DECEMBER 9, 2022
Nasional

Pengamat Politik Dedi Kurnia Syah: Airlangga Hartarto Berpeluang Pimpin Koalisi Besar di Era Prabowo-Gibran

image
Arsip - Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Airlangga Hartato (kiri) berbincang dengan Ketua TKN Rosan Roeslani (tengah) dan anggota Dewan Pengarah TKN Hashim Djojohadikusumo (kanan) usai mengikuti rapat di Jakarta, Kamis, 9 November 2023. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wpa.

ORBITINDONESIA.COM - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Dedi Kurnia Syah menilai, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berpeluang memimpin koalisi besar di pemerintahan Prabowo-Gibran.

''Kinerja Airlangga Hartarto dinilai cukup baik dalam mengawal sektor perekonomian dalam negeri, jadi peluangnya cukup besar memimpin koalisi besar. Ini menandai jika Jokowi akan ada pada pihak Golkar, termasuk soal penyusunan kabinet," kata Dedi Kurnia Syah dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, 22 Maret 2024.

Peluang Airlangga Hartarto itu disampaikan Dedi Kurnia Syah menanggapi lahirnya wacana koalisi besar, yang akan mengawal pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang mulai ramai diperbincangkan dalam beberapa hari terakhir.

Baca Juga: Airlangga Hartarto: Tidak Ada Skenario Golkar untuk Rebut Kursi Ketua DPR RI Mendatang

Koalisi besar diungkapkan Sekjen DPP Gerindra Ahmad Muzani, yang menilai koalisi itu sangat penting untuk menyukseskan program-program besar yang akan dijalankan Prabowo-Gibran.

Menurut dia, jika membaca pemerintahan sebelumnya atau yang saat ini sedang berjalan maka ada kelebihan jika wacana koalisi besar tersebut benar-benar terealisasi.

"Kelebihan yang dimaksud yakni stabilitas dan efektifitas putusan politik, sehingga pemerintah dimudahkan dalam menjalankan pekerjaan pembangunan," jelasnya.

Baca Juga: MKGR Serahkan Kepada Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto tentang Penetapan Jadwal Munas Golkar 2024

Dedi menilai sangat mungkin peluang koalisi besar itu terwujud. Namun tentu dengan catatan dilakukan secara proporsional. Partai pengusung Prabowo-Gibran harus mendapat porsi yang sesuai dengan kinerja politik mereka, utamanya dalam hal pemenangan.

"Secara khusus Golkar (mesti mendapat porsi lebih), mengingat Golkar adalah partai terbesar sekaligus representasi Gibran," ujarnya.

Artinya, kata Dedi, cukup rasional jika Partai Golkar dilibatkan dalam putusan penting koalisi besar tersebut. Bahkan Partai Golkar bisa saja dianggap sebagai pemimpin koalisi besar karena jumlah kursi partai yang identik dengan warna kuning itu di parlemen yang terbesar dalam koalisi.

Baca Juga: Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto: Soal Netralitas Jokowi Disinggung Komisi HAM PBB adalah Hal Biasa

"Di luar itu, partai penantang di pilpres utamanya PKB dan Nasdem sejauh ini tidak miliki persoalan dan pertentangan dengan kelompok Prabowo-Gibran, untuk itu wacana koalisi besar cukup mudah dijalankan," katanya. ***

Sumber: Antara

Berita Terkait