DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Waspadalah Pola Rekrutmen Kelompok Pendukung Terorisme di Media Sosial

image
Ilustrasi pendukung terorisme lakukan rekrutmen di media sosial.

ORBITINDONESIA - Hampir seluruh masyarakat memiliki smartphone bahkan lebih dari satu. Akan tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan untuk mem-filter dengan baik sehingga menyebabkan cikal bakal radikalisme dan terorisme tersebar.

Saat ini pola rekrutmen terorisme sudah berlangsung juga melalui website dan jaringan internet. Dulu terorisme melakukan rekrutmen secara tertutup dan dengan pembaitan langsung.

Namun sekarang perekrutan pendukung terorisme dilakukan secara terbuka dan melalui website dan media sosial, bahkan pembaiatan pun dapat dilakukan secara online.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Profil Lengkap Mantan Wali Kota Blitar Samanhudi, Dalang Perampokan Rudin Walkot Blitar

Cara-cara rekrutmen teroris di media sosial yang perlu kita waspadai. Bahwa kelompok teroris dari afiliasi ISIS dan Al-Qaeda memiliki perbedaan dan persamaan dalam pola rekrutmen.

Kelompok Jemaah Ansharut Daulah yang berafiliasi dengan ISIS memiliki pola jaringan membentuk grup-grup keluarga di medsos. Kemudian melebar ke grup-grup yang lebih luas lagi.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Dan kemudian sampai kepada grup yang bersifat terbuka untuk melakukan pembahasan dan diskusi tentang masalah-masalah Islam dan kemudian diarahkan menjadi rekrutmen.

Sedangkan, kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda sangat menghindari pola-pola rekrutmen melalui media sosial. Jikapun ada, biasanya dilakukan dengan cara sangat privat, artinya komunikasi tidak melalui grup-grup melainkan langsung jaringan pribadi atau japri.

Baca Juga: Ekonom Indef: Kebijakan Zero ODOL Bisa Picu Kelangkaan Barang Akibat Kemacetan yang Semakin Parah

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Juga kebanyakan kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda ini membentuk grup-grup kajian kecil yang sifatnya sangat tertutup.

Ciri-ciri para oknum penceramah terindikasi intoleran dan radikal antara lain:

Pertama, mengajarkan sikap anti Pancasila dan pro ideologi transnasional dalam konteks ini ideologi khilafah menurut versi mereka.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Kedua, mengajarkan paham takfiri dengan mengkafirkan terhadap mereka yang berbeda baik beda agama, paham, maupun beda kelompok, bahkan sesama agama pun dikafir-kafirkan.

Baca Juga: Waduh, Dalang Perampokan Rumah Wali Kota Blitar Santoso Ternyata Orang Dekat

Ketiga, mereka mengajarkan sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan, intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman dan pluralitas yang menjadi sunatullah.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Keempat, mengajarkan sikap kebencian ataupun anti pemerintahan yang sah. Anti yang dimaksud bukan berarti oposisi dan bukan berarti kritis.

Di era demokrasi, oposisi yang konstruktif untuk check and balancing boleh dilakukan. Sikap kritis pun wajib sebagai amalan amar makruf nahi mungkar.

Anti di sini adalah sikap membenci dengan membangun distrust ketidakpercayaan masyarakat terhadap negara, pemerintahan yang sah dengan narasi sebaran hoaks, hatespeech konten konten provokatif adu domba, fitnah dan sebagainya.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Baca Juga: MotoGP: KTM Factory Racing Luncurkan Motor Baru untuk MotoGP 2023

Sejatinya radikalisme adalah gerakan politik dengan memanipulasi, mendistorsi agama untuk kepemimpinan politik kekuasaan.

Yang pada ujungnya, mengganti ideologi negara Pancasila dengan khilafah dengan versi mereka dan mengganti dengan sistem agama.

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Dan biasanya mereka anti terhadap budaya maupun kearifan lokal maupun keagamaan.

Ketahuilah faham radikalisme berpotensi terhadap setiap individu manusia. Sehingga tidak ada kaitannya dengan agama apa pun karena tak ada satupun agama yang membenarkannya.

Baca Juga: Resmi, Bek Timnas Indonesia ini Gabung Jeonnam Dragons

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Kita semuanya harus hati hati, harus waspada memilih penceramah, kita harus mengikuti pada pencerahama yang menyejukkan, mempersatukan, mendamaikan, kemudian mengajarkan akhlakul karimah, cinta tanah air dan bangsa.

Serta narasi narasi toleransi maupun rahmatan lil alamin dan kita harus militan dalam melawan sebaran fitnah, hoaks, adu domba dan provokatif maupun hatespeech. Waallahu Alam.

(Oleh: Mbah Toyib). ***

Berita Terkait