DECEMBER 9, 2022
Kolom

Yudi Latif: Iman Emansipasi

image
Yudi Latif tentang iman emansipasi (Foto: Antara)

ORBITINDONESIA.COM - Saudaraku, pandanglah pendar cahya sang surya. Terang keemasan mengeluarkan hari dari gelap. 

Datang tak diundang, pergi tanpa pamit; hidupkan seluruh makhluk, melayani tanpa kecuali, mengajak semua rayakan sang kala; bangunkan daya-karya segala nan hayat.

Bila mentari yg mati rasa bisa bangunkan yg hidup. Manusia yg punya rasa mesti lebih bisa bangkitkan yg mati. 

Baca Juga: Yudi Latif: Percaya

Entah seberapa karatan daya pikir kita mati. Otak manusia bak superkomputer kapasitas jutaan megabit, disiasiakan tanpa pemanfaatan.

Entah seberapa limpah karunia kekayaan alam kita mati. Gelimang sumberdaya negeri, memadai makmurkan negeri, terkikis habis tanpa nilai tambah. 

Entah seberapa parah sensitivitas hati kita mati. Berkah ragam agama-budaya pengasah bela rasa berbelok salah ajar, mengeras jd fosil ritual tanpa roh kasih.

Baca Juga: Yudi Latif: Hipotesis Ketuhanan, Diskusi Buku Return of the God Karya Stephen C. Meyer

Ketika nan hidup hanya mengandalkan yg mati, seterang apapun sinar mentari tak bisa menyalakan nurani.

Di langit jiwa yg mati, manusia berjalan bak zombie. Tumpul rasa, asing diri. Tak kenal asal, tak tahu tujuan. Mega mendung selimuti langit hati.

Di tengah kehidupan yg kelam, penduduk negeri menanti kedatangan bintang penuntun. Bagaimana bisa terlahir juru selamat tanpa terang jiwa?

Baca Juga: Yudi Latif: Kenangan Pemilu

Orang-orang harus menyalakan sumbu kalbu. Sesungguhnya setiap pancaran jiwa itu sanggup menerangi alam batin kehidupan. Cahaya hati manusia agung bisa bangkitkan matahati jutaan manusia dari dekapan kegelapan.

Sayang, banyak manusia cuma  mengutuk kegelapan. Menanti cahaya ibarat pungguk rindukan bulan. Terlanjur menikmati jalan sesat, tak kuasa menempuh jalan tobat.

Tak bisa melihat betapa setiap pendosa memiliki masa depan, spt setiap pensuci memiliki masa lalu.

Baca Juga: Yudi Latif: Tata Ulang Negara

Orang-orang percaya mestinya punya sukma bercahaya. Pancaran  kalbunya bergerak meninggi mendekati mentari di titik zenit. 

Setiap amal shalat dan ibadah mestinya gerak mikraj satu derajat lebih tinggi dlm pancaran jiwa.

Jika cahaya iman pemeluk semua agama serempak meninggi setingkat kunang-kunang saja, jutaan manusia bisa dituntun keluar dari kegelapan.

Baca Juga: Yudi Latif: Kekuatan Mitos

Dari kesadaran penglihatan cahaya iman yg menjulang, semua warna menyatu, rasa bersambung, rezeki berbagi. Itulah jalan emansipasi sejati!

Oleh: Yudi Latif, pengamat kebangsaan. ***

Sumber: Yudi Latif Official

Berita Terkait