DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Epilog Sembilan Pemikiran Denny JA tentang Agama di Era Google

image
Sembilan Pemikiran Denny JA tentang Agama di Era Google.

 

Oleh Ahmad Gaus AF

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

ORBITINDONESIA.COM - Pemikiran Denny JA tentang agama terbentang dari soal filsafat hidup, kebebasan sipil, demokrasi di dunia Muslim, evolusi kepercayaan homo sapiens, puisi-puisi Jalaluddin Rumi, hingga lahirnya spiritualitas baru abad 21. 

Sebagian pemikirannya didasarkan pada hasil riset kuantitatif lembaga-lembaga bereputasi internasional, yang ditelusurinya dengan bantuan Google.  Juga dari riset arkeologi, psikologi kebahagiaan, pembangunan manusia, hingga neuroscience. Sebagian lagi hasil riset dan penjelajahannya sendiri.

Kedua metode itu bertemu pada simpul yang sama, bahwa agama yang selama ini diyakini sebagai telah selesai pada dirinya sendiri ternyata malah menyimpan kontradiksi.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Baca Juga: Inilah Penyebab Partai Politik Berbasis Islam Mengecil Suaranya dari Pemilu ke Pemilu Versi LSI Denny JA

Ia bisa dipeluk dan diyakini secara membabi buta. Atau, ia bisa pula ditinggalkan sama sekali karena dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan sains. 

Agama tidak terlepas dari hukum besi perubahan. Kalau ia ingin tetap hidup maka ia harus menyesuaikan diri dengan arus perubahan yang sedang berlangsung.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Agama yang diposisikan sebagai kebenaran mutlak hanya menampilkan wajah otoriter yang tidak cocok dengan trend kebebasan dan demokrasi yang semakin mendapat tempat di era sekarang.

Denny menawarkan jalan tengah. Daripada agama dipahami sebagai kebenaran mutlak yang akhirnya ditinggalkan oleh para pemeluknya yang "tercerahkan", atau berbenturan dengan klaim kebenaran mutlak agama lain, lebih baik melakukan transformasi pemahaman: Dari kebenaran mutlak menjadi warisan kekayaan kultural milik bersama umat manusia. 

Saya kira inilah pemikiran terpenting dari Denny JA yang akan memberi kontribusi pada peradaban masa depan.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Kita tahu bahwa paham agama sebagai kebenaran mutlak telah memberi sumbangan signifikan bagi perpecahan umat manusia.

Sebab paham seperti itu secara alamiah menimbulkan rasa permusuhan dan bahkan kebencian kepada agama-agama yang berbeda. Permusuhan dan kebencian bisa ditransformasikan ke dalam tindakan kekerasan, diskriminasi, persekusi, dan aksi-aksi sejenis yang merusak tatanan masyarakat beradab.

Pemutlakan adalah sesuatu yang dilarang oleh agama. Sebab yang mutlak hanya Yang Maha Mutlak. Paham manusia, termasuk pahamnya tentang Tuhan dan agama, hanya nisbi belaka. 

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Paham ialah hasil penafsiran. Dan dalam agama, tidak ada tafsir tunggal setelah Nabi wafat. Yang tersisa ialah multi penafsiran, di mana satu sama lain saling berebut tafsir.

Di ruang publik yang bebas hal semacam itu sah-sah saja. Justru ruang publik penting sekali diisi oleh kelompok progresif agar tafsir mereka menjadi arus utama dalam isu-isu krusial saat ini seperti hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan diskriminasi LGBT.

Perebutan tafsir itu sudah dilakukan oleh kalangan progresif di Amerika dan Eropa.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Dari sudut pandang ini, pemikiran jalan tengah Denny JA dapat diklaim menyelamatkan agama dari tafsir  yang penuh murka menjadi lebih humanis.

Tapi berbeda dengan kaum sekularis dan ateis, Denny tidak menolak agama. Alih-alih, ia menyelami samudera agama dan mengambil mutiara yang tersimpan di dalamnya.

Ia belajar dan mengambil banyak dari renungan-renungan ulama-penyair-sufi Jalaluddin Rumi yang memandang hati sebagai rumah Tuhan, dan diri sebagai miniatur semesta. Lahir  kesadaran mengenai rasa menyatu (oneness) dengan keseluruhan. 

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

Berbeda dengan spiritualitas gerakan New Age, yang skeptis terhadap sains dan agama, Denny justru mengembangkan jenis spiritualitas yang didasarkan pada riset sains. Itulah yang disebutnya Spiritualitas Baru Abad 21 yang sepenuhnya narasi ilmu pengetahuan.

Denny mengambil intisari agama yang bersifat universal tanpa mereduksi keunikan setiap agama, apalagi mencampakkannya.

Agama tumbuh dalam budaya yang berbeda-beda di setiap negara, dan berdasarkan itu muncul tafsir yang sesuai dengan kebutuhan kontekstual.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Berdasarkan itu Denny menyerukan agar umat Islam Indonesia, misalnya, mengembangkan tafsir mereka sendiri yang sesuai kebutuhan. Sebagaimana umat Islam di Eropa yang mengembangkan tafsir mereka sendiri. 

Singkatnya, pemikiran keagamaan Denny JA dapat diringkaskan dalam sembilan butir sbb:

1. Pentingnya pendekatan kuantitatif untuk membuat perbandingan soal  peran agama  di masyarakat.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima

2. Para arkeolog berjasa mengkonstruksi ulang kisah agama.

3. Setelah Nabi tiada, tiada pula tafsir tunggal agama. Yang tersisa adalah perebutan tafsir. Penting kita memilih tafsir yang sesuai dengan prinsip HAM.

4. Islam Eropa memgembangkan tafsir Islamnya sendiri yang sesuai dengan kultur Eropa.  Kita pun di Indonesia tak perlu terikat dengan tafsir kultur Timur Tengah.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

5. Bagi yang tak meyakini agama, agama dapat dinikmati sebagai sastra. Apa yang terjadi pada Laligo (kitab suci) yang dinikmati manusia masa kini sebagai sastra dapat juga terjadi pada agama lain.

6. Pentingnya mencari intisari semua agama berdasarkan the science of happiness dan neuro science. Denny JA mengembangkan spirituality of happiness.

7. Mendekati agama sebagai kekayaan kultural milik bersama. Merayakan hari besar agama lain sebagai social gathering lintas agama.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

8. LGBT itu isu HAM masa kini. Pentingnya mengembangkan tafsir agama yang tidak mendiskriminasi kaum LGBT.

9. Perlunya menggandeng Science dan Jalaluddin Rumi.

Itulah ringkasan sembilan pemikiran Denny JA dari sembilan esai yang telah saya paparkan dalam buku ini.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Saya tidak mengklaim bahwa sembilan butir itu mewakili seluruh pemikiran Denny JA yang tersebat dalam ratusan karyanya.

Sejak awal buku ini hanya diniatkan untuk menyorot aspek-aspek pemikiran Denny JA yang terpenting, yang terkait dengan agama dan spiritualitas. Dan itu pun, belum tentu saya berhasil melakukannya. ***

Maret 2023

Baca Juga: Warga Negara Asing Asal Korea Selatan Jadi Tersangka Pembunuhan Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus

(Tulisan ini adalah epilog bagian dari buku: Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama, Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di  Era Google, karangan Ahmad Gaus AF, yang segera terbit, 2023)

Berita Terkait