Fenomena Balap Liar: Tantangan Kebijakan dan Budaya Kota Surabaya
ORBITINDONESIA.COM – Balap liar di Surabaya kian terstruktur, menjadi subkultur yang meregenerasi di kalangan remaja.
Fenomena balap liar di Surabaya kembali menjadi perhatian publik. Pemerintah berupaya mengatasi masalah ini dengan kebijakan pembatasan jam malam. Namun, kebijakan ini menuai kritik karena dianggap dapat berdampak negatif pada generasi muda.
Anggota Komisi A DPRD Surabaya, Azhar Kahfi, menilai kebijakan jam malam perlu dievaluasi. Azhar mengamati bahwa balap liar kini telah menjadi pola terstruktur dengan lokasi dan waktu yang konsisten. Aktivitas ini bukan sekadar kenakalan, melainkan bagian dari subkultur otomotif yang terus berkembang.
Azhar menekankan pentingnya membedakan kebijakan untuk remaja yang masih sekolah dan yang putus sekolah. Menurutnya, balap liar adalah bentuk ekspresi identitas kolektif yang memiliki nilai kebanggaan dan tradisi di kalangan pelakunya. Pertanyaan yang muncul adalah apakah mereka hanya dianggap sebagai masalah sosial semata?
Fenomena balap liar di Surabaya menuntut pendekatan yang lebih komprehensif dari sekadar pembatasan waktu. Bagaimana kita bisa merangkul budaya ini tanpa mengabaikan aspek keselamatan dan hukum? Ini adalah tantangan bagi pemerintah dan masyarakat untuk menemukan solusi yang bijak.