DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Setelah Gagalnya Prabowo Subianto, Kini Delegasi Pemimpjn Afrika Coba Damaikan Ukraina dan Rusia

image
Perang Rusia - Ukraina, Zelenskyy meminta para pemimpin Afrika untuk desak Rusia membebaskan para tahanan.

ORBITINDONESIA.COM - Setelah gagalnya upaya Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto, kini delegasi pemimpin Afrika memulai misi ambisius untuk merundingkan perdamaian antara Ukraina dan Rusia.

Pada Jumat, 16 Juni 2023, para pejabat yang mewakili Komoro, Mesir, Republik Kongo, Uganda, dan Zambia—dan dipimpin oleh Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dan Presiden Senegal Macky Sall—bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kyiv.

Tujuan mereka: untuk mempromosikan "langkah-langkah membangun kepercayaan" untuk mengamankan perdamaian antara Ukraina dan Rusia yang bertikai.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Kamu Bisa Pakai Rute Transportasi Umum Ini ke Jakarta Fair Kemayoran 2023, Nggak Perlu Bawa Kendaraan Pribadi

Para pemimpin Afrika itu menekankan pada memerangi dampak perang, yang merugikan pada harga pangan dan pupuk global, yang telah memukul Afrika dengan sangat keras.

Tetapi misi perdamaian dimulai dengan awal yang sulit. Kedatangan delegasi di ibukota Ukraina bertemu dengan rentetan serangan rudal dari Rusia, yang melukai sedikitnya empat orang, termasuk seorang anak.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Reuters melaporkan melihat kepala negara Afrika melarikan diri ke hotel terdekat, untuk menggunakan tempat perlindungan serangan udara. Meskipun juru bicara Ramaphosa kemudian men-tweet bahwa mereka "tidak mendengar sirene atau ledakan" dan bahwa misi perdamaian "berjalan sesuai rencana.”

Baca Juga: Sayid Ali Khamenei: Jangan Mencaci Maki Sahabat Nabi Muhammad SAW

Delegasi, yang berjanji untuk fokus pada netralitas dan diplomasi, sudah menjadi subyek kontroversi bahkan sebelum memulai perjalanan.

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Negara-negara Barat khawatir Afrika Selatan akan secara tidak adil mendukung Rusia karena hubungan dekat negara itu dengan Kremlin.

Bulan lalu, duta besar AS untuk Pretoria menuduh Afrika Selatan telah memasok senjata ke Moskow pada Desember 2022. Ramaphosa membantah klaim tersebut dan menunjuk seorang hakim untuk mengawasi penyelidikan atas tuduhan tersebut.

Dan memang, tampaknya hanya sedikit kemajuan yang dicapai selama pertemuan hari Jumat itu. Dalam konferensi pers bersama dengan delegasi sesudahnya, Zelensky memperjelas bahwa posisi negaranya dalam pembicaraan damai tidak berubah.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Baca Juga: Ditjen Kekayaan Intelektual Fasilitasi Pendaftaran 24 Merek dan 1 Hak Cipta UMKM di Kepulauan Riau

“Membiarkan negosiasi apa pun dengan Rusia sekarang sementara penjajah berada di tanah kami berarti membekukan perang, membekukan segalanya: rasa sakit dan penderitaan,” kata Zelensky.

Meskipun begitu, dia mengundang para pemimpin Afrika untuk menghadiri pertemuan puncak perdamaian internasional yang sedang direncanakan.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Para pemimpin Afrika lalu menuju ke St. Petersburg, Rusia, untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.***

Berita Terkait