DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Fakta Langit Jabodetabek Ditaburi Garam 800 Kilogram dengan Pesawat, Ini Tujuannya

image
Ilustrasi garam. Fakta Langit Jabodetabek Ditaburi Garam 800 Kilogram dengan Pesawat, Ini Tujuannya

ORBITINDONESIA.COM- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan sejumlah pertimbangan kepada pemerintah untuk mengatasi masalah polusi udara di Jakarta.

Salah satu upaya untuk menekan buruknya polusi udara di Jakarta, khususnya kawasan Jabodetabek ini ternyata menggunakan garam.

Kini pemerintah mulai melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menaburkan sebanyak 800 kilogram garam di langit Jabodetabek mulai Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Berikut dereta fakta berkaitan dengan penaburan garam.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Ibnu Chuldun Beri Apresiasi dan Peneghargaan kepada Mitra Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut penyemaian mulai dilakukan sejak Sabtu 19 Agustus 2023, dengan 1 penerbangan.

Penyemaian awan hampir selama 2 jam penebangan (14.15-16.00 WIB) dengan menaburkan garam di atas ketinggian 9000-10.000 kaki

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo mengatakan TMC untuk mengurangi polusi udara di wilayah Jabodetabek baru pertama dilakukan.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Elektabilitas Ganjar Ungguli Prabowo dan Anies

Posko TMC dipusatkan di Bandara Lanud Husein Sastranegara Bandung.

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

"Sabtu kemarin sudah dilaksanakan satu sorti penerbangan dengan target penyemaian di wilayah Kabupaten Cianjur, Depok, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat," ungkap Budi dalam keterangannya, Senin 21 Agustus 2023.

Budi menambahkan kegiatan TMC untuk mengurangi polutan sudah pernah dilakukan oleh beberapa negara yaitu Cina, Korea Selatan, Thailand, dan India.

Baca Juga: Profil dan Fakta Unik Han Hyo Joo, Ibu Tunggal di Drakor Moving hingga Chemistry yang dipuji Netizen

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Sementara di Indonesia baru pertama kali dilaksanakan di wilayah Jabodetabek.

Menurut Budi, cara yang lebih efektif untuk mengurangi polutan di daerah tertentu memang dengan menjatuhkan atau mengguyurnya dengan air hujan.

Namun jika hal tersebut tidak memungkinkan dilakukan, maka TMC dapat dilakukan dengan menargetkan 'mengganggu' stabilitas atmosfer.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

"Ini yang akan kita ganggu, dibuka ibaratnya, sehingga kumpulan-kumpulan polutan yang terkungkung di sekitar wilayah Jakarta bisa terus naik ke atas," tuturnya.

Kendati begitu, lanjut Budi, metode TMC tanpa hujan tersebut memerlukan persiapan matang. Untuk saat ini, pihaknya masih perlu mendesain dan membuat konsul untuk menempatkan dry ice di dalam kabin pesawat.

"Dry ice ini yaitu CO2. Jika packaging dan handling di pesawat sembarangan, kru bisa kehabisan oksigen atau hypoksia," terangnya.

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Budi menjelaskan, ada satu alternatif bahan semai lain yang bisa dicoba dan lebih memungkinkan untuk diimplementasikan yaitu menggunakan kapur tohor. Bahan ini akan mengkondisikan udara menjadi lebih panas.

"Tapi prinsipnya sama, mengkondisikan suhu di lapisan isotherm pada ketinggian tertentu untuk mengganggu kestabilan atmosfer," ujarnya.***

Berita Terkait