DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Bentuk Penghargaan Tak Terhingga Warga Tionghoa kepada Gus Dur, Bikin Haru

image
Bentuk Penghargaan Tak Terhingga Warga Tionghoa kepada Gus Dur, Bikin Haru. (gambar: twitter @GUSDURian)

ORBITINDONESIA- Warga etnis Tionghoa tentu tidak akan melupakan Gus Dur dalam memerdekakan perayaan Tahun Baru Imlek kembali.

Gus Dur merupakan sosok presiden yang pertama kali mengizinkan perayaan Tahun Imlek di Indonesia pada tahun 2000, sejak Sebelumnya dilarang sepanjang Orde Baru berkuasa.

Tidak heran bila Gus Dur mendapatkan penghargaan yang tak terhingga dari warga etnis Tionghoa.

Baca Juga: BCA Umumkan Pinjaman Uang Tanpa Jaminan Hingga Rp 100 Juta Khusus Daerah Ini, Cek Syaratnya Disini

Berikut salah satu contoh penghargaan tersebut.

Di kawasan Pecinan Kota Semarang, terdapat altar yang di dalamnya tercatat nama Gus Dur atau Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid.

Tepatnya, di gedung Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong atau Rasa Dharma, Gang Pinggir, Kawasan Pecinan Semarang.

Baca Juga: Viral Ini Detik detik Pria yang Nekat Ingin Kaya Mendadak, Curi Mobil Isi Ulang ATM Penuh Uang

Di dalamnya ada tempat Sinci atau papan arwah dengan nama Gus Dur.

Letaknya berada di tengah-tengah Sinci lainnya dan bentuknya berbeda sehingga mudah terlihat.

Hal itu disebut sebagai bentuk penghormatan kalangan Tionghoa kepada Gus Dur sebagai sosok yang berjasa.

Baca Juga: Ternyata Ada Kisah Lain Tentang Cikal Bakal Nama Surabaya, Bukan Hanya Tentang Pertempuran Hiu dengan Buaya

Haryanto Halim, ketua altar Rasa Dharma Semarang menjelaskan, di tempat itu ada altar leluhur untuk menghormati, yang terdapat papan arwah atau Sinci.

“Ada papan arwah atau Sinci, ada namanya Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Karena Gus Dur amat dihormati di kalangan Tionghoa di Indonesia. Yang telah melindungi minoritas, memberikan kebebasan. Jadi ini diletakkan di sini sebagai wujud penghormatan,” kata Halim.

Pihaknya selalu mendoakan Gus Dur, termasuk saat jelang Imlek seperti saat ini.

Termasuk saat peringatan haul Gus Dur, pihaknya juga ikut mendoakan sebagai wujud penghormatan mereka.

Menurutnya, hal itu menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi para turis.

“Karena ini langka. Ada papan arwah Gus Dur, mungkin satu-satunya di Indonesia. Kental sekali toleransinya,” ungkapnya .

Ditambahkan, mengingat Gus Dur muslim, cara menyajikan sajian di altar pun diganti.

Setelah sebelumnya di kalangan Tionghoa itu harus ada tiga dagingnya yakni ikan, ayam, babi, akhirnya babi diganti dengan kambing.

“Kami ganti kambing. Mengapa tidak sapi, karena ada saudara kita yang tidak makan sapi. Itu contoh-contoh keberagaman masyarakat. Jadi kalau ada masalah, bicara baik-baik, ada solusinya kok," katanya.

"Yang dulu makanan tidak ada, sekarang ada, yakni mendoan. Kami diberi tahu ibu Shinta Nuriyah Gus Dur kalau kegemaran Gus Dur adalah mendoan."

"Jadi lebih banyak khas Gus Dur. Kami senang. Kami bisa menjalankan. Ini wujud penghormatan Tionghoa terhadap orang yang sudah berjasa,” ujarnya.

Halim menjelaskan, Altar Rasa Dharma ini merupakan perkumpulan seni dan budaya yang berdiri sejak 1876.

Selain ada kelompok seninya, juga talk show, doa bersama, fitness,dan lainnya. Saat ini anggota ada 300 orang.

“Kita merekrut yang muda. Anggota sekitar 300 orang. Perhatian pemerintah, karena kami perkumpulan swasta."

"Kami mandiri. Kita terbuka dan contoh keberagaman. Pemerintah mungkin bisa bantu sosialisasi apa yang sudah kami lakukan di sini,” tambahnya.***

Berita Terkait