DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Catatan Kilas Ch. Robin Simanullang: Terimakasih Mbak Mega

image
Mbak Mega atau Megawati Soekarnoputri, Ketum PDIP (Foto: Youtube)

ORBITINDONESIA.COM - Matur Nuwun, Mauliate Mbak Mega, karena telah secara resmi menetapkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang akan diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam kontestasi Pilpres 2024.

Inilah untuk kesekian kalinya (setidaknya ketiga kalinya dalam rangka Pilpres) Mbak Mega atau Ibu Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP membuktikan kenegarawanannya; sekaligus membuktikan bahwa PDIP itu adalah partai kader sejati yakni kader-kader Pancasila militan.

Sebagai seorang jurnalis, saya sudah mengamati perjalanan politik Mbak Mega, setidaknya sejak secara resmi menjadi anggota dan menjabat Ketua DPC PDI (Partai Demokrasi Indonesia) Jakarta Pusat, lalu dalam Pemilu 1987 terpilih menjadi anggota DPR/MPR (1987-1992).

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Jalankan Kebijakan Kuota, I Wayan Koster tidak Mau Turis Asing yang Datang ke Bali yang Makan Nasi Bungkus

Kala itu, beliau akrab dipanggil Mbak Mega. Panggilan ini saya angkat dalam judul ‘catatan sekilas’ ini, untuk menunjukkan bahwa Mbak Mega adalah ‘politisi kader’ Marhaenis dan sekaligus (tidak hanya sekadar) sebagai ‘kader politik biologis’ Bung Karno.

Seorang politisi negarawan kawakan yang militan berdiri di depan (apa pun risikonya) mempertahankan Pancasila; sekaligus untuk menyiratkan bahwa saya sudah mengamati pasang-surut perjalanan politiknya sejak awal tahun 1980-an.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Dia, Mbak Mega, Namboru Mega, seorang politisi tangguh, politisi negarawan, politisi militan mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Namun demikian, tidak sedikit mereka yang menamakan diri pakar dan pengamat politik, seringkali cenderung meremehkan kepiawaian politik dan kenegarawanan Mbak Mega ini.

Baca Juga: Penantian Selama 33 Tahun, Napoli Juara Liga Italia Musim 2022/23

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Teranyar, hal itu terindikasi dari komentar-komentar mereka sebelum Mbak Mega menggunakan hak prerogatifnya (amanat Kongres) menetapkan meningkatkan penugasan Ganjar Pranowo yang saat ini menjabat Gubernur Jawa Tengah menjadi Calon Presiden yang akan ‘bertarung’ memenangkan Pilpres 2024.

Hal yang sebelumnya sangat diragukan sebagian pakar dan pengamat politik, dengan menyebut (memperkirakan) Mbak Mega akan lebih mengutamakan memilih Mbak Puan (Puan Maharani) yang juga kader militan dan kader biologis Bung Karno sebagai Capres.

Perkiraan seperti itu mengindikasikan bahwa para pakar politik itu tidak begitu dalam mengenal Mbak Mega.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Coba kita flashback pada penetapan Jokowi (Joko Widodo) sebagai Capres pada Pilpres 2014. Saat itu Kongres PDIP telah menyuarakan Mbak Mega sendiri sebagai Capres.

Baca Juga: Kritik Pedas Ade Armando: PDIP Berhentilah Bersikap Arogan

Tetapi dengan pertimbangan matang dari berbagai aspek, Mbak Mega legowo, mengesampingkan kepentingan politik (kekuasaan) dirinya sendiri, berketetapan memilih Jokowi seorang petugas partai (Marhaenis-Nasionalis-Pancasilais militan) yang saat itu sudah teruji kepemimpinannya sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Pilihan Mbak Mega atas pencapresan Jokowi disambut mayoritas rakyat Indonesia, dan terpilih lagi untuk periode kedua (Pilpres 2019); bahkan ada suara yang menghendakinya tiga periode.

Maka, penetapan Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024 dengan ‘mengorbankan’ kepentingan politik putri kesayangannya sendiri (Mbak Puan) adalah suatu hal yang sangat istimewa, walaupun bagi saya, bukan hal yang mengagetkan.

Sebab Mbak Mega itu seorang politisi negarawan kawakan, bukan politisi (pimpinan partai) ‘kaleng-kaleng (tong kosong) yang mati-matian mengutamakan kepentingan politik putra-putri dan keluarga dekatnya.

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Leo Lelis Menjadi Rekrutan Keempat Borneo FC

Jangankan membelakangkan kepentingan politik putrinya, kepentingan politik (kekuasaan) dirinya sendiri pun telah lebih dahulu dia korbankan.

Pertanyaan: Mengapa Mbak Mega memilih Jokowi (2014 dan 2019) dan Ganjar Pranowo (2024) sebagai Capres, bukan menetapkan dirinya sendiri atau putrinya sendiri? Tentu, jawaban pastinya ada dalam hati dan pikiran Mbak Mega sendiri.

Baca Juga: SEA Games 2023: Prediksi dan Link Streaming Indonesia Melawan Myanmar, Waktunya Raih Puncak Klasemen

Namun, saya berkeyakinan, salah satu dasar pertimbangan penetapan itu adalah: Mbak Mega sebagai pimpinan partai kader berkeyakinan bahwa Jokowi dan penerusnya Ganjar Pranowo sebagai kader partai PDIP telah teruji memiliki militansi sebagai petugas partai.

Mereka akan berdiri tegak dan tangguh di garis depan-tengah-belakang untuk mempertahankan dan mengimplementasikan ideologi negara Pancasila dan berjuang mewujudkan tujuan NKRI sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Itulah intinya!

Baca Juga: SEA Games 2023: Tim Hoki Indoor Putra Indonesia Amankan Tiket Final

Baca Juga: Survei Charta Politika: Bobby Nasution Ungguli Edy Rahmayadi di Sumatra Utara

Maka bagi seluruh warga negara Indonesia yang memiliki jiwa dan semangat militan menjaga, mempertahankan dan mengejawantahkan Pancasila, sepantasnyalah menghaturkan terimakasih, matur nuwun, mauliate kepada Mbak Mega.

Bukan hanya dengan kata melainkan dengan sikap dan tindakan, terutama tindakan militan di bilik suara Pilpres Februari 2024. Terimakasih Mbak Mega! ***

(Oleh: Ch. Robin Simanullang)

Berita Terkait