DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Mengenal Penyakit ISPA yang Dipicu Memburuknya Kualitas Udara di Jakarta

image
Ilustrasi ISPA, Penyakit Serius Akibat Kualitas Udara Buruk di Jakarta

ORBITINDONESIA.COM- Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah salah satu penyakit meningkat akhir-akhir ini di Jakarta.

ISPA memang sudah sering terjadi di berbagai negara dengan kepadatan penduduk tinggi, termasuk Indonesia.

ISPA dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti bakteri, virus dan rachitis dan termasuk kualitas udara yang buruk.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Lebih Suka Suami Bayaran, Denise Chariesta Tolak Lamaran Pria Bergaji Rp10 Juta: Minus Dong Gue

Di Jakarta, masalah kualitas udara yang semakin memburuk telah berdampak pada peningkatan kasus ISPA.


Lalu apa sih sebenarnya Itu ISPA?

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik


ISPA adalah kelompok penyakit yang menyerang saluran pernapasan, terutama hidung, tenggorokan, bronkus, dan paru-paru.

Penyebab utamanya adalah bakteri, virus, dan rachitis, dalam berbagai kasus ISPA, terdapat lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan rakhitis yang dapat menyebabkan infeksi.

Baca Juga: Media Turki Bocorkan Jordi Amat Gabung Raksasa Super Lig Berikut Besaran Gajinya

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Beberapa bakteri agen penyebab infeksi saluran pernapasan akut termasuk streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, Haemophilus influenzae, Bordetella, dan Corynebacterium.

Virus-virus seperti myxovirus, adenovirus, coronavirus, Picornavirus, Myxoplasma, dan Herpesvirus juga dapat menyebabkan ISPA (MZ, 2016).

Dalam upaya mengklasifikasikan penyakit ini, ISPA untuk anak anak dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usianya:

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Baca Juga: Gerakan Pemuda Ka’bah Solid Dukung Ganjar Pranowo


1. Anak-anak 2 bulan hingga 5 tahun


Pada kelompok ini, ISPA diklasifikasikan berdasarkan gejala seperti Pneumonia dianggap berat jika anak batuk dan mengalami gejala sensorik di dada.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Pneumonia juga dapat terjadi jika anak batuk dan mengalami napas cepat, yaitu lebih dari 50 kali per menit pada usia 2 bulan sampai kurang dari 12 bulan.

Biasanya dijumpai juga batuk pada kondisi lebih dari 40 kali per menit pada usia 12 bulan sampai 5 tahun.

Gejala lain seperti batuk pilek, pernapasan normal, dan tidak ada tarikan dada yang terdeteksi menunjukkan tidak adanya pneumonia (probing toraks).

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton


2. Bayi usia hingga 2 bulan


Pada kelompok ini, ISPA diklasifikasikan berdasarkan kondisi yang dialami sisi napas bayi.

Pneumonia dianggap berat jika bayi batuk, mengalami napas cepat lebih dari 60 kali per menit, dan menunjukkan tanda bahaya lainnya.
Tidak adanya pneumonia terjadi jika bayi pilek tanpa sesak napas atau dengan laju pernapasan kurang dari 60 napas per menit.

Baca Juga: SEA Games 2023: Prediksi dan Link Streaming Indonesia Melawan Myanmar, Waktunya Raih Puncak Klasemen

Sedangkan untuk orang dewasa factor utamanya adalah factor lingkungan, seperti rumah yang pengap, ventilasi serta musim pancaroba, kamar kecil serta populasi yang padat.

Kemudian faktor lain seperti kelelahan, gizi buruk, anemia, dan kedinginan juga dapat mempengaruhi kondisi badan.

Masalah ISPA masih menjadi perhatian utama kesehatan masyarakat di Indonesia.

Baca Juga: Survei Charta Politika: Bobby Nasution Ungguli Edy Rahmayadi di Sumatra Utara

Data dari Survey Kesehatan Nasional (SURKESNAS) Tahun 2011 menunjukkan bahwa proporsi kematian khususnya anak-anak akibat ISPA masih tinggi.

Meskipun banyak korban yang meninggal akibat infeksi saluran pernapasan akut dan pneumonia, upaya untuk mengatasi masalah ISPA masih kurang memadai.

Masalah ini menunjukkan bahwa ISPA tetap menjadi tantangan global yang perlu ditangani dengan serius.

Baca Juga: Thailand Open 2023: Lanny Ribka Tumbang, Ganda Putri Indonesia Ambyar

Diperlukan langkah-langkah pencegahan yang lebih intensif, terutama dalam hal edukasi masyarakat mengenai cara mencegah ISPA dan meningkatkan kesadaran akan bahayanya.

Selain itu, peningkatan kualitas udara di perkotaan, seperti Jakarta, juga menjadi faktor kunci dalam mengurangi prevalensi ISPA.

Dengan  upaya pencegahan yang tepat dan perhatian yang proporsional, diharapkan angka kasus ISPA dan kematian akibatnya dapat ditekan, sehingga generasi muda Indonesia dapat tumbuh dengan lebih sehat dan berkualitas.***

Berita Terkait