DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Saiful Huda Ems: Mustahil Jokowi Mendukung Prabowo

image
Saiful Huda Ems tentang mustahilnya Jokowi mendukung Prabowo.

ORBITINDONESIA.COM - Setelah mereka gagal menyebarkan hoaks selama beberapa tahun dengan isue pasangan Capres/Cawapres Prabowo - Jokowi untuk Pilpres 2024, mereka kemudian beralih dengan menyebarkan isue baru.

Yakni, pasangan Capres/Cawapres Prabowo - Gibran untuk Pilpres 2024. Padahal saya yakin mereka sebetulnya sudah tahu, bahwa saat ini Gibran Rakabuming Raka tengah sibuk mengkampanyekan Capres Ganjar Pranowo di setiap minggunya di Kota Solo dan keliling ke daerah-daerah lainnya.

Tidak hanya sampai di situ, setelah Golkar, PAN dan PKB mengumumkan secara terbuka dukungannya untuk Capres Prabowo, adik kandung Prabowo, yakni Hasyim Djoyohadikusumo menyatakan bahwa deklarasi dukungan Golkar, PAN dan PKB terhadap Capres Prabowo itu terjadi setelah Ketum-Ketum Parpol itu mendapatkan instruksi dari Presiden Jokowi.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Berhasil Kembangkan Agroforestri, Pemuda Desa Mriyan Jadi Betah di Kampung Sendiri

Ini sungguh pernyataan yang sangat mengada-ada dan berbahaya, karena selain menyatut nama Jokowi, juga terkesan menurunkan derajat Jokowi yang merupakan seorang Presiden, dan bukan di level Ketua Umum Partai Politik yang mungkin anggapannya setingkat dengan kakaknya.

Mereka sepertinya sangat tidak percaya diri untuk memenangkan pertarungan Pilpres yang kesekian kalinya diikuti oleh Prabowo.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Setelah gagal mengikuti Konvensi Capres Partai Golkar 2004, lalu gagal lagi Nyawapres di 2009, kemudian gagal lagi Nyapres di 2014, dan terus gagal lagi Nyapres di 2019, kubu Prabowo merasa tidak akan pernah bisa menang jika mereka tidak mengubah taktiknya.

Yakni, mulai harus memberi kesan ke publik bahwa Prabowo satu-satunya Capres 2024 yang didukung penuh oleh Presiden Jokowi untuk bisa nyapres dan menang di Pilpres 2024. Ini sangat mustahil.

Baca Juga: Begini Kronologi Hilangnya Empat Orang Peselancar Asal Australia di Perairan Sumatera Utara, Indonesia

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Pertama, Presiden Jokowi pasti sudah sangat tahu karakter asli Prabowo yang temperamental --dan satunya lagi tak elok untuk saya katakan di sini--, yang sesungguhnya lebih parah dari hanya sekedar temperamental.

Prabowo sikapnya mudah berubah-ubah tergantung suasana kebatinannya. Kita pun bisa melihat karakter itu ketika Prabowo berorasi, beliau kadang tertawa-tawa.

Namun beberapa detik kemudian marah-marah, menggebrak-gebrak meja sampai pernah Amien Rais kemudian mendekatinya dan menenangkannya. Jika karakter Prabowo yang seperti ini dianggap sepele oleh Presiden Jokowi, sungguh itu sebuah hal yang mustahil. Presiden Jokowi itu sangat cerdas dan tak banyak bicara.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Kedua, semua orang tahu bahwa Prabowo merupakan rival politik Jokowi sejak Pilpres 2014 hingga Pilpres 2019.

Kalau Presiden Jokowi mendukung Prabowo di Pilpres 2024, lalu Prabowo menang, maka itu sama halnya dengan rakyat selama ini tidak menyukai dan tidak mempercayai, serta tidak menerima pertanggung jawaban Presiden Jokowi yang memimpin Indonesia selama dua periode.

