DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Penyalahgunaan Platform Digital Dalam Pemilihan Presiden AS 2016 dan Prospeknya di 2024

image
Donald Trump kembali mencalonkan diri sebagai presiden untuk Pilpres AS 2024. Platform digital rawan disalahgunakan di pilpres.

ORBITINDONESIA.COM - Seperti di Indonesia, Amerika Serikat juga akan melakukan pemilu dan pemilihan presiden pada 2024. Di AS, pemilu ini akan sarat dengan pemanfaatan platform digital.

Masalahnya, platform digital ini –selain bisa membantu penyelenggaraan pemilu—juga rawan terhadap potensi penyalahgunaan. Ini sudah ada contoh kasusnya pada pemilihan presiden 2016 di AS.

Amerika Serikat menyaksikan perkembangan yang signifikan dari disinformasi, hoaks, dan ujaran kebencian di berbagai platform digital pada pemilihan presiden 2016. Berikut adalah beberapa kasus penting:

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Wajib Tahu! Begini Tata Cara Menyembelih Hewan Kurban Sesuai Ajaran Islam Lengkap dengan Cara Memilihnya

Kampanye Pengaruh Rusia: Komunitas intelijen AS menyimpulkan bahwa Rusia melakukan kampanye pengaruh komprehensif yang bertujuan merusak proses pemilu.

Operator Rusia memanfaatkan platform media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan YouTube, untuk menyebarkan disinformasi, menabur perpecahan, dan memperkuat ketegangan politik yang ada.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Berita Palsu dan Misinformasi: Penyebaran artikel berita palsu, yang seringkali dibuat dan disebarluaskan untuk tujuan politik, mendapat perhatian yang cukup besar selama pemilu 2016.

Berita bohong beredar luas, menyasar kedua kandidat utama, dan informasi menyesatkan memengaruhi opini publik. Contohnya termasuk cerita palsu tentang masalah kesehatan kandidat, dukungan palsu, dan teori konspirasi.

Baca Juga: Viral, Perempuan Ini Joget TikTok di Tanah Suci Sampai Halangi Orang Lewat, Diduga Warga Indonesia

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Konspirasi Pizzagate: Satu kasus yang sangat terkenal melibatkan teori konspirasi Pizzagate. Klaim palsu bahwa restoran pizza Washington, D.C., terlibat dalam jaringan perdagangan seks anak yang terkait dengan kampanye Hillary Clinton.

Tuduhan tak berdasar menyebar melalui media sosial dan forum online, yang akhirnya berujung pada insiden kekerasan ketika seseorang memasuki restoran pizza dengan membawa senjata api.

Penargetan Kelompok Minoritas: Berbagai contoh ujaran kebencian dan disinformasi yang ditujukan kepada kelompok minoritas terjadi selama pemilu 2016. Pesan rasis dan xenofobia disebarkan, seringkali mengeksploitasi ketakutan seputar imigrasi dan keamanan nasional.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Komunitas seperti Muslim, Hispanik, dan Afrika-Amerika secara khusus menjadi sasaran narasi palsu dan konten yang memecah belah.

Baca Juga: Laga Persija Jakarta Melawan PSM Makassar Tetap di Gelora Bung Karno

Jaringan Bot Otomatis: Jaringan bot otomatis memainkan peran penting dalam memperkuat disinformasi selama pemilu. Jaringan ini menggunakan ribuan akun palsu untuk menyebarkan konten yang menyesatkan, memanipulasi tren, dan menghasilkan dukungan populer yang palsu untuk kandidat atau narasi tertentu.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Kasus-kasus ini menyoroti kerentanan platform digital terhadap penyebaran cepat informasi palsu dan potensi dampaknya terhadap persepsi publik dan pengambilan keputusan.

Mereka juga mendorong diskusi tentang tanggung jawab perusahaan media sosial, perlunya literasi media, dan pentingnya pemikiran kritis saat terlibat dengan informasi online.

Sangat penting untuk tetap waspada, memverifikasi informasi dari sumber yang dapat dipercaya, dan mempromosikan literasi media untuk memerangi penyebaran disinformasi, hoaks, dan ujaran kebencian selama pemilu.***

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

 

 

Berita Terkait