Banjir di Indonesia, Thailand, dan Sri Lanka Tewaskan Lebih dari 1.160 Orang, Upaya Pemulihan Terus Berlanjut
ORBITINDONESIA.COM - Lebih dari 1.160 orang tewas akibat cuaca ekstrem di seluruh Asia. Pihak berwenang di Indonesia berupaya keras membantu warga Sumatra, setelah banjir menewaskan hampir 600 orang.
Sri Lanka dan Thailand juga bergerak untuk mendukung mereka yang terdampak banjir bandang.
Presiden Indonesia telah menyerukan lebih banyak tindakan untuk menghadapi perubahan iklim sementara negara-negara di seluruh Asia bergulat dengan dampak cuaca ekstrem yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Hampir 600 orang tewas di Pulau Sumatra saja, Indonesia, setelah banjir bandang dan tanah longsor dahsyat yang disebabkan oleh hujan monsun dan Siklon Senyar.
Pada Senin malam, 1 Desember 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan 593 orang tewas, sementara lebih dari 450 orang masih hilang.
Sri Lanka juga bergulat dengan dampak Siklon Ditwah, yang menewaskan sedikitnya 390 orang dalam banjir terburuk yang pernah terjadi di negara itu dalam beberapa dekade.
Setidaknya 176 orang tewas di wilayah selatan Thailand, di mana banjir parah berdampak pada sekitar 4 juta orang dan 1,5 juta rumah tangga.
Lebih dari setengah juta orang telah mengungsi akibat banjir dan kerusakan yang meluas di provinsi Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh.
Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, mengunjungi Sumatra Utara pada hari Senin, dan kemungkinan akan melanjutkan kunjungan ke Sumatra yang dilanda banjir.
"Ada jalan yang masih terputus, tetapi kami melakukan segala yang kami bisa untuk mengatasi kesulitan," ujarnya di Sumatera Utara.
"Kita menghadapi bencana ini dengan ketahanan dan solidaritas. Bangsa kita kuat saat ini, mampu mengatasi ini."
Ia mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim.
"Kita perlu menghadapi perubahan iklim secara efektif," ujar Prabowo kepada para wartawan.
"Pemerintah daerah harus mengambil peran penting dalam menjaga lingkungan dan bersiap menghadapi kondisi cuaca ekstrem yang akan muncul akibat perubahan iklim di masa mendatang."
Kelompok masyarakat sipil di Indonesia telah mendesak presiden dan pemerintah pusat untuk mengumumkan keadaan darurat, guna meningkatkan dan memfasilitasi upaya bantuan dengan lebih baik.
Curah hujan telah mereda di Sumatra, memberikan sedikit kelegaan bagi tim penyelamat dan pihak berwenang, yang berupaya keras membersihkan jalan untuk pasokan dan memulihkan jaringan komunikasi.
Banyak komunitas, terutama di Aceh, masih terputus aksesnya. Di Aceh Utara, Misbahul Munir, 28 tahun, menceritakan pengalamannya berjalan melewati air setinggi leher untuk kembali ke orang tuanya.
"Semua yang ada di rumah hancur karena terendam," katanya kepada AFP.
"Saya hanya punya pakaian yang saya kenakan," katanya sambil menangis. "Di tempat lain, banyak orang yang meninggal. Kami bersyukur kami sehat."
Alat berat tidak dapat mengakses beberapa daerah yang paling parah terkena dampak.
Tim penyelamat dari Basarnas, badan pencarian dan penyelamatan Indonesia, telah menggali reruntuhan tanah longsor dengan peralatan sederhana dan tangan kosong, mengevakuasi jenazah dan mencari korban selamat dengan putus asa.
"BNPB memprioritaskan pencarian dan penyelamatan, kebutuhan dasar, dan pemulihan transportasi dan komunikasi," kata BNPB dalam sebuah pernyataan.
Bencana 'Paling Menantang' dalam Sejarah Sri Lanka
Otoritas Sri Lanka mengatakan pada hari Senin bahwa mereka masih mencari 352 orang yang hilang setelah hujan deras membanjiri rumah-rumah, memicu tanah longsor, dan menggenangi ladang serta jalan.
Sekitar 218.000 orang berada di akomodasi darurat, sementara pihak berwenang berupaya mengirimkan bantuan dan membersihkan jalan.
Pemerintah telah meminta bantuan internasional dan mengandalkan helikopter untuk menjangkau mereka yang paling membutuhkan.
Presiden Anura Kumara Dissanayake, yang mengumumkan keadaan darurat untuk menangani bencana tersebut, menyebut banjir tersebut sebagai "bencana alam terbesar dan paling menantang dalam sejarah kita".
Para pejabat mengatakan layanan kereta api dan penerbangan kembali beroperasi setelah terganggu pekan lalu, meskipun sekolah-sekolah tetap tutup.
Warga menyelamatkan barang-barang dari rumah mereka yang terendam banjir.
Siklon Ditwah juga membawa hujan deras ke wilayah selatan India, tempat tiga orang tewas di Tamil Nadu.
Di Thailand, gelombang pertama pembayaran kompensasi akan disalurkan pada hari Senin, dimulai dengan 239 juta baht ($11,4 juta) untuk 26.000 orang, kata juru bicara pemerintah Siripong Angkasakulkiat.
Ia mengatakan pihak berwenang pada hari Senin bekerja untuk membersihkan jalan-jalan dan memulihkan infrastruktur termasuk air dan listrik di wilayah selatan negara itu, tempat banjir parah melanda lebih dari 1,5 juta rumah tangga dan 3,9 juta orang.
Kementerian Dalam Negeri akan mendirikan dapur umum untuk menyediakan makanan segar bagi warga terdampak, ujarnya.
Di seberang perbatasan di Malaysia, tempat hujan lebat juga menggenangi sebagian besar wilayah di negara bagian Perlis, dua orang tewas.
Musim hujan tahunan seringkali membawa hujan lebat, yang memicu tanah longsor dan banjir bandang.
Namun, banjir yang melanda Indonesia, Thailand, dan Malaysia juga diperparah oleh hujan lebat yang jarang terjadi. ***