ORBITINDONESIA.COM - Soeharto dulu juga selalu bilang kedaulatan ada di tangan rakyat, namun ternyata penentu utama pengangkatan atau pemilihan setiap pejabat tinggi bahkan tertinggi negara ada di tangannya.

Apakah sekarang mau terulang lagi hal yang seperti ini, gembar-gembor Kedaulatan Ada di Tangan Rakyat, namun nyatanya selalu berusaha keras sendiri untuk menentukan semua hal yang berhubungan dengan kekuasaan negara.

Ini negara, milik jutaan rakyat, bukan milik diri sendiri dan keluarga sendiri. Jangan rakus dan tamak!

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Andre Vincent Wenas: Perbincangan Mengenai Politik Dinasti dan Dinasti Politik Serta Perimbangan Kekuasaan

Beranilah membersihkan kabinet dari para maling, koruptor, jangan menunggu maling-maling atau koruptor-koruptor itu ditangkapi oleh KPK dulu baru direshuffle!

Kami capek dan muak, bertahun-tahun memberitau si ini korupsi, si itu korupsi, segera reshuffle, namun tetap saja dibiarkan maling sampai KPK sendiri yang menangkapnya dan baru direshuffle. Itupun kadang karena mereka mengundurkan diri.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Seorang sahabat setia saya pernah mengingatkan ke saya, bahwa menurut pakar pengamat politik (alm. Arbi Sanit), pernah mengatakan bahwa,"Presiden ini presiden terlemah sepanjang sejarah Pemerintahan Republik Indonesia, karenanya diperlukan banyak kompromi agar pemerintahan dapat terus berjalan dengan stabil".

Namun setahu saya, pemerintahan ini juga pemerintahan yang didukung oleh jutaan relawan-relawannya yang heroik dan militan.

Baca Juga: Di Tengah Tantangan Ekonomi Global, BRI Optimistis Ruang Pertumbuhan Kredit Masih Besar

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Lalu kenapa Presiden tidak menggunakan kekuatan dukungan itu untuk mengawal pemerintahannya agar lebih tegas dan lebih kuat menghadapi gerombolan pengacau negara?

Kenapa kekuatan dukungan itu malah digunakan untuk memperkuat dan mempermulus hasrat, ambisi berkuasa untuk keluarganya saja?

Dua periode kami mendukung penuh pemerintahan ini tanpa meminta imbalan apapun. Tidak apa-apa, karena kami mendukung bukan karena niat buruk, melainkan karena niat baik agar negara ini aman, maju dan lebih beradab.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Namun tolong jangan rusak kepercayaan kami ini dengan rusak dan noraknya prilaku politik anda di akhir masa jabatan Anda.

Baca Juga: Lewat Akun X, Ganjar Pranowo Bikin Sindiran Halus tentang Arti Kesetiaan kepada Rumah yang Telah Membesarkan

Pemimpin harus dekat dengan tokoh-tokoh loyalisnya yang berani mengingatkannya ketika salah meski ia orang sederhana.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Bukan hanya dekat dengan tokoh-tokoh loyalisnya yang penjilat hanya karena dia kaya raya dan jago kasak kusuk ke elite-elite politik ke sana ke mari, sedangkan mereka dangkal pemikirannya, minim komitmen keadilan dan wawasan kerakyatannya, kering kerontang rasa peduli dan empatinya pada mereka yang lemah!

Negeri ini memerlukan pemimpin dengan jiwa besarnya, pemimpin yang mau mendengar jeritan batin rakyatnya yang susah, bukan memerlukan pemimpin yang hanya gemar membangun citra kehebatan dirinya sendiri saja ! Ingatlah itu, hai tuan mandor demokrasi yang sedang lupa diri!

14 Oktober 2023.

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Ketua Umum HARIMAU JOKOWI yang terluka. Mantan penantang rezim Soeharto di Berlin Jerman (1991-1995). ***