DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Denny JA: Ada Dua Arus Besar Cara Beragama, Yaitu Pemurnian Agama dan Sinkretisme

image
Denny JA bicara tentang agama dan adat tradisi Jawa.

ORBITINDONESIA - Di teritori di mana terdapat banyak agama dan adat tradisi, ada dua arus besar cara beragama. Pertama, pemurnian agama masing-masing. Kedua, sinkretisme agama. Budaya Jawa dikenal dengan kemampuan sinkretis itu.

Hal itu diungkapkan oleh Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, dalam Webinar yang membahas hubungan antara agama dan adat tradisi. Webinar itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 3 November 2022.  

Sebagai narasumber diskusi tentang agama dan adat tradisi itu adalah Achmad Charris Zubair, budayawan Yogyakarta. Diskusi dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Anna Ratri.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Presiden Jokowi dan Presiden Putin Teleponan Lama Sekali, Inilah yang Mereka Bahas

Menurut Denny, jika dalam satu teritori terdapat banyak sekali agama dan adat tradisi yang saling berbeda, kemungkinan terburuk di teritori itu akan terjadi konflik yang permanen, bahkan perang berdarah.

Tetapi kemungkinan lain, di teritori itu muncul sinkretisme budaya, di mana berbagai sistem nilai yang saling berbeda itu tersusun menjadi satu mozaik baru yang damai dan harmonis.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Denny mengungkapkan, contoh sinkretisme agama adalah peringatan Satu Syuro. Juga, penyatuan penanggalan Jawa dan Islam sejak zaman Sultan Agung di Mataram.

Waktu itu, Sultan Agung ingin agar ada keserasian antara perayaan-perayaan yang dilakukan kesultanan, yang berdasarkan Tahun Saka asal India dengan hari-hari besar Islam.

Baca Juga: Brian Kukuh: Kejaksaan Negeri Cianjur Jawa Barat Awasi Terus Pengelolaan Dana Desa

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Menurut Denny, Jawa menjadi tempat percampuran berbagai agama dan tradisi. Pada abad ke-1, Buddhisme masuk ke Jawa.

Lalu, pada abad ke-4, Hindu hadir di Jawa lewat berbagai kerajaan. Ada Tarumanegara di Jawa barat dan Kalingga di Jawa Tengah. Animisme berinteraksi dengan Hindu.

Pada abad ke-16, ada kerajaan Islam di Jawa, yaitu Kesultanan Demak. Masjid tertua di Jawa yang masih berdiri sekarang di Jakarta adalah Masjid Al-Anshor, yang didirikan pada 1648.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Pada abad ke-16, Kristen masuk ke Indonesia lewat pedagang Portugis dan kolonialisme. “Lalu pada abad ke-20, datanglah Teosofi yang coba meramu berbagai agama besar dunia,” lanjut Denny.

Baca Juga: Tak Hanya P18, P19, dan P21 Dalam KUHAP, Ini Daftar Kode Perkara yang Perlu Mahasiswa Hukum Ketahui

Di Indonesia ada satu gerakan olah kejiwaan atau kebatinan asal Jawa yang sudah mendunia, yaitu Subud.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Cabangnya ada di Amerika, Inggris, Australia, sampai Amerika Latin. Kongres Dunia Subud diadakan sejak 1959, atau 63 tahun yang lalu.

Anggota Subud tersebar di 86 negara. Bahkan pada Februari 2014 ada berita dari Amerika Serikat bahwa ibunda dari Presiden AS Barack Obama adalah anggota Subud.

Subud cuma salah satu contoh dari gerakan Kejawen, tutur Denny.***

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

 

Berita Terkait