DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Mengenal Ritual Upacara Pagerwesi di Alas Purwo Banyuwangi, Jawa Timur: Punya Potensi Nilai Ekonomi

image
Selain miliki nilai budaya, upacara Pagerwesi juga miliki nilai ekonomi.

ORBITINDONESIA.COM – Umat Hindu di Banyuwangi rutin melaksanakan ritual upacara Pagerwesi di Pura Luhur Giri Salaka di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur.

Upacara Pagerwesi yang rutin digelar setiap 210 hari sekali oleh umat Hindu Banyuwangi di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur ini pun memiliki potensi nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Baca Juga: Liga Inggris: Sheffield United Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi

Ritual upacara Pagerwesi yang selalu digelar di Alas Purwo ini mengandung nilai kultural sebagai bentuk penyelamatan terhadap ilmu pengetahuan yang diturunkan oleh para dewa.

Baca Juga: BRI Liga 1: Kecewa dengan Kepemimpinan Wasit, Persebaya Surabaya Kirimkan Surat Protes Kepada PSSI

Dalam pelaksanaannya, upacara ini tak hanya dilakukan oleh umat Hindu di sekitar Banyuwangi saja, namun juga dari luar kota seperti Bali dan Malang serta daerah-daerah lain.

Baca Juga: Liga 1: Persib Bandung Pastikan Masuk ke Championship Series

Sebagaimana diketahui, Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan tertua yang ada di Pulau Jawa.

Pemilihan lokasi pelaksanaan ritual upacara Pagerwesi sendiri bukan tanpa alasan. Di hutan alami seluas 43.420 hektar itu sendiri terdapat sebuah situs suci umat Hindu, Pura Giri Selaka.

Baca Juga: Epilog Sembilan Pemikiran Denny JA tentang Agama di Era Google

Baca Juga: Megawati Sampaikan Surat Amicus Curiae atau Sahabat Pengadilan ke Mahkamah Konstitusi: Semoga MK Bukan Ketok Palu Godam

Pura Giri Selaka atau yang dikenal juga dengan situs kawitan ini berada di tengah hutan dan merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Warga secara tidak sengaja menemukan situs tersebut pada tahun 1967 dan akhirnya menggunakannya sebagai kegiatan keagamaan upacara Pagerwsi sejak tahun 1968.

Pelaksanaan ritual upacara Pagerwesi sendiri mempunyai tiga sesi utama, yakni Palemahan, Pawongan dan Kayangan.

Baca Juga: Presiden Jokowi Menikmati Libur Idulfitri Bersama Cucunya di Objek Wisata Satwa Deli Serdang

Baca Juga: Prediksi Pertandingan Arsenal vs Crystal Palace, Peluang Perkokoh Posisi Puncak Klasemen Liga Inggris

Pada sesi Palemahan dilakukan dengan membuang sesaji ke tanah agar dimakan Betharakala.

Pawongan merupakan prosesi penurunan ilmu dari dewa di kahyangan dan Kayangan adalah penyampaian rasa syukur kepada dewa-dewa atas ilmu pengetahuan yang diberikan.

Baca Juga: Todung Mulya Lubis: TPN Ganjar-Mahfud Minta Mahkamah Konstitusi Hadirkan Kapolri Dalam Sidang PHPU Pilpres

Pelaksanaan upacara Pagerwesi ini pun telah menarik wisatawan lokal untuk datang ke lokasi upacara menyaksikan jalannya upacara Pagerwesi.

Baca Juga: Silakan Dicoba, Minum Tiga Cangkir Kopi per Hari Bikin Otak Sehat

Bahkan dengan adanya kegiatan keagamaan Hindu ini membuat perekonomian di daerah Banyuwangi Jawa Timur meningkat.

Baca Juga: Sidang Komite Disiplin PSSI: Persita Tangerang, Persebaya Surabaya, PSS Sleman Didenda Seratusan Juta

Pasalnya, dengan datangnya ratusan hingga ribuan orang yang datang baik untuk mengikuti ritual, maupun hanya sekadar menyaksikan jalannya upacara Pagerwesi, tingkat okupansi hotel dan penginapan meningkat tajam.

Itulah sedikit ulasan ritual upacara Pagerwesi di kawasan hutan konservasi Taman Nasional Alas Purwo yang tak hanya menyimpan keanekaragaman hayati dan ekosistem saja, namun kekayaan budaya dan kearifan lokal.

Dapatkan informasi lainnya dari OrbitIndonesia.com di Google News.

Berita Terkait