DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Barbarians at the Gate, Kisah Kematian Perusahaan RJR Nabisco

image
Buku Barbarians at the Gate

 

ORBITINDONDESIA - Akuisisi RJR Nabisco dengan leverage, salah satu transaksi bisnis terbesar dalam sejarah AS, adalah subjek dari film 1989 Barbarians at the Gate.

Kedipan ini melukiskan gambaran yang jelas tentang perilaku berlebihan dan keterlaluan yang merasuki perusahaan Amerika pada 1980-an terkait pembelian RJR Nabisco.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Wartawan investigasi Bryan Burrough dan John Helyar mendokumentasikan pembelian RJR Nabisco secara real time. Analisis mendalam mereka dan banyak wawancara memberikan potret menarik dari momen khas dalam sejarah Wall Street.

Baca Juga: KH Maimoen Zubair: Rahasia di Balik Tanggal, Bulan dan Tahun Kemerdekaan Indonesia

Mengapa saya harus peduli? Pelajari tentang salah satu transaksi komersial paling terkenal dari tahun 1980-an.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Yuppie adalah stereotip yang dimiliki banyak orang ketika mereka memikirkan tahun 1980-an. Para pembelanja besar flamboyan ini, yang melakukan segala upaya untuk mempertahankan cara hidup mereka yang mewah dan glamor, telah datang untuk mewakili ekses-ekses di era itu.

Beberapa kisah menangkap karakteristik ini dan getaran umum era itu serta RJR Nabisco dan CEO-nya Ross Johnson.

Pembelian dengan leverage, teknik ekonomi yang dulunya cukup jinak, telah berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih jahat, jadi narasi ini tentang lebih dari satu perusahaan.

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Baca Juga: Bermain 9 Orang, PSM Makassar Lolos ke Final Zona ASEAN AFC Cup 2022 Usai Kalahkan Kedah Darul Aman

Fondasi sistem operasi Wall Street saat ini pada awalnya dimaksudkan untuk menghindari pajak perkebunan.

LBO, atau pembelian dengan leverage, adalah istilah yang mungkin Anda kenal.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Namun, pada 1980-an, LBO telah mendapatkan reputasi buruk sebagai simbol keserakahan perusahaan dan perilaku manik Wall Street. Namun, tujuan pertama LBO hanyalah untuk melindungi kekayaan keluarga.

Pengacara yang cerdas membuat pengaturan ini sebagai strategi untuk membantu pemilik bisnis kaya dalam menghindari pajak perkebunan dan menyerahkan uang kepada ahli waris mereka.

Baca Juga: Jelang Laga Lawan Persib Bandung, PSIS Semarang Siapkan Rencana Petik Kemenangan

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Tidak mengherankan, LFO pertama kali muncul pada akhir 1960-an, sama seperti generasi orang, beberapa di antaranya telah mendirikan kerajaan ekonomi yang sangat besar, sedang bersiap untuk memasuki masa pensiun.

Karena cara kerja pajak warisan, pemilik bisnis harus membayar pajak dalam jumlah besar jika mereka ingin pensiun dan menyerahkan perusahaan mereka kepada ahli waris mereka.

Dalam situasi ini, pengusaha biasanya memiliki tiga pilihan: Pertama, mereka dapat menyerahkan perusahaan kepada ahli waris dan membayar semua pajak mereka;

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

kedua, mereka dapat menjual bisnis, menyerahkan kendali atasnya; dan ketiga, mereka dapat go public, meninggalkan bisnis - dan harga sahamnya - atas keinginan pasar.

Baca Juga: Ini Alasan Anak Muda Zaman Sekarang selalu Ingin Healing

Gagasan utama dari karya ini adalah: Pembelian dengan leverage pada awalnya dikembangkan sebagai cara licik bagi pemilik bisnis kaya untuk menghindari pembayaran pajak perkebunan.

Baca Juga: SEA Games 2023: Prediksi dan Link Streaming Indonesia Melawan Myanmar, Waktunya Raih Puncak Klasemen

Tetapi mereka segera berkembang menjadi sarana untuk melakukan pengambilalihan perusahaan yang bermusuhan.

Karakter yang kuat dan perbedaan yang jelas dalam strategi yang membedakan pemenang dari yang kalah mendorong plot kesepakatan ini.

Bacaan yang disarankan: Roger Lowenstein's When Genius Failed.

Baca Juga: Survei Charta Politika: Bobby Nasution Ungguli Edy Rahmayadi di Sumatra Utara

Film 2001 When Genius Failed mengisahkan munculnya dan matinya Long-Term Capital Management, dana investasi terbesar dalam sejarah. Buku ini mengungkap kebenaran yang menyakitkan mengenai sifat investasi dan kerapuhan alat penilaian risiko yang kita gunakan.

Sumber: Aplikasi Buku Pintar AHA

Editor: Satrio Arismunandar ***

Baca Juga: Thailand Open 2023: Lanny Ribka Tumbang, Ganda Putri Indonesia Ambyar

 

Berita Terkait