DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Ngeri, Survei Setara Institute Menyimpulkan Intoleransi di SMA Meningkat

image
Ilustrasi survei Setara Institute: Ada peningkatan intoleransi di kalangan siswa SMA.

ORBITINDONESIA.COM - Miris melihat maraknya intoleransi di sekolah belakangan ini. Menurut survei Setara Institute yang dilakukan pada Mei 2023, ada beberapa temuan mengkhawatirkan.

Setara Institute melakukan survei di SMA yang ada di lima kota di Indonesia, yaitu Bandung, Bogor, Surabaya, Surakarta, dan Padang. Kesimpulannya, perilaku intoleransi di SMA mengalami peningkatan.

Pada survei Setara Institute sebelumnya di tahun 2016, terdapat 2,4 persen pelajar yang intoleran aktif, sedangkan yang terpapar sebanyak 0,3 persen.

Baca Juga: Pilkada Jakarta: PDI Perjuangan Buka Penjaringan Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Mulai Rabu

Baca Juga: Ini Dia Link Live Streaming Nonton Pertandingan BRI Liga 1: Borneo FC vs Barito Putera

Di tahun 2023, yang intoleran aktif itu berada di angka 5,6 persen, sementara yang terpapar 0,6 persen.

Ketika ditanya soal penghinaan agama, 20,2 persen pelajar mengaku tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan.

Baca Juga: Setelah Ditangkap dan Digebuki Warga, Polres Metro Jakarta Selatan Amankan Pencuri Sepeda Motor di Tebet

Survei ini juga mengungkapkan bahwa 51,8 persen pelajar menganggap negara-negara Barat sebagai ancaman terhadap agama dan budaya Indonesia.

Sebanyak 61,1 persen pelajar menyatakan merasa lebih nyaman jika semua siswi muslim berjilbab. Sementara 56,3 persen pelajar menyokong penerapan syariat Islam.

Temuan lain adalah 83,3 persen menilai Pancasila bukan ideologi negara yang permanen dan dapat diganti.

Baca Juga: Piala Asia Putri U17: Korea Utara Menang Telak Melawan Korea Selatan

Baca Juga: Terduga Pelaku Kekerasan Seksual Lolos Seleksi SIMAK UI 2023, Netizen Protes Keras

Sekitar 33 persen pelajar setuju untuk membela agama, termasuk harus mati dalam membela agama.

Menurut Setara, ada lima faktor yang mempengaruhi tingkat toleransi pelajar di Indonesia, yaitu orang tua, guru agama, teman bergaul, organisasi esktrakurikuler, dan literatur keagamaan.

Baca Juga: KAS Eupen, Klub Tempat Shyane Pattynama Bermain di Liga Belgia Terdegradasi  

Untuk mencegah meningkatnya intoleransi di kalangan pelajar, maka perlu dilakukan perbaikan pada kelima faktor tersebut.

Alternatif lain adalah menyajikan program-program untuk meningkatkan toleransi di kalangan guru.

Baca Juga: Profil Cinta Mega, Anggota DPRD DKI Jakarta yang Terciduk Main Game Ketika Rapat Paripurna

Baca Juga: THE Asia University: Universitas Indonesia adalah Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia

Identitas seseorang bisa menguat ketika isu toleransi terkait erat dengan agama. Hal itu yang membuat politisasi agama meningkat karena identitas agama seseorang semakin kuat.

Temuan Setara itu sangat mengkhawatirkan, sehingga perlu dicarikan solusi secepatnya. Jangan sampai bibit intoleransi semakin marak dan kelak akan sulit untuk diatasi.***

Berita Terkait