DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Ilma Sovri Yanti Ilyas: Gerbang Awal Kesehatan Anak Adalah Dengan Cegah Stunting

image
Penyerahan telur gerakan peduli stunting Kabupaten Rembang.

ORBITINDONESIA.COM - Gerbang awal kesehatan anak adalah dengan mencegah stunting.
 
Hasil penelitian Bappenas, pengurangan angka stunting di negara kita berjalan sangat lamban, karena stunting dianggap sebagai persoalan yang tidak langsung kelihatan.
 
Stunting tidak menunjukkan sakit yang harus segera di tolong, sehingga persoalan stunting ini jauh dari pembahasan kita di masyarakat.
 
 
Padahal, berkembang berbagai temuan penyakit baru, temuan berbagai bentuk olahan makanan, perkembangan informasi dan teknologi. Ini berpengaruh pada gaya hidup anak anak, yang dapat merugikan tumbuh kembangnya, bila tidak diantisipasi dengan baik.
 
Namun sayangnya orang tua baru menyadari setelah anak dinyatakan mengalami gangguan tumbuh kembang, baik dalam fisik dan jiwa. Terutama akan semakin berat ketika anak memasuki usia produktifnya.
 
Ketika mereka mudah menyalahkan dirinya sendiri akibat keterbatasan yang dimiliki, mengalami disabilitas yang tidak bisa terlihat karena gangguan di dalam tubuh yang berpengaruh pada gerak, mengalami sakit berkepanjangan yang tak kunjung sembuh, dan mengalami tiba tiba berpenyakit berat di usia produktif seperti diabetes, paru paru dan jantung. Sedangkan yang paling tidak langsung kelihatan adalah masalah kejiwaan.
 
Bahkan ada orang tua yang sampai ke orang pintar, karena menganggap anak mendapatkan serangan ghaib. Tentu ketika sudah sampai di titik ini, sudah terbayang pengobatan yang terus menerus, jangka panjang, menghabiskan biaya dan menguras emosi dan bersaudara.
 
 
Karena ketika aspek fisik kesehatan tidak terperhatikan, maka anak anak akan terserang jiwanya.
 
Yang berakhir menjadi ‘rasa penyesalan tak berkesudahan’, setelah di observasi dunia kesehatan, ternyata mengancam jiwa, menyebabkan penyakit berkepanjangan, mengalami hambatan fisik dan jiwa, bahkan ancaman kematian.
 
Untuk itu pencegahan stunting menjadi modal utama dan pertama dalam membentuk pondasi 1.000 hari pertama kehidupannya, sejak dari perencanaan kandungan, saat di kandungan, melahirkan, sampai anak berumur 2 tahun.
 
Karena stunting bicara rencana pertumbuhan janin, pertumbuhan kandungan, pertumbuhan fisik, otak dan jiwa sang jabang bayi yang belum jadi. Agar dapat di bekali kekuatan dari luar dan dalam pada pertumbuhannya.
 
Jangan terbalik, tumbuh tanpa dibekali kekuatan. Dibiarkan saja, karena ada anggapan itu proses alamiah. Padahal proses di dalamnya membutuhkan pengawasan rutin, tiap hari, tiap minggu, tiap bulan. Sehingga rutin ke Posyandu adalah pilihan utama dalam mencegah stunting.
 
 
Bahwa ada kebutuhan yang sangat serius sejak pasangan menikah, dan merencanakan kehamilan. Karena mau tidak mau, akan hadir seorang anak.
 
Tidak hanya mencegah stunting, begitu juga perencanaan dukungan terhadap sang ibu yang mengandung buah hati. Bagaimana sang suami sigap, memberikan vitamin penambah darah, asupan bergizi, mengerti dan mampu mengatasi tekanan dari istrinya (atas perubahan tubuh yang begitu cepat dan membawa sangat tidak nyaman di awal kehamilan sampai masa kelahiran).
 
Sehingga pendampingan suami dan kenyamanan sang istri menjadi faktor utama lainnya, untuk janin dan kandungan tumbuh dengan sempurna.
 
Selain itu ada aspek pengasuhan anak sejak dari kandungan sampai umur 2 tahun. Pengasuhan wajib dihadirkan sejak dalam kandungan, sejak dititipkan dalam rahim ibunya.
 
 
Bahwa apa yang terjadi pada kondisi ayah, ibu dan keluarganya, saat anak di dalam rahim, ternyata ketika lahir akan dibawa anak menjadi sifatnya, yang terbukti sangat mempengaruhi pertumbuhannya.
 
Sampai di sini kita sadar, bahwa kehamilan, perlu ada langkah langkah sebelumnya, agar anak yang kita bayangkan atau impikan benar benar tercipta. Dengan mendahulukan cek kesehatan ayah dan ibunya sebelum merencanakan kehamilan, mengecek rahim sebelum merencanakan kandungan, menghadirkan kasih sayang antar pasangan.
 
Sehingga ada pengasuhan bersama sejak dalam kandungan, mendapatkan asupan gizi yang seimbang, menjaga psikis ibu yang kuat dalam menghadapi gangguan selama kehamilan, tumbuhnya janin tidak mengancam ibu kekurangan darah dan makanan, ibu dan anak mendapatkan asupan gizi seimbang, dan ketika terlahir di berikan modal kesehatan yang tinggi dengan mendapatkan imunisasi lengkap sejak awal.
 
Sehingga, stunting menjadi faktor pondasi pertama atau modal utama dan pertama dalam anak bisa kuat mengarungi kehidupan. Kalau saya bilang menjadi gerbang awal kesehatan anak.
 
