DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Siber di Puncak Peradaban Bermedia

image
Yono Hartono, Praktisi Media Online.

Oleh Yono Hartono *

ORBITINDONESIA – Awal tahun 2023, kita memandang siklus peradaban bermedia masih membawa media siber berada di punggungnya, sebagai yang terbaru, dan pemenang. Semua yang pernah berjaya harus beradaptasi.

Media-media model lama yang tidak mau beradaptasi serta mengakui kuasa siber, secara alamiah akan sengsara, bahkan mati. Demikian congkaknya si pemenang!

Sesungguhnya media secara etimologis, berasal dari bahasa latin, medius artinya tengah atau perantara, dalam bentuk jamak medium atau pengantar.

Baca Juga: Denny JA: Indonesia Waktunya Menyatakan Pandemi Covid 19 Sudah Selesai

Sebagai alat perantara atau pengantar informasi, media mengalami perkembangan yang luar biasa dahsyatnya di muka bumi ini.

Media informasi untuk konsumsi masyarakat umum, dimulai pada saat Raja Romawi Julius Caesar, sekitar tahun 100-44 SM, membuat Forum Romanum atau papan tulis putih, untuk menyampaikan aspirasi rakyat dan kabar, tentang informasi yang beredar, di pusat kota Romawi.

Tidak heran bahwa Julius Caesar disebut Bapak Pers Dunia.

Dalam sejarah Islam, Nabi Nuh adalah wartawan pertama di dunia, sebagai pencari berita dan penyiar kabar, berkait informasi surutnya air bah atau  gelombang pasang tsunami besar, kepada masyarakat penghuni kapal besar Nabi Nuh.

Baca Juga: Catatan Akhir Tahun 2022 Denny JA: Waktunya Indonesia Menyatakan Pandemi Covid 19 Sudah Selesai

Revolusi dunia komunikasi dan informasi menggelinding dalam berbagai bentuk perubahan hingga sekarang. Setiap bentuk, semua platform media memiliki cerita sendiri-sendiri. Media cetak menipis bukan berarti habis, tetapi menempati siklus peradaban di posisi bawah.

Hiruk-pikuk perubahan bermedia melanda dunia. Disrupsi teknologi, media dan sosial pun tidak bisa dihindarkan.  Korbannya bergelimpangan, seiring munculnya pemenang yang adaptif dengan teknologi media baru.

Persoalan dunia bermedia kalau didaratkan ke negara-negara di seluruh dunia membawa cerita yang berbeda-beda sesuai kultur yang sudah tertanam lama di bumi masing-masing.

Di Indonesia juga tidak luput dari disrupsi teknologi. Banyak media cetak tutup, termasuk di ujung tahun 2022 media cetak bernama Harian Republika.

Baca Juga: 25 Drama Kisah Konflik Primordial di 5 Wilayah Setelah Reformasi dalam 25 Puisi Esai Denny JA

Republika yang didesain untuk masyarakat baru ini dinyatakan oleh pengelolanya berhenti berproduksi dan bermigrasi ke bentuk online yang sudah lama digarapnya.

Beberapa media cetak di Indonesia seperti Harian Kompas, Tempo, dan banyak media lain sudah puluhan tahun menjalankan media online, walaupun secara bisnis belum menemukan pola yang pas.

Bila ditarik kebelakang dari akar sejarahnya, media cetak, menjadi andalan masyarakat, pada umumnya, apalagi setelah Johannes Gutenberg, cowok bule berdarah  Yahudi Jerman, pada tahun 1450-an berhasil membuat mesin cetak.

Penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat, sejak mesin cetak ditemukan oleh Johannes Guttenberg  pada 1450-an, koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini, muncul pertama kalinya pada tahun 1457 di Nurenberg, Jerman.

Baca Juga: Amir Hamzah Sampai Denny JA, Inilah Sastrawan yang Beritanya Terbanyak dalam Penelusuran Google

Begitu pula dunia radio sebagai media penyiaran, yang berbasis pendengaran, ditemukan oleh Guglielmo Marconi seorang insinyur berkebangsaan Italia, pada tahun 1897.

Media radio, mempunyai masa kejayaan yang luar biasa, banyak digandrungi oleh masyarakat luas dari berbagai kelas.

Media radio penyiaran, sebagai alat pengantar pesan publik, melalui suara, memiliki kekuatan daya pengaruh yang luar biasa, baik secara psikologis maupun biologis.

Dunia media radio penyiaran sekarang ini, memang sudah dianggap ketinggalan zaman, namun demikian media radio masih sangat dibutuhkan, karena mampu menembus relung hati yang paling dalam, bagi pendengarnya.

Baca Juga: Puisi Esai Karya Denny JA Menuju Film Layar Lebar

Lain halnya media televisi, yang ditemukan oleh John Mc. Graham berkebangsaan Inggris dari Saththam.

Perkembangan televisi diawali penemuan dasar gelombang elektromagnetik oleh Joseph dan Michael Faraday pada tahun 1831.

Dalam penemuan tersebut akhirnya semakin tumbuh dan berkembang pesat mengenai teknologi komunikasi elektronik.

Televisi menjadi sangat penting sebagai sarana hubungan interaksi audio visual (suara dan gambar) antar berbagai pihak satu dengan yang lainnya. berbagai hal yang menyangkut perbedaan, termasuk isu yang terjadi diberbagai  belahan dunia.

Baca Juga: Konflik di Maluku 1999/2002 dalam Puisi Esai Denny JA, BIARLAH REBANA DAN TOTOBUANG KEMBALI BERSANDING

Kehidupan di bidang sosial, televisi dapat dijadikan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat luas.

Kemudian di bidang pendidikan, televisi dijadikan sebagai sarana menyebarkan informasi sekitar pendidikan dan pengetahuan.

Di bidang ekonomi, keberadaan stasiun televisi dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Meskipun demikian, media penyiaran dalam bentuk teks tulisan sedang berada di puncak peradaban bermedia.

Baca Juga: Konflik Sampit 2002, Dayak Melawan Madura dalam Puisi Esai Denny JA: Amarah Terpendam, Kesedihan yang Puitis

Selamat memasuki tahun baru 2023. Tetap semangat! ***

* Penulis adalah praktisi media online, dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat pada Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim, Cikarang, Jawa Barat.

Berita Terkait