DECEMBER 9, 2022
Hiburan

Membandingkan Film Dirty Vote dengan Film Komedi Hollywood, Dirty Rotten Scoundrels

image
Adegan film Dirty Rotten Scoundrels (Foto: Facebook)

ORBITINDONESIA.COM - Ramai ramai orang membahas film dokumenter Dirty Vote yang sedang tayang di Youtube, saya teringat film box office di akhir 1980an, berjudul Dirty Rotten Scoundrels, film komedi tentang dua laki laki dan seorang perempuan penipu lihai.

Di film Dirty Rotten Scoundrels, mereka memamerkan kepiawaian seni menipu klas tinggi dengan korban para sosialita dan orang orang elite dan menghasilkan puluhan ribu dolllar. Belakangan yang dijadi korban adalah perempuan yang sedang menipu juga.

Komedian Steve Martin dan aktor Michael Caine berperan di Dirty Rotten Scoundrels sebagai dua penipu yang bersaing untuk menipu seorang ahli waris (Glenne Headly) sebesar $50.000.

Baca Juga: Peneliti Film Hikmat Darmawan: Potensi Penonton Bioskop Indonesia Bisa Tembus 80 Juta Orang

Dirty Rotten Scoundrels adalah remake dari film Bedtime Story tahun 1964, yang ditulis ulang Paul Henning dan Stanley Shapiro bersama Dale Launer .

Film komedi laris Hollywood arahan sutradarai oleh Frank Oz itu mengambil lokasi Cannes, Prancis dan dirilis pada tahun 1988.

Masa itu, saya ingat pertanyaan saya pada Yan Wijaya, senior saya, jurnalis film kawakan ibukota, tentang apa arti judul film itu, saat ramai jadi pergunjingan di sini.

Baca Juga: Megalopolis, Film Terbaru Francis Ford Coppola, Siap Tayang Pada 2024

YaWi, yang dikenal sebagai "ensiklopedi film berjalan" menerjemahkan judul film itu sembari ketawa dan menyebut artinya; "bajingan busuk sialan".

Menjadi kebetulan ketika cerita Dirty Vote dan Dirty Rotten Scoundrels bercerita tentang dua laki laki cerdas dan lihai dan seorang perempuan penipu papan atas menjalankan skenario penipuan yang lihai.

Para wartawan masa kini menyebut tiga aktor di balik Dirty Vote itu sebagai "pakar" yang dengan aktingnya menuding "instrumen kekuasaan telah dimanfaatkan untuk memenangkan pemilu dan merusak tatanan demokrasi".

Baca Juga: Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dessy Ruhati: Film Lokal Tumbuh Positif

Media era medsos pun terhanyut oleh analisis ketiga "pakar" hukum tata negara tersebut, atas kecurangan dalam Pemilu 2024 yang berlangsung di hari ini konon sudah direncanakan secara matang, terstruktur, dan sistematis.

Dirty Rotten Scoundrels meraup sukses di penghujung 1980an, sebagaimana Dirty Vote yang meraih jutaan penonton sejak awal tayangnya.

Tidak diperlukan kecerdasan yang tinggi, untuk tahu bahwa Dirty Vote yang diluncurkan pada "minggu tenang" menjelang Pilpres 2024 ini merupakan upaya merusak pesta demokrasi oleh anak anak sekolahan yang bermental culas dan ketiadaan rasa malu.

Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin: Film Dirty Vote Bagian dari Dinamika Politik yang Ada di Indonesia

Apa lagi, video dokumenter itu dipromosikan oleh para politisi oportunis, president makers, pengacau partai yang biasa mengambil untung dari negara dengan menjilat para elite.

Para politisi kalah itu menyodorkan aksi para penipu, yang berkedok sebagai "pakar hukum" - menjadi Dirty Rotten Scoundrels yang nyata.

Selamat memilih, semoga pilihan kita menjadi presiden - juga para wakil rakyat - yang memajukan Indonesia . Abaikan ocehan para bajingan, sialan, busuk.

Baca Juga: Waduh, Jefri Nichol Sempat Takut Beradu Akting dengan Lutesha di Film Ali Topan

(Oleh: Supriyanto Martosuwito, wartawan dan penulis) ***

Sumber: Facebook@SupriyantoMartosuwito

Berita Terkait