DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Septian Hario Seto: Harga Nikel Perlu Diseimbangkan Agar Dorong Hilirisasi dan Kendaraan Listrik

image
Foto udara aktivitas smelter nikel di kawasan industri milik PT PT Obsidian Stainless Steel (OSS) di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Kamis, 8 Februari 2024. ANTARA FOTO/Jojon/Spt

ORBITINDONESIA.COM - Pemerintah perlu menyeimbangkan harga nikel agar dapat menarik investasi di industri hilir baterai dan kendaraan listrik. Hal itu dikatakan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto.

“Jadi kita juga harus menyeimbangkan bukan hanya dari sisi upstream-nya atau (pelaku usaha) tambang, tapi bagaimana juga kepentingan dari sisi hilir (pelaku manufaktur),” ujar Septian Hario Seto di Jakarta, Kamis, 29 Februari 2024.

Menurut Septian Hario Seto, kalau harga nikelnya terlalu tinggi, maka harga baterai sebagai produk jadi komoditas tersebut juga akan menjadi mahal.

Baca Juga: Ir. Wisnu Salman: Pertambangan Nikel, Mobil Listrik, dan Pencemaran Lingkungan

Ia menuturkan, hal tersebut akan turut berdampak pada tingginya harga kendaraan listrik sehingga tingkat penggunaannya menurun.

Selain itu, Septian mengatakan, jika harga nikel tetap tinggi, maka para pelaku industri akan mencari alternatif bahan baku lain untuk pembuatan baterai kendaraan listrik, misalnya Lithium-Ferro-Phosphate atau LFP, sehingga mempengaruhi permintaan terhadap nikel di masa mendatang.

“Kalau kita teruskan harganya itu tetap tinggi, ya nanti (industri) hilirnya tidak akan tumbuh,” katanya.

Baca Juga: Pengamat Energi Prof Iwa Garniwa: Indonesia Sebaiknya Bangun Pabrik Baterai Berbahan Nikel Dalam Negeri

Dia menegaskan, tujuan pemerintah adalah membangun ekosistem baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir, sehingga keseimbangan harga nikel sebagai bahan baku perlu dijaga.

Melalui upaya tersebut, Septian berharap pemerintah dapat memberikan kondisi yang menguntungkan, baik bagi para pelaku sektor tambang, peleburan, industri manufaktur baterai, maupun industri manufaktur kendaraan.

“Akhirnya harga mobil EV (electric vehicle)-nya bisa lebih murah dan lebih terjangkau buat masyarakat. Jadi, industri dalam negeri kita juga bisa tumbuh dengan kompetitif,” katanya. ***
 

Sumber: Antara

Berita Terkait