 
Namun apalah guna, setelah mengalami gangguan hambatan dalam tubuh, fisik dan jiwa, kita baru menyadari, seperti yang terjadi pada anak anak yang mengalami Kejadian Luar Biasa Campak, diabetes, kanker, anak anak mengalami ganguan jiwa, anak anak mengalami hambatan pertumbuhan otak.
 
Padahal itu semua adalah penyakit yang bisa dicegah. Jangan sampai, karena ancamannya sangat serius di kemudian hari, menyebabkan kita abai sejak awal, dan tidak tahu apa itu stunting
 
Kalau melihat tujuan UU Perlindungan Anak disahkan, bahwa pelaksanaan perlindungan anak dari kekerasan haruslah terjadi sejak dari kandungan. Baik akibat peng’abai’an atau ketelantaran seperti yang terjadi pada anak stunting.
 
Karena kurang perhatian sejak perencanaan kandungan, anak tidak tercatat di catatan sipil, yang menyebabkan tidak memiliki akta kelahiran. Ini menyebabkan selanjutnya anak tidak memiliki akses jaminan pada kartu identitas anak, kartu jaminan kesehatan, kartu jaminan pendidikan dan jaminan perlindungan.
 
 
Untuk itulah para petugas RT RW, kader posyandu selalu mengingatkan pentingnya adanya pemeriksaan bayi dan balita. Bahkan sebenarnya posyandu juga untuk lansia, remaja, perempuan dan bapak bapaknya.
 
Kemudian pentingnya anak segera tercatat sejak dinyatakan hamil. Dilanjutkan setelah kelahiran, segera mendapatkan akta kelahiran.
 
Kalau ini tidak disadari, pernikahan yang penuh kasih sayang itu, sebenarnya hanyalah menuntut formalitas, administratif, sampai bisa menikah.
 
Tetapi ketika menghadapi kehidupan dalam lembaga keluarga yang sesungguhnya, adalah mengurus, mengasuh anak. Lupa, tidak pernah belajar, tidak pernah ikut kursus pernikahan, terabaikan. Karena diabaikan dan pasangan tidak dibekali sejak awal.
 
Yang terjadi kemudian, pola mengasuh anak, adalah pola warisan dari orang tuanya, dari kakek neneknya. Yang tidak pernah berubah.
 
 
Ada warisan orang tua dalam mengasuh keluarga dengan pola ancaman, seperti pasangan mengancam kabur dari rumah, atau tidak bertanggung jawab, bahkan bercerai. Ketika mereka tidak mampu menghadapi persoalan anak.
 
Seperti permasalahan terakhir yang viral, ibu mengalami kritis saat mau melahirkan dan di tolak rumah sakit, kasus anak menyayat tangan, kasus anak menjadi pelaku untuk anak lainnya, bahkan ada anak yang membunuh terkesan tanpa alasan.
 
Artinya ada yang harus dicegah sejak awal, diantisipasi, dengan anak anak memiliki modal kesehatan yang tinggi dengan cegah stunting.
 
Karena ketika sejak kandungan tidak terdeteksi, kita akan menambah kegagalan generasi dalam keluarga, anak anak ke depan yang gagal menghadapi kehidupan, gagal menghadapi emosinya, gagal dalam melihat dirinya dan kebutuhannya.
 
Sehingga anak hidup dalam hambatan dan kerugian, yang menyebabkan pertumbuhannya menjadi mengancam untuk diri sendiri dengan tanpa ia sadari.
 
 
Apalagi kita tahu anak anak, tidak bisa membela dirinya sendiri, akibat tidak paham pertumbuhan fisik dan jiwanya yang sebenarnya mempunyai kebutuhan yang tidak bisa di tunda tunda.
 
Situasi ini menyebabkan anak anak kita dalam pertumbuhannya, akan sangat mudah di kuasai fisik dan jiwanya, pemahamannya mudah dibelokkan, menghadapi emosinya lebih mudah diprovokasi, mudah didominasi ketakutan, kepanikan. Ia tidak memiliki kekuatan dari dalam, untuk menolaknya dan melampiaskan dengan benar, dengan positif.
 
Sehingga kalau kita mampu cegah stunting sampai anak berumur 2 tahun, di mana di umur tersebut, anak mulai bisa berjalan, yang artinya di mulainya sedikit demi sedikit anak akan terlepas dari ketergantungan, yang artinya kita akan melepas anak di dunia lepas, bebas, yang perlu kekuatan untuk menghadapinya.
 
 
Ibu tentu ingat istilah, di dalam pikiran yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Untuk itu mari cegah stunting pada anak anak kita. Agar anak anak dapat dibekali kekuatan dari dalam dirinya, untuk menfilter apa yang menjadi hambatan, apa yang menjadi rasa dan emosinya ke depan.
 
Mari rajin datang ke Posyandu, mari rajin mengkonsultasikan kesehatan anak kita sejak perencanaan kandungan, saat kandungan sampai umur 2 tahun.
 
Negara kita, sedang menghadapi tingginya angka stunting di Indonesia, artinya ini stunting tidak dapat diremehkan karena ukurannya ‘masih mudah kita lihat, ada di sekitar kita’. Dan 2024 ini, kita punya target, penurunan angka stunting yang masih di angka 20 persen anak, turun menjadi 12 persen anak.
 
Karena apa? Penurunan angka stunting akan mengurangi risiko kehidupan di masa depan, yang akan dihadapi anak. Terima kasih
Salam Senyum Anak Indonesia
 
(Oleh: Ilma Sovri Yanti Ilyas) ***

Berita Terkait