DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Disebut Islamphobia, Ini Isi Ceramah Islah Bahrawi soal Riba dan Teroris di Depan Mahasiswa IPDN

image
Islah Bahrawi, Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia disebut islamphobia.

ORBITINDONESIA - Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi disebut islamphobia setelah menyampaikan ceramah yang dianggap dapat menimbulkan kesalahpahaman tentang riba dan bank, saat di sebuah acara yang dihadiri mahasiswa IPDN, Juni 2022 lalu.

Penilaian soal Islah Bahrawi islamphobia itu datang dari Wakil Sekretaris Partai Gerindra Azis Subekti usai mengunggah potongan video ceramah Islah Bahrawi di akun Twitter-nya.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

"Pak @mohmahfudmd apa ini bisa dikategorikan islamophobia di tubuh institusi pemerintah? Jelas cara menyampaikan narasi cenderung subjektif akan memicu kesalahpahaman terhadap Islam dan ini mengarah pada relativisme agama yang membahayakan semua agama….," tulis Azis Subekti sebagai caption video Islah Bahrawi.

Baca Juga: Sampaikan Soal Hukum Riba dan Bank, Politisi Gerindra Sebut Islah Bahrawi Islamphobia

Dalam video tersebut, Islah Bahrawi menceritakan soal penangkapan puluhan terduga teroris oleh Densus 88 di Poso.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

"Ketika kemarin Densus 88 melakukan penangkapan sebanyak 22 orang secara serentak di semua sekitar Poso... ada salah satu anak muda yang saya wawancarai, saya interogasi" kata Islah dalam video tersebut.

Islah Bahrawi anak tersebut berusia remaja yang belum genap 17 tahun. Dia ditangkap karena ingin melakukan aksi teror.

Baca Juga: Gaji Perangkat Desa Lampung Timur Dicicil Pemerintah, Zaiful Bokhari Yakin Ada Unsur Pidana

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

"Melakukan latihan militer untuk naik ke Gunung Biru (tempat persembunyian teroris Santoso cs)" ungkapnya.

Dari hasil interogasi, Islah Bahrawi menemukan bahwa anak muda tersebut merupakan salah satu siswa SMAN 1 Poso.

"Akademisnya bagus, nilainya bagus, punya kecerdasan lalu dia keluar dari sekolah itu dan berhenti, karena apa? Dia mendapatkan pemahaman bahwa sekolah ini dibangun oleh negara thagut dengan biaya dari uang riba," paparnya.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Baca Juga: Hotman Paris Sarankan Lampung Timur Dilebur dengan Kabupaten Terdekat

Anak muda tersebut menganggap bahwa negara Indonesia ini adalah negara riba karena menggunakan sistem perbankan.

Selanjutnya, Islah Bahrawi juga menceritakan salah seorang mahasiswi Gunadarma yang memiliki pemahaman serupa.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

"Dia meyakini bahwa karena semua bank itu riba, lalu semua ini menjadi riba, termasuk jalan aspal yang melibatkan bank, gaji pegawai negeri melibatkan bank, sehingga menurut dia KTP itu haram," ujar Islah Bahrawi.

Baca Juga: Saudi Akan izinkan Konsumsi Minuman Alkohol

Ia kemudian mendatangi Mabes Polri dan meminta untuk dibunuh dengan membawa Airsoft Gun, kejadian tersebut terjadi pada tahun 2020 lalu.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

"Saya mengambil kesimpulan bahwa paham-paham yang seperti ini pada akhirnya memberikan kita kepada dua pilihan, menjadi orang munafik atau menjadi manusia yang sempit," kata Islah.

Islah Bahrawi juga menyarankan agar seseorang mempelajari agama secara komprehensif.***

Berita Terkait