DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Saran Mark Twain: Jangan Pernah Berdebat dengan Orang Goblok

image
Ilustrasi 3 orang goblok alias idiot.

ORBITINDONESIA.COM - Berdebat dengan orang goblok akan membuat Anda membuang waktu dan energi, tapi tidak mendapat apa-apa.

Pernah dengar atau baca saran dari Mark Twain? “Jangan pernah berdebat dengan orang goblok.”

Mark Twain jelas bukan orang goblok. Dia adalah seorang jenius. Dia adalah seorang penemu, pengajar, penulis, pengusaha, penerbit dan seorang yang humoris. IQ-nya 170.

Baca Juga: Pengalaman Saya Solat di Masjid Kobe, Masjid Tertua di Jepang

Mari kujembrengkan beberapa data, yang kuambil dari berbagai sumber:

IQ MANUSIA:
90 - 109 : normal
110 - 119 : superior
120 - 140 : sangat superior
140 ke atas : jenius.
Nah, rata-rata manusia di bumi ini (sebanyak 68 persen) memiliki IQ antara 85 - 115.

Cuma ada 2 persen yang jenius. Dan cuma sedikit sekali yang IQ-nya di bawah 70.

Baca Juga: AIPF 2023 Dibuka, Dirut BRI Ungkap Inovasi Pemberdayaan UMKM

Buat pengetahuan saja nih.
Orang Amerika, rata-rata IQ-nya 98.
Orang Singapura, rata-rata IQ-nya 108.
Orang Korea, rata-rata IQ-nya 106.
Orang Jepang dan Cina, rata-rata IQ-nya 105.

Orang Indonesia? Memiliki rata-rata IQ 87. Artinya, tidak masuk kategori normal (lihat catatan IQ manusia di atas).

IQ gorila: 75-95. Gorila mampu memahami 2.000 kata dalam bahasa Inggris, dan mampu bercakap-cakap dengan manusia, memakai bahasa isyarat.

IQ simpanse: 30-50.

Baca Juga: Mengenal Prinsip The ASEAN Way dalam KTT ke-43 ASEAN Dalam Menjaga Perdamaian dan Stabilitas Asia Tenggara

Sekarang paham kan, kenapa Mark Twain menganjurkan begitu? Jadi, kalau di dunia nyata atau di dunia maya kamu ketemu orang yang cara berpikirnya aneh, coba deh renungkan.

Jangan-jangan IQ mereka masuk kategori 87. Selevelan gorila. Kalau kita sibuk bertengkar dengan ‘mereka’, ya mirip lah dengan eyel-eyelan sama gorila. Untungnya apa? Habis waktu, iya. Jengkel, iya. Dan mereka pun akan semakin emosi. Kenapa?

Begini alasanku: Orang yang emosional, adalah orang yang kecerdasannya tidak sanggup mengelola dan mengendalikan perasaannya. Jadi, kemungkinan besar, orang yang memiliki IQ yang rendah itu emosional.

Lha, bagaimana? Wong akalnya tak memadai untuk mengelola emosi. Berdebat itu kan butuh akal sehat. Dan apakah orang yang sedang emosi, akalnya ‘jalan’? Tidak, bukan Jadi, buat apa berdebat dengan orang yang sedang emosional? Padahal, akalnya sedang mampet.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Gubernur Lampung Arinal Djunaidi Dipanggil KPK berkaitan Laporan Harta Kekayaan

Kalian pernah debat dengan orang goblok di medsos? Ingat tidak, seperti apa suasananya? Emosian kan, mereka? Ngawur kan argumennya? Nah itu.

Ada kalimat yang berbunyi: Al-Insanu hayawanun nathiq (manusia adalah binatang yang berpikir). Aristoteles yang hidup 384-322 tahun sebelum masehi, juga pernah mengatakan demikian.

Bagiku, ini adalah sebuah pesan yang jelas:
Manusia kan memang tergolong binatang (termasuk mamalia dan primata).
Manusia adalah binatang yang berpikir.
Kalau manusia tidak berpikir, ya tinggal aspek binatangnya saja yang tersisa, bukan?

Maka, jangan heran kalau kalian bertemu banyak sekali manusia yang berperilaku seperti gorila atau simpanse atau munyuk di negeri ini. Liar. Tidak tertib. Buang sampah sembarangan.

Baca Juga: Winger Manchester United Anthony Harus Berurusan dengan Polisi, Diduga Lakukan Penganiayaan pada Mantan Pacar

Keliatannya keren sih, naik motor atau mobil, pakai baju rapi, menenteng handphone, ngoceh-ngoceh di medsos. Tapi rata-rata IQ-nya cuma 87. Masuk kategori normal juga tidak.

Kalau IQ kita lebih tinggi dari mereka, kita akan tahu bagaimana menghadapi mereka. Elus-elus saja egonya. Kasih puji-pujian supaya kalem. Karena dipuji, dihargai, dan ‘dianggap’ itu serupa pisang bagi mereka. ‘Obat’ penenang. Hewan kan begitu. Kalau kenyang, jinak.

Atau ya, abaikan saja. Blokir. Jangan kita malah kehilangan kedamaian karena berurusan dengan mereka. Kita cari kawan diskusi yang nyambung sajalah dengan kita.

(Oleh: Nana Padmo) ***

Berita Terkait