DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Ibu Korban Melawan Perundungan dan Intimidasi Wajib Jilbab di SMAN 1 Banguntapan, Bantul

image
SMA Bantul, SMAN 1 Banguntapan, terancam kena sanksi terkait pemaksaan penggunaan jilbab

ORBITINDONESIA - Baru-baru ini di medsos beredar siaran pers dari yang mengaku sebagai ibu dari siswa korban perundungan dan intimidasi wajib jilbab di SMAN 1 Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta.

Si penulis mengaku bernama Herprastyanti Ayuningtyas, seorang ibu, perempuan Jawa, tinggal di Yogyakarta. Ia sedang sedih dengan trauma, yang kini dihadapi putrinya, dampak dari memperjuangkan hak dan prinsipnya.

Putrinya adalah anak yang jadi perhatian media di sekolah di SMAN1 Banguntapan, Bantul. Bagi Ayuningtyas, dia bukan anak yang lemah atau bermasalah. Dia terbiasa dengan tekanan.

Baca Juga: Liga Inggris: Sheffield United Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

Baca Juga: Pamit dari Inter Milan, Alexis Sanchez Tulis Pesan Haru di Instagram

"Saya dan ayahnya bercerai namun kami tetap bersama mengasuh anak kami. Dia atlit sepatu roda. Dia diterima di SMAN1 Banguntapan 1 sesuai prosedur," tulisnya.

Pada Selasa, 26 Juli 2022, anak Ayuningtyas menelepon, tanpa suara, hanya terdengar tangisan. Setelahnya baru terbaca WhatsApp, "Mama ak mau pulang, ak ga mau dsni."

Baca Juga: Liga 1: Persib Bandung Pastikan Masuk ke Championship Series

"Ibu mana yang tidak sedih baca pesan begitu? Ayahnya memberitahu, dari informasi guru, bahwa anak kami sudah satu jam lebih berada di kamar mandi sekolah," tulisnya.

"Saya segera jemput anak saya di sekolah. Saya menemukan anak saya di Unit Kesehatan Sekolah dalam kondisi lemas. Dia hanya memeluk saya, tanpa berkata satu patah kata pun. Hanya air mata yang mewakili perasaannya," lanjutnya.

Baca Juga: Hasil Piala AFF U16 2022: Timnas Indonesia Kalahkan Singapura 9 Gol Tanpa Balas

Baca Juga: Megawati Sampaikan Surat Amicus Curiae atau Sahabat Pengadilan ke Mahkamah Konstitusi: Semoga MK Bukan Ketok Palu Godam

Menurut Ayuningtyas, awal sekolah putrinya pernah bercerita bahwa di sekolahnya “diwajibkan” pakai jilbab, baju lengan panjang, rok panjang.

"Putri saya memberikan penjelasan kepada sekolah, termasuk walikelas dan guru Bimbingan Penyuluhan, bahwa dia tidak bersedia. Dia terus-menerus dipertanyakan, kenapa tidak mau pake jilbab?"

"Dalam ruang Bimbingan Penyuluhan, seorang guru menaruh sepotong jilbab di kepala anak saya. Ini bukan tutorial jilbab karena anak saya tak pernah minta diberi tutorial. Ini adalah pemaksaan," tegas Ayuningtyas.

Baca Juga: Presiden Jokowi Menikmati Libur Idulfitri Bersama Cucunya di Objek Wisata Satwa Deli Serdang

"Saya seorang perempuan, yang kebetulan memakai jilbab, tapi saya menghargai keputusan dan prinsip anak saya. Saya berpendapat setiap perempuan berhak menentukan model pakaiannya sendiri," tuturnya.

Baca Juga: Drama Jose Mourinho: Usir Anak Legenda Belanda Patrick Kluivert dari AS Roma

"Kini anak saya trauma, harus mendapat bantuan psikolog. Saya ingin sekolah SMAN1 Banguntatap, pemerintah Yogyakarta, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bertanggungjawab. Kembalikan anak saya seperti sediakala," ujarnya.

Baca Juga: Todung Mulya Lubis: TPN Ganjar-Mahfud Minta Mahkamah Konstitusi Hadirkan Kapolri Dalam Sidang PHPU Pilpres

Beberapa guru menuduh putri Ayuningtyas punya masalah keluarga. Ini bukan masalah keluarga. Banyak orang punya tantangan masing-masing.

"Guru-guru yang merundung, mengancam anak saya, saya ingin bertanya, punya masalah apa Anda di keluarga sampai anak saya jadi sasaran? Bersediakah bila kalian saya tanya balik seperti ini?" tegas Ayu.***

Berita Terkait