DECEMBER 9, 2022
Kesehatan

Harus Waspada, Gejala Demam Berdarah Dengue Mirip Demam Biasa Sehingga Bisa Berakibat Fatal

image
Petugas melakukan fogging atau pengasapan di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/12/2023). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut bahwa perubahan iklim berdampak terhadap peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) dimana pada Januari hingga November 2023 tercatat ada 76.449 kasus DBD dengan 571 kasus kematian. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.

ORBITINDONESIA.COM - Demam yang sebenarnya pertanda demam berdarah dengue atau DBD sering dianggap demam biasa, sehingga pasien terlambat dibawa ke rumah sakit.

Salah membaca gejala demam berdarah atau DBD yang bisa berakibat fatal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri Kesehatan Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, Ph.D.

"Yang tadinya dianggap sebagai demam biasa, sebenarnya kasus demam berdarah," kata Dante dalam video sambutan, saat acara “Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue/DBD" di Jakarta, Rabu, 17 Januari 2024.

Angka kematian akibat demam berdarah mencapai 1-50 hingga 50-122. Salah satu faktor yang menyebabkan kematian akibat DBD adalah pasien terlambat dibawa ke rumah sakit.

Dante merujuk data Kementerian Kesehatan, mengatakan situasi dengue di Indonesia menunjukkan angka kasus mencapai 98.071 pada tahun 2023, dengan 764 angka kematian.

Sementara pada tahun 2022 yakni 143.176 kasus dengan angka kematian mencapai 1.236.

Pemerintah, imbuh dia, telah melakukan berbagai upaya pengendalian dengue, mulai dari larvasida sekitar tahun 1980-an, fogging (pengasapan) mulai tahun 1990-an, kemudian program Jumantik tahun 2000-an.

"Mudah-mudahan kita mendapatkan berbagai upaya lagi yang lebih advance (maju) dan lebih baik serta lebih dini dalam upaya untuk mengatasi demam berdarah dengue pada masa yang akan datang," kata dia.

Dokter dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia Prof. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD-KPTI, Ph.D, mengatakan demam pada DBD bisa berlangsung beberapa hari lalu membaik, sehingga seringkali dianggap sembuh oleh pasien.

Kondisi itu bisa menyebabkan keterlambatan penanganan, lalu berkontribusi pada kasus yang berat.

"Yang kita perlu curiga, satu demamnya mendadak. Jadi pagi-pagi masih olahraga, tiba-tiba sore langsung demam tinggi. Kemudian ada sakit kepala luar biasa, lalu saat diperiksa ada pembesaran hati," kata Erni.

Anak-anak dinilai rentan terkena DBD. Angka kematian akibat DBD lebih banyak pada kelompok usia 5-16 tahun.

Pada orang dewasa, kasus DBD bisa menjadi berat akibat penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes.***

Sumber: Antara

Berita Terkait