DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

KPCDI Kecam Perundungan Oleh Perawat Terhadap Pasien Cuci Darah di RSU Haji Medan

image
RSU Haji Medan, yang tenaga kesehatannya oleh KPCDI dituding melakukan perundungan pada pasien cuci darah.

ORBITINDONESIA.COM – KCPDI atau Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia mengecam tindakan oknum dokter, perawat, dan manajemen Rumah Sakit Umum Haji Medan, Sumatera Utara, yang melakukan tindakan perundungan terhadap pasien ginjal kronik pada saat melakukan cuci darah atau hemodialisis.

Kejadian ini tentu membuat psikis pasien terganggu dan merasa tertekan. Ketua KPCDI Tony Richard Samosir berujar tindakan perundungan pada pasien ginjal kronik pada saat melakukan hemodialisis adalah perilaku yang sangat buruk.

Musababnya, tujuan pasien melakukan cuci darah adalah untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. "Alih-alih HD yang adekuat, akibat kejadian ini pasien merasa tertekan secara psikis," ujar Ketua KPCDI ini.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Lonjakan Kasus Obesitas Meningkat di Indonesia: Tantangan Kesehatan Masyarakat

“Rumah sakit harusnya melayani dan bukan anti kritik. Kritikan itu bagian dari membangun kualitas dalam bidang pelayanan jasa. Kalau begini sama saja mereka tidak mau memperbaiki pelayanan terhadap pasien,” kata Tony di Jakarta, Kamis, 6 Juli 2023.

Dugaan intimidasi dan perundungan ini terjadi pada Selasa, 4 Juni 2023 di ruang hemodialisis RSU Haji Medan. Saat itu pasien bernama David Sadari (34 tahun) sedang menjalani proses hemodialisis rutin. Namun, setelah beberapa waktu, David merasa badannya menggigil hebat sehingga membutuhkan pertolongan.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Setelah melihat sekitar, David tidak melihat satupun perawat atau dokter di ruang hemodialisis. Ia lantas meminta bantuan seorang pendamping pasien untuk memanggil perawat dan memberitahukan kondisinya. Ia hanya butuh disuntikan obat Pereda tubuh menggigil agar kondisinya membaik.

Sayangnya, perawat tidak langsung merespon permintaan tersebut hampir 15 menit lamanya. Pada fase inilah David—yang merupakan pasien BPJS Kesehatan—merasa tubuhnya kian memburuk dan merasa perawat membiarkan kondisi itu terjadi. Baru setelah beberapa waktu seorang perawat datang dan memberikan suntikan obat.

Baca Juga: Inilah Perbedaan Threads dan Twitter yang Wajib Kamu Tahu sebelum Download Aplikasi Media Sosial yang Viral

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

David Sadari menjelaskan, pada saat menyuntikan, kepala perawat HD justru mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Saat itu perawat HD meminta ia harus didampingi oleh keluarga pada saat melakukan hemodialisis.

Mendengar kata-kata tersebut David tertegun karena perkataan tersebut tidak ada korelasinya dengan kondisi tubuh David yang tiba-tiba menggigil.

Tidak berhenti sampai disitu, perawat kepala tersebut menyebut bahwa David tidak memiliki etika sekalipun dirinya seorang guru. Mendengar kata-kata tersebut David berujar bahwa memang dia biasa melakukan HD sendiri karena keluarganya sedang bekerja. Pun, keluarga hanya bisa mengantar dan menjemput David saja.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Setelah itu, sebanyak tiga orang perawat HD dan satu orang dokter datang menghampiri dan mengelilingi David.

Baca Juga: Sidang WIPO ke-64 di Jenewa, Menkumham Yasonna H Laoly: Indonesia Dukung Pemajuan Kekayaan Intelektual Global

“Seakan-akan saya seperti dikeroyok. Saya komplain kata-kata kenapa harus ada pendamping. Padahal ada pasien HD yang lain juga ada yang nggak ada pendampingnya selama HD. Tapi kenapa saya yang diserang? Kemudian saya katakan ‘kalian kan tahu kalau saya single dan keluarga saya berhalangan,” ujar David.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Tidak disangka, David kembali mendapatkan perundungan setelah seorang perawat berujar kata-kata yang menyerang secara personal. Oknum perawat tersebut berujar bahwa David harus menikah agar ada pendamping selama HD.

Perawat lain pun ikut menyerang dan berujar jika pasien mau dilayani harus mengerti kondisi rumah sakit. “Seakan-akan kata-kata perawat itu mengancam saya,” ujarnya.

Berdasarkan kasus di atas, Ketua KPCDI Tony meminta DPRD Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan terkait untuk memanggil Direktur RSU Haji Medan untuk dimintai keterangan.

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Baca Juga: Viral, Seorang Ayah di Tangerang Menyimpan Jasad Bayi di Kulkas, Alasannya Bikin Menyayat Hati

Musababnya, dugaan perundungan dan intimidasi terhadap pasien adalah hal yang sangat berbahaya. Jika hal ini dibiarkan maka keseamatan pasien yang menjadi ancaman.

“Harus ada sanksi tegas untuk para pelaku. Untuk itu kami mendesak DPRD Provinsi dan Dinkes Kesehatan terkait untuk memanggil RS Haji Medan dan memberikan sanksi tegas atas dugaan perundungan pada pasien yang sedang menjalani hemodialisis,” tutupnya.***

Berita Terkait