DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Waduh 132 Ribu Keluarga di Jember Tak Punya Jamban, Budaya BAB Sembarangan di Sungai Tinggi

image
Waduh 132 Ribu Keluarga di Jember Tak Punya Jamban, Budaya BAB Sembarangan di Sungai Tinggi

ORBITINDONESIA- Dinas Kesehatan menyebut, sebanyak 132 ribu keluarga di Kabupaten Jember belum memiliki jamban.

Bahkan data yang dikeluarkan Pemprov Jatim, capaian Open Defecation Free (ODF) di Jember terendah dari 38 kabupaten dan kota.

Pelaksana Tugas (Plt) Dinkes Jember Koeshar Yudyarto mengakui bahwa masih banyak warga Jember yang lebih nyaman BAB sembarangan di sungai.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Kisah Protes Soekarno dengan Petinggi Muhammadiyah Tentang Tabir yang Belenggu Perempuan

Meski memiliki jamban, sebagian besar warga juga masih merasa nyaman BAB di sungai. Di sisi lain faktor ekonomi juga jadi pengaruh.

Dari 2,6 juta penduduk di Jember, ditemukan 132.567 dari 733.623 keluarga belum memiliki jamban.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

"Iya memang masih angka ODF nya masih rendah. Bahkan masih satu kecamatan yang ODF (dari 31 kecamatan)," kata Koeshar kepada Orbit Indonesia, Selasa 31 Januari 2023.

Baca Juga: Kapan Ramadan 2023 Tanggal Berapa, Ini Ketetapan Hasil Hisab Versi Muhammadiyah

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menyebut target desa yang sudah Open Defecation Free (ODF) masih 24,59 persen dari total dari 226 desa dan 22 kelurahan.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Sisanya ditemukan banyak kasus kebiasaan buang air besar (BAB) sembarangan.

"Meski mampu punya jamban di rumah, masih senang buang air di sungai. Gak enak kalau di WC, kalau gak nempel (air) gak keluar," ujarnya.

Baca Juga: Pengesahan RUU PRT Meningkatkan PDB Sebesar 180 Juta Dollar AS

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Kini pihaknya bakal menggerakkan penyuluhan lewat Muspika di setiap kecamatan. Menurutnya butuh pemetaan ulang untuk mengatasi BAB sembarangan.

"Meneliti karena faktor ekonomi, kebiasaan. Kalau faktor ekonomi, menggalang dana untuk jamban yang sehat. Kalau terkait perilaku bisa penyuluhan," jelasnya.***

Berita Terkait