Puisi Esai Denny JA: Awal Api Aksi Protes Itu
15 Puisi Esai Soal Aksi Protes dan Kerusuhan Agustus-September 2025 (2)
Oleh Denny JA
(25 Agustus 2025, ribuan massa dari buruh, mahasiswa, pelajar, dan rakyat kecil berkumpul di depan DPR/MPR, Jakarta. Ia menjadi awal sebuah sejarah). (1)
Asap gas air mata menjalar ke langit Jakarta,
menjadi udara yang mematahkan doa,
merobek kitab demokrasi yang belum selesai dibacakan.
Hari itu, 25 Agustus 2025, ribuan buruh, mahasiswa, pelajar,
dan rakyat kecil memenuhi depan DPR/MPR.
Mereka gelisah oleh luka yang diwariskan zaman:
kursi parlemen yang kian gemuk tunjangannya,
tangan elite yang basah oleh uang korupsi.
Pasar yang menyalakan harga hingga rakyat tercekik,
pabrik yang menutup pintunya tanpa ampun,
dan janji politik yang hancur menjadi kaca jatuh ke jalan.
Gedung parlemen yang seharusnya rumah rakyat
menjelma benteng sunyi dengan kaca retak, pagar roboh,
dan tembok yang dipenuhi coretan perlawanan.
-000-
Raka, mahasiswa semester enam, berdiri di tengah kabut.
Batuknya pecah, matanya memerah,
tapi tangannya tetap menggenggam bendera merah putih
yang terperosok setengah ke dalam lumpur.
“Untuk apa aku tetap di sini?” ia bertanya pada dirinya.
Ia menatap kawat berduri—urat besi yang memutus dialog.
Ia melihat ban terbakar—lidah amarah rakyat
yang tak bisa lagi dibungkam.
Di balik tameng, seorang polisi muda menatapnya ragu.
Mereka seumuran, sama-sama punya mimpi,
sama-sama ingin hidup layak.
Namun hari itu, mereka dipaksa berdiri di sisi yang berlawanan.
-000-
Kabut gas air mata merobek paru-paru,
bau asam menusuk sampai ke hati.
Sirine meraung, borgol berderak,
suara sepatu lars menghantam aspal.
Gas itu menyusup ke dada seperti serbuk besi,
menusuk halus namun tak terbendung.
Setiap helaan napas terasa berkarat,
tubuh dipaksa menjadi mesin yang macet.
Raka ingin mundur.
Namun langkahnya membatu di jalan penuh pecahan kaca.
“Kalau aku pergi, siapa yang berkata
bahwa parlemen bukan singgasana kosong,
melainkan rumah rakyat kecil yang megap-megap
dihimpit harga beras, dililit tagihan listrik,
dan ditinggalkan pekerjaan yang raib bagai bayangan?
Senja turun membawa warna merah-oranye,
bukan darah, bukan juga cahaya murni,
melainkan pantulan api ban terbakar dan lampu sorot aparat.
Jakarta lumpuh: kantor ditutup, jalan macet beku,
sementara demokrasi sendiri ikut terjerat
dalam kabut gas dan gema yel-yel yang patah di udara.
Di sudut jalan, seorang ibu tua duduk di atas karung beras kosong.
Tangannya menganyam janji dari sobekan poster dan kawat duri.
"Kami bukan arang yang padam setelah demo," bisiknya pada aparat.
"Kami akar yang merambat di retakan beton, menunggu hujan membelah tanah."
-000-
Di tengah kepungan gas dan api, Raka mendengar gema tak kasatmata:
suara generasi yang hilang, janji-janji yang terkubur di balok parlemen.
Dan doa rakyat kecil yang terus menuntut langit.
Dari reruntuhan hari itu, ia memahami: protes bukan sekadar teriakan.
Ia doa sejarah yang menuntut jawaban.
Raka menunduk pada bendera merah putih yang jatuh.
Merah itu kini bukan semata keberanian,
putih itu bukan lagi kesucian,
tapi lumpur, asap, dan air mata yang melekat padanya.
Ia teringat kisah 1998 yang pernah ia baca di buku sejarah.
Kini ia bukan lagi pembaca,
tetapi pelaku dari gema yang terulang.
Generasi berganti, tapi pertanyaan tetap sama:
Apakah demokrasi sungguh hidup,
atau hanya nama kosong yang dipajang di papan gedung parlemen?
Menjelang gelap menutup langit, Raka menulis tergesa:
“Keadilan bisa digiring keluar panggung,
namun tak bisa dihapus dari naskah zaman.
Hari ini keadilan jatuh di jalan berdebu,
esok ia berdiri sebagai nyala yang lebih terang.
Sebab keadilan adalah denyut sejarah yang menolak padam.”*
Jakarta, 29 September 2025
Catatan
Puisi esai ini terinspirasi dari laporan kericuhan demo DPR/MPR RI, Jakarta, 25 Agustus 2025, yang berujung pada penggunaan gas air mata, dan bentrokan.
Demo '25 Agustus' tolak tunjangan rumah anggota DPR ricuh, Dasco: Tunjangan Rp 50 juta dihentikan - BBC News Indonesia
-000-
Banyak puisi esai dan ratusan esai Denny JA soal filsafat hidup, political economy, sastra, agama dan spiritualitas, politik demokrasi, sejarah, positive psychology, catatan perjalanan, review buku, film dan lagu, bisa dilihat di FaceBook Denny JA’s World
https://www.facebook.com/share/p/19svFkXoyk/?mibextid=wwXIfr ***