DECEMBER 9, 2022
Kesehatan

Dokter Agus Dwi Susanto: Rokok Elektronik Bisa Sebabkan Paru Bocor

image

ORBITINDONESIA.COM - Prof Dr. dr. Agus Dwi Susanto mengatakan, paru bocor bisa disebabkan oleh rokok elektronik. Hal ini bisa ditangani dengan meminta pasien berhenti merokok, tanpa perlu memberinya obat.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia ini mengungkapkan, kondisi paru bocor atau pneumothoraks ini pernah dialami seorang laki-laki berusia 23 tahun di Indonesia.

Gejala paru bocor itu dimulai dengan keluhan sesak napas sejak tiga hari, disertai batuk, namun tidak mengalami demam, tidak berkeringat malam, tidak memiliki riwayat asma dan TB.

Baca Juga: Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Begini Bahaya Merokok yang Perlu Anda Tahu

Agus dalam media briefing bertema "Paparan Hasil Kajian dan Studi Klinis Rokok Elektronik di Indonesia" yang digelar daring, Selasa, 9 Januari 2024 menuturkan, pasien ini merokok konvensional selama 10 tahun lalu beralih ke rokok elektronik selama 1 tahun.

"Selama 10 tahun itu dia tidak pernah bocor parunya, kemudian pindah satu tahun pakai rokok elektronik, tiba-tiba sesak, kemudian di-rontgen, paru-parunya bocor, ada airnya," katanya.

Pada pasien ini kemudian dipasangkan selang di dada dan diminta berhenti merokok vape. Setelahnya, dia tak lagi mengalami keluhan dan kekambuhan.

Baca Juga: Dokter Jeffrey Ariesta Putra: Pendekatan Harm Reduction Bisa Jadi Opsi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

"Setelah selesai dioperasi, dikeluarkan cairannya, paru-parunya bisa dikembangkan kembali, disuruh berhenti merokok vape, habis itu tidak kambuh-kambuh lagi. Penyebabnya kemungkinan besar karena vape," jelas Agus.

Paru bocor terjadi ketika udara masuk ke ruang antara dinding dada dan paru-paru yang disebut ruang pleura. Tekanan udara ini menyebabkan paru-paru mengempis dengan sendirinya.

Paru-paru mungkin kolaps seluruhnya, namun paling sering hanya sebagian saja yang kolaps dan masalah ini dapat memberi tekanan pada jantung sehingga menimbulkan gejala lebih lanjut.

Baca Juga: Pengamat Politik Yusa Djuyandi: Perlu Siapkan Tiga Hal Agar e-Voting Dapat Diterapkan Dalam Pemilu dan PIlkada

Penyebab masalah ini salah satunya merokok. Sebuah studi dalam jurnal medis BMJ menunjukkan pria yang merokok berisiko 22 kali lebih tinggi mengembangkan spontaneous pneumothorax atau pneumothoraks spontan (PSP), sementara pada perokok wanita risikonya 9 kali lebih tinggi.

"Itu banyak sekali laporannya di berbagai jurnal. Harus dipasang selang, ketika parunya sudah berkembang, dicabut selangnya, pasien disuruh berhenti merokok dari vape, abis itu tidak kambuh lagi," kata Agus.***

Sumber: Antara

Berita Terkait