Baca Juga: Begini Nasib Empat Peselancar Asal Australia yang Sempat Dinyatakan Hilang di Indonesia

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Ingat, dalam Sistem Presidensiil sejatinya laporan pertanggung jawaban Presiden itu sesungguhnya langsung ke rakyat, dan bukan ke parlemen (DPR/MPR) sebagaimana yang lazim terjadi di negara yang menganut Sistem Parlementer.

Penolakan atau penerimaan laporan pertanggung jawaban kinerja Presiden lagsung ke rakyat itu bisa dilihat dari perolehan hasil Pemilu/Pilpres.

Apabila rakyat memilihnya kembali (untuk kasus Presiden yang baru menjabat satu periode), atau rakyat memilih Capres yang didukungnya (untuk kasus Presiden yang sudah menjabat dua periode dan tak bisa menyalonkan kembali), maka itu berarti pertanggung jawaban Presiden itu diterima oleh rakyat.

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Dan jika sebaliknya rakyat tidak memilihnya, itu berarti pertanggung jawaban dari Presiden tersebut telah ditolak oleh rakyat.

Baca Juga: Temani Mario Dandy Satriyo Lakukan Penganiayaan Berat, Shane Lukas Dituntut 5 Tahun Penjara

Gambaran dari sistem tersebut menunjukkan, bahwa bila Capres Prabowo nantinya yang menang, itu berarti sama halnya dengan rakyat selama ini tidak mempercayai dan menolak pertanggung jawaban Presiden Jokowi, hingga rakyat memberikan suaranya pada Capres mantan rival politik Presiden Jokowi.

Baca Juga: SEA Games 2023: Prediksi dan Link Streaming Indonesia Melawan Myanmar, Waktunya Raih Puncak Klasemen

Dan jika itu terjadi, maka itu sama halnya dengan mau mengatakan, bahwa survei LSI Denny JA selama ini yang menyatakan, kepercayaan rakyat pada Presiden Jokowi terus meningkat hingga menembus angka 70 persen lebih adalah bulshit.

Presiden Jokowi sangat tau itu, lalu apakah masuk akal jika Presiden Jokowi mereka klaim telah mendukung Prabowo dan bukan Ganjar Pranowo untuk menang di Pilpres 2024 itu benar adanya? Bulshit sekali bukan?

Ketiga, Presiden Jokowi itu bukan kader Partai Gerindra, Presiden Jokowi itu kader PDIP, demikian pula dengan kedua putranya (Gibran dan Kaesang) serta menantunya (Bobby Nasution) juga merupakan kader PDIP.

Baca Juga: Survei Charta Politika: Bobby Nasution Ungguli Edy Rahmayadi di Sumatra Utara

Baca Juga: Seleksi PPPK 2023 Bakal Jadi Prioritas BKN, Ini Perbandingan Jumlah Formasi dengan CPNS

Apakah masuk akal Presiden dan Walikota Solo serta Walikota Medan yang merupakan kader PDIP dan diusung dari partai tersebut untuk menjadi Presiden dua periode, serta menjadi Walikota (Solo dan Medan) akan berkhianat dengan partainya? Tidak mungkin bukan?.

Mungkin karena menyadari akan hal itu, olehnya merekapun mulai membuat pernyataan yang mengada-ada lagi, bahwa dukungan Presiden Jokowi pada Capres Prabowo itu dikarenakan Jokowi mau dijadikan Ketum atau Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.

Baca Juga: Thailand Open 2023: Lanny Ribka Tumbang, Ganda Putri Indonesia Ambyar

Ooh...sungguh ini kebohongan dan pelecehan terhadap Presiden Jokowi yang kesekian kalinya. Jangan pernah dipercaya! Jokowi itu orang nomor satu yang paling dibenci mayoritas konstituen Gerindra.

Sangatlah mustahil mereka menerima dengan hati lapang untuk menjadikan Jokowi sebagai Ketua Umum atau Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Ini selain tidak logis juga merendahkan derajat Presiden Jokowi yang pamor kepemimpinannya mendunia.

15 Agustus 2023.

Baca Juga: Unik, Polda Jatim Luncurkan Aplikasi Ilmu Semeru untuk Cari Motor yang Hilang Akibat Dicuri

Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pengamat Politik.

Berita Terkait