Menimbang Ulang Self-Care: Antara Konsumerisme dan Kebutuhan Nyata

ORBITINDONESIA.COM – Self-care sering disalahartikan sebagai kesempatan untuk berbelanja, namun apakah ini benar-benar memenuhi kebutuhan emosional kita atau justru memperparah masalah?

Tren pencarian Google menunjukkan peningkatan minat terhadap self-care, namun banyak yang mengaitkannya dengan belanja yang berlebihan. Meski kekhawatiran ekonomi meningkat, konsumen tetap menghabiskan uang untuk barang-barang personal care selama liburan.

Menurut laporan Global Wellness Institute, pasar wellness global diproyeksikan mencapai $9 triliun pada 2028. Namun, banyak yang masih keliru menganggap self-care sebagai pembelian barang yang tidak perlu, bukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan emosional.

Konsumerisme telah membungkus self-care dengan label harga, ujar Iresha Picot, yang menekankan pentingnya memprioritaskan diri sendiri di luar belanja. Kristina Durante menambahkan bahwa ketidakpastian mendorong kita untuk membeli sebagai cara mengembalikan kendali atas hidup.

Merefleksikan kebutuhan sebenarnya dan mengidentifikasi kebahagiaan sejati bisa menjadi cara yang lebih baik untuk merawat diri. Seperti yang disarankan Picot, menemukan kebahagiaan kecil setiap hari dapat menciptakan kepuasan lebih mendalam daripada sekadar membeli barang.

(Orbit dari berbagai sumber, 22 Agustus 2025)