DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Dirut Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi: Kebijakan Stabilisasi Pangan Jangka Panjang Penting untuk Kelola Risiko

image
Petugas Bulog mengecek stok cadangan beras pemerintah di Gudang Bulog DKI Jakarta dan Banten, di Kelapa Gading, Jakarta. ANTARA/Kuntum Riswan/aa

ORBITINDONESIA.COM - Kebijakan stabilisasi pangan jangka panjang merupakan hal penting karena dapat mengelola risiko-risiko. Demikian ditegaskan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Kamis, 25 April 2024.

"Salah satu sebab, alasan mengapa Bulog mengusulkan atau memberikan aspirasi perlunya kebijakan stabilisasi pangan jangka panjang adalah untuk juga mengelola risiko-risiko semacam ini," ujar Bayu Krisnamurthi.

Bayu Krisnamurthi menjelaskan, kalau kita punya program jangka panjang, maka risiko kurs mata uang paling tidak bisa sedikit diredam dengan hedging atau menggunakan kontrak pembelian jangka panjang.

Baca Juga: Bayu Krisnamurthi: Bulog Komitmen Penuhi Kebutuhan Beras Masyarakat Hingga Lebaran

"Saya tidak hanya mengatakan untuk impor tapi juga untuk dalam negeri. Itu pentingnya punya kebijakan stabilisasi jangka panjang. Bukan karena kita ingin impor jangka panjang tapi kita juga bisa membuat perencanaan dan melakukan langkah-langkah untuk memitigasi dan mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi," ujar Bayu lagi.

Bayu menjelaskan, untuk impor yang dilakukan Bulog terutama beras dan jagung, seluruhnya karena penugasan dari pemerintah.

Dampaknya, kalau terjadi peningkatan atau penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan pelemahan rupiah, maka karena itu bersifat langsung, bentuknya pengali dengan tonase dikalikan harga dikalikan dengan kurs.

Baca Juga: Kepala Wilayah Bulog Ahmad Mustari: Baru 24 Persen Beras Bantuan Pangan Tersalurkan di Tanah Papua

"Kalau kurs naik 10 persen maka total kebutuhan biaya untuk membayar impor naik 10 persen, itu saja. Jadi langsung sifatnya. Asumsi dolar yang dipergunakan dalam perhitungan biaya Bulog adalah asumsi APBN, jadi bisa melihat perbedaan antara dolar AS riil saat ini dengan asumsi APBN, di situlah terjadinya kenaikan biaya Bulog," katanya pula.

Negara ini masih perlu menjaga stabilitas pangan dalam jangka panjang. Stabilitas pangan bukan hanya urusan jangka pendek atau dari tahun ke tahun, tetapi ini harus menjadi sesuatu yang memiliki perspektif termasuk kemudian perencanaan visi jangka panjang.

"Kita tentu membayangkan bahwa Indonesia naik income per capita-nya, kita diproyeksikan untuk menjadi negara nomor lima terbesar di dunia. Pada saat itu pun sebenarnya stabilitas pangan masih akan tetap penting. Kita lihat negara-negara besar dan maju sekarang pun mereka semua memiliki kebijakan dan mekanisme menjaga stabilitas pangannya," kata Bayu.

Baca Juga: Untuk Stabilkan Harga, Bulog Karawang Sebar Beras SPHP Hingga Menjelang Lebaran 2024

Dengan demikian, katanya lagi, aspirasinya adalah untuk Indonesia memiliki kebijakan stabilitas pangan jangka panjang. Sebagai bagian dari stabilitas pangan jangka panjang, yakni adanya jaring pengaman sosial pangan.

Bahkan pada negara maju sekalipun ada mekanisme untuk menjamin dan memastikan bahwa masyarakat yang kurang beruntung dibandingkan lainnya, maka harus ada jaring pengamannya terutama untuk pangan.

Hal ini merupakan aspirasi yang penting. Dalam konteks itu, tentunya tergantung pada pemerintah, misalnya bantuan pangan merupakan salah satu bentuk dari jaring pengaman sosial pangan, katanya lagi.

Baca Juga: Entang Sastraatmadja: Bulog, Mau Beli Gabah atau Beras?

Menurut Bayu, bagian dari kebijakan stabilitas pangan jangka panjang yakni harus ada usaha yang lebih sistematis untuk mendukung secara lebih baik lagi kepada para petani dalam memproduksi pangan. ***

Sumber: Antara

Berita Terkait