatakan yakin korupsi dalam kasus tersebut telah terjadi. Hanya 31 persen yang menyatakan tidak yakin dan 11 persen tidak menjawab.

Baca Juga: Sambut KTT ASEAN Ke-42, Fasilitas Penunjang di Kawasan Labuan Bajo Ditingkatkan

Saiful menyebut data ini menarik. Walaupun dasarnya (yang tahu isu tersebut) hanya 21 persen, namun mayoritas dari yang tahu merasa yakin bahwa korupsi itu benar-benar terjadi.

Karena itu, Saiful menyimpulkan bahwa kalau yang tahu kasus ini semakin banyak, kecenderungan sentimen negatifnya, yaitu bahwa di situ memang terjadi korupsi, akan semakin besar.

“Masyarakat nampaknya kurang mengikuti isu ini, tapi begitu mereka mengetahui, cenderung negatif, bahwa memang di sana terjadi korupsi,” jelas Saiful.

Ada 60 persen publik yang menilai KPK bekerja dengan baik dalam menyelidiki dugaan korupsi kasus Formula E tersebut, yang menyatakan kurang atau tidak baik sama sekali 33 persen. Ada 7 persen yang tidak menjawab.

Baca Juga: Bekas Wakil Rektor Heryandi dan Ketua Senat M Basri Unila Dituntut 5 Tahun Penjara

Bagaimana efeknya pada Pilpres? Dari yang menyatakan yakin ada kasus korupsi dalam kasus Formula E tersebut, 60 persen di antaranya memilih Ganjar, 27 persen memilih Prabowo, dan 13 persen memilih Anies.

Sebaliknya, yang tidak yakin ada korupsi dalam kasus Formula E (35,2 persen), hanya 24 persen yang memilih Ganjar, 31 persen memilih Prabowo, dan 45 persen memilih Anies.

Saiful menjelaskan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan bahwa keyakinan ada korupsi dalam kasus Formula E itu bisa memperkuat pilihan terhadap Ganjar dan sebaliknya memperlemah dukungan terhadap Anies. Sementara Prabowo relatif netral.

“(Dalam kasus) Formula E ini, yang bertarung adalah para pendukung Ganjar dan pendukung Anies. Para pendukung Anies meyakini tidak ada korupsi, sebaliknya pendukung Ganjar yakin di sana korupsi,” kata Saiful.

Baca Juga: Webinar Satupena, Satrio Arismunandar: Latihan Tai Chi Memberi Manfaat Secara Mental dan Emosional

Saiful menggarisbawahi bahwa yang menarik adalah bahwa basisnya atau yang tahu kasus itu hanya sekitar 21 persen. Namun mayoritas dari yang tahu itu yakin dalam kasus Formula E tersebut terdapat korupsi.

Artinya, lanjut Saiful, kalau tingkat pengetahuan publik bertambah dari 21 persen, misalnya, menjadi 70 persen, ini akan menjadi masalah besar buat Anies.

Sebaliknya, kalau kasus ini bisa diredam (pengetahuan publik tidak naik menjadi 30 atau 40 persen), ini baik untuk Anies.

“Secara elektoral, isu ini penting. Kasus Formula E ini adalah persoalan kontestasi elektoral antara Ganjar melawan Anies,” simpulnya. ***

Silakan simak berita lain ORBITINDONESIA.COM di Google News.

 

 

 

Berita Terkait