DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kualitas Udara di Jakarta Buruk, Pakar Sebut Masker Bukan Solusi Utama

image
Kualitas Udara di Jakarta Buruk, Pakar Sebut Masker Bukan Solusi Utama

ORBITINDONESIA.COM- Mungkin banyak orang berpikir praktis, ketika menghadapi buruknya kualitas udara di Jakarta. Salah satunya, cukup dengan pakai masker.

Tapi jangan salah, kendati tetap penting menggunakan masker, ternyata itu bukan solusi yang utama ketika menghadapi buruknya kualitas udara.

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama berpendapat masker bukan utama untuk mencegah polutan udara di Jakarta.

Baca Juga: Jadwal Pertandingan BRI Liga 1 di Pekan ke 9, Ada Persebaya vs PSM Makassar Tayang di Indosiar dan Vidio

Tjandra menyebut, paling penting Pemerintah dan masyarakat mencari sumber polusi lalu mengendalikannya.

Tjandra berpendapat walau tidak sepenuhnya mencegah polutan udara selain mencegah penularan penyakit lain, masker setidaknya dapat membantu.

Menurut dia, semakin bagus mutu masker maka lebih baik perlindungannya.

Baca Juga: Saiful Huda Ems: Mustahil Jokowi Mendukung Prabowo

Namun, belum ada bukti ilmiah dengan angka pasti semisal masker N95, masker bedah atau dua dan tiga lapis masker akan menurunkan polusi sekian persen.

"Akan sangat tergantung dari kadar polusi di tempat seseorang sedang berada, hembusan angin, mungkin kelembaban dan lainnya," kata Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu, dikutip dari Antara, Rabu 16 Agustus 2023.

Lebih lanjut terkait hal yang bisa dilakukan masyarakat demi mencegah terkena polutan udara yakni sedapat mungkin membatasi aktivitas fisik berat di daerah polusi udara sedang tinggi, misalnya di jalan macet dan lainnya.

Baca Juga: Akibat Polemik Pemanggilan Pemain ke Timnas Indonesia U23, PSSI Tengah Rancang Aturan Baru untuk Pelatih Asing

"Tentu hal ini tidak mudah dilakukan, tetapi setidaknya perlu jadi perhatian kalau dimungkinkan," ujar Tjandra.

Sementara itu, terkait alat air purifier atau pemurni udara untuk mencegah polutan, seperti halnya masker, ini memerlukan bukti ilmiah yang valid terlebih dulu, juga akan tergantung dari seberapa besar polusi udara di dalam ruangannya, bagaimana ventilasi ruangan itu dan lainnya.

Oleh karena itu, Tjandra mengajak masyarakat tidak cepat mengambil kesimpulan sebelum ada data ilmiah yang jelas.

Kemudian, untuk masyarakat yang mempunyai penyakit kronik pernapasan dan ada obat yang harus rutin dikonsumsi maka sebaiknya ingat untuk mengonsumsinya sesuai aturan yang ada.

Selain itu, apabila ada perburukan dan keluhan tambahan semisal serangan asma, maka disarankan segera berkonsultasi ke petugas kesehatan atau setidaknya menggunakan obat yang memang sudah dianjurkan untuk mengatasi perburukan keluhan.

Lalu, dengan sedang adanya polutan di udara maka orang-orang tidak menambah polusi lain masuk ke paru dan saluran napas.

"Seperti janganlah merokok dan jangan membakar, serta upayakan jangan melakukan kegiatan yang menambah polusi udara di sekitar kita," kata Tjandra.

Sementara itu, sebagai saran pada Pemerintah, Tjandra menekankan pentingnya identifikasi secara lebih jelas tentang apa saja yang menjadi penyebab polusi udara sekarang ini dan melakukan tindakan nyata di lapangan untuk mengatasi penyebabnya.

"Kemacetan lalu lintas tentu punya peran amat penting, dan perlu penanganan segera," demikian kata dia.

Polusi udara khususya di Jakarta menjadi masalah selama beberapa waktu terakhir dan sejumlah wilayah di Jakarta tercatat masuk dalam kategori sangat tidak sehat.***

Berita Terkait