DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Muhaimin Telah Membawa NU ke Tepi Jurang

image
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar menghadiri maulid akbar dan pernikhan putri Rizieq Shihab, pemimpin eks FPI.

ORBITINDONESIA.COM - Tidak banyak orang yang memiliki keberanian untuk keluar dari zona aman dan nyaman.

Biasanya orang yang memiliki mentalitas seperti ini bukanlah tipe petarung yang gigih, karena fasilitas yang begitu kuat telah memanjakan dirinya dari buaian lahir hingga dewasa.

Baginya kesulitan hidup hanyalah cerita pengantar tidur dan sebatas retoris, namun ketika menjelang tahun politik orang yang tak pernah tersentuh sedikitpun dengan kesulitan, berubah menjadi orang yang seolah paling dekat dengan rakyat.

Baca Juga: Neil deGrasse Tyson tentang Fenomena Ramalan

Karena sudah menjadi tradisi jika menjelang pemilu banyak tokoh yang membutuhkan setumpuk pencitraan yang bertujuan dapat memuluskan jalan bagi dirinya meraih kedudukan.

Biasanya orang seperti ini sangat rapuh, dan cenderung menghindari perdebatan sebisa mungkin agar popularitas tetap pada grafik elektoral yang stabil.

Minusnya karakter yang dimiliki kandidat dalam pertarungan ide dan gagasan, membuatnya sesering mungkin tampil agar dikenal lebih populer.

Tak peduli dengan penilaian banyak orang yang kadung menganggap bahwa dirinya adalah tipe manusia yang sebenarnya anti sosial, yang jelas kesempatan menjadi populer adalah bekal yang bisa ditukar dengan kedudukan, setidaknya begitulah yang ada dalam pikiran.

Baca Juga: Cak Imin dan Anies Mendekat ke Eks FPI Daripada Ke PBNU, Apakah Ini yang Dinamakan Koalisi Perubahan

Tapi jika tampil di acara talkshow yang sifatnya wawancara, manusia ini akan dengan senang menyempatkan diri untuk hadir, karena baginya kesempatan seperti ini harus digunakan sebaik-baiknya untuk menampilkan citra diri, seolah dirinya adalah personifikasi humanis walau narsis seperti yang dilakukan oleh seorang Muis (Muhaimin Iskandar).

Baru-baru ini Muis "diseret" oleh pasangan duetnya ke markas pentolan eks FPI, yang memang telah menjadi pendukung militan Anies Baswedan sejak lama.

Tentu saja hal ini akan menjadi sebuah langkah blunder bagi eksistensi Muis sendiri yang pure seorang nahdliyin, bagaimana tidak?

Langkah Muis bisa diartikan sebagai bentuk pembangkangan kepada organisasi yang telah menaungi dirinya selama ini, dan pengkhianatan terhadap khittah Nahdlatul Ulama (NU) yang kontra terhadap kelompok Islam puritan seperti HTI, FPI, JAD dan lainnya.

Baca Juga: Polisi Bongkar Video Belasan CCTV di Lokasi Kasus Kematian Anak Perwira TNI AU, Apa Isinya

Yang pasti tidak ada sejarahnya NU yang dikenal sebagai organisasi yang memiliki cinta tanah airnya begitu tinggi, sudi bergandengan tangan dengan gerombolan para perampok di jalan Tuhan, yang sepak terjangnya selalu membuat kegaduhan yang menghancurkan kedamaian dan ketentraman bangsa ini.

Juga tidak disadari oleh Muis, bahwa sikapnya sebagai bagian dari NU, telah membawa organisasi terbesar berkonfrontasi dengan negara dan pemerintahan yang telah memutuskan FPI sebagai organisasi terlarang, yang kedudukannya sama dengan PKI dan HTI.

Sangat disayangkan jika hanya untuk menjadi seorang bakal calon wakil presiden saja, Muis dengan ambisi destruktifnya telah berani memposisikan diri, partai, dan organisasinya pada posisi yang membahayakan, apatah lagi jika peluang yang dimiliki semakin besar?

Bukan hal yang mustahil jika NU akan menjadi organisasi yang selama ini menjadi pagar betis demi keutuhan bangsa, merubah khittahnya menjadi organisasi pengkhianat bangsa. Naudzubillah!

Baca Juga: Update Kasus Kematian Anak Perwira TNI AU, Ibu Korban Masih Histeris, Polisi: Itu Kesulitan Kami

Ternyata adab yang dimiliki Muis sebelas - dua belas dengan karakter yang dimiliki Anies. Yang memiliki catatan panjang sebagai manusia yang berani dan berbuat tega menikam kawan seperjalanan.

Sungguh sangat berbahaya jika pasangan yang tidak amanat ini memimpin bangsa, mau jadi apa Indonesia kedepan?

Sejak berdirinya NU pada tanggal 16 Rajab 1344 H yang bertepatan dengan 31 Januari 1926 M. NU adalah organisasi Islam terbesar, telah begitu banyak berkorban memberikan kontribusi sangat besar bagi keutuhan bangsa dengan menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.

Latar belakang yang menjunjung kearifan lokal yang dikenal sebagai Islam abangan, adalah filosofi ideologi kebangsaan yang dimiliki NU dalam melestarikan nilai-nilai luhur yang menjadi karakter kebangsaan. Unsur inilah yang tidak mungkin bisa menyatukan antara ormas terlarang eks FPI dengan Ormas Islam terbesar seperti NU.

Baca Juga: Pemeran Roronoa Zoro dan Takashi Mitsuya di One Piece Live Action Ternyata Saudara Kandung

Dan manuver yang dilakukan oleh seorang Muis, adalah langkah berbahaya bagi eksistensi NU, karena sudah melabrak batas-batas dari tradisi nilai-nilai bersifat normatif.

Terlebih pasangan Amis (Anies - Muis) ini didukung oleh partai yang menjadi seteru dalam perang dingin yang sudah berlangsung selama ini, siapa lagi kalau bukan PKS.

Dengan akselerasinya yang penuh resiko Muhaimin Iskandar (Muis) telah membuat NU berada di tepi jurang, yang jelas cepat atau lambat hal ini akan melahirkan penolakan, yang berujung pada ditinggalkannya PKB oleh mayoritas warga nahdliyin.

M E R D E K A !

(Oleh: Ras To', penulis seword.com) ***

Berita Terkait