DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Pencegahan dan Penanganan Bagi Pasangan Muda yang Radikal

image
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ahmad Nurwakhid.

Oleh: Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM., Direktur Pencegahan BNPT RI

ORBITINDONESIA - Karena radikalisme itu virus yang berpotensi masuk ke dalam pikiran semua orang, maka, kasus-kasus radikalisme pada lingkup keluarga, juga terjadi.

Keluarga-keluarga radikal umumnya berasal dari pasangan-pasangan muda yang telah terinfeksi paham radikal sebelum menikah (pra nikah), dari salah satu maupun keduanya.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dan negara. Bagaimana wajah suatu masyarakat dan negara, tercermin dalam kehidupan keluarga-keluarganya.

Baca Juga: Piala Presiden, Aremania: Bawa Piala ke Malang Lagi

Oleh sebab itu, pembentukan keluarga-keluarga yang radikal, menjadi program dari kelompok-kelompok radikal.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Memang salah satu metode perekrutan kelompok radikal adalah dengan perkawinan. Cara ini cukup efektif untuk meradikalisasi seorang perempuan.

Perempuan cenderung lebih militan dan loyal daripada laki-laki dalam hal memegang teguh ideologi radikal.

Upaya penanganan  yang dapat dilakukan terhadap pasangan-pasangan muda yang radikal adalah sebagai berikut:

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Baca Juga: Persija Jakarta Tampilkan Permainan Efisien, Hanno Behrens, Ondrej Kudela, dan Michael Krmencik Idola Baru

Pertama, kita berdoa agar yang bersangkutan segera mendapatkan hidayah untuk menemukan kembali jalan yang lurus. Sesungguhnya kita hanya dapat berusaha, adapun yang bolak balikkan hati manusia adalah Tuhan.

Kedua, melakukan dialog sebagai upaya disengagement (memisahkan atau melepaskan) dari individu, kelompok maupun narasi radikal baik secara offline maupun online.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Proses disengagement ini  paling memungkinkan dilakukan oleh keluarga terdekat seperti orang tua, mertua, paman, bibi dan saudara kandung.

Ketiga, andaikata keluarga dekat sulit mengadakan dialog, dapat dilakukan pendekatan moderasi terhadap pemahaman dengan menggunakan aktor yang dianggap memiliki kedekatan ideologis.

Baca Juga: Soekarno: Imperalis dan Kapitalis Itu Harus Diisap jadi Asap dan Debu

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Mantan teroris sangat efektif diajak berdialog dan melakukan moderasi guna mengurangi kadar atau menurunkan tingkat radikalitas mereka, karena, jika dengan ulama dan tokoh di luar kelompok mereka, mereka resisten dan menghindar. 

Keempat, jika dialog berhasil, selanjutnya melakukan assessment kepada mereka untuk mengetahui tingkat atau kadar keradikalannya, selanjutnya diberikan vaksinasi yang tepat guna meningkatkan imunitas ideologinya.

Kelima, melakukan pendekatan kemanusiaan dengan menghadirkan keluarga atau orang-orang yang memiliki ikatan emosional dalam diri mereka untuk mengajak kembali pada jalan yang benar.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Pelajaran penting dari kasus pasangan-pasangan muda yang radikal adalah, pentingnya pencegahan dengan melakukan vaksinasi dari virus radikalisme pra nikah.

 Baca Juga: Duda Keren dari Saudi Arabia Ini Bercerai Karena Istrinya Tidak Bisa Memasak, Netizen: Masya Allah Gantengnya

Ketika seseorang sudah terpapar, memang akan sulit dilakukan  pendekatan dialog dan membutuhkan proses penyembuhan yang bertahap.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Proses penyembuhan bagi yang sudah terpapar harus disikapi dengan sabar, karena membutuhkan pendampingan yang berkelanjutan.***

 

 

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

 

Berita Terkait