PBB Desak Israel Hormati Hukum Laut Usai Serang Armada Global Sumud Flotilla yang Menuju Gaza
ORBITINDONESIA.COM - Perserikatan Bangsa-bangsa pada Kamis, 2 Oktober 2025, menyerukan Israel untuk menghormati hukum maritim dan tidak mencederai warga sipil saat menyerang armada Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
"Tentu, Kami meyakini hukum laut internasional harus ditegakkan," ujar juru bicara Farhan Haq dalam konferensi pers, seraya menegaskan bahwa prioritas PBB adalah memastikan keselamatan semua orang di atas kapal dan berharap mereka diperlakukan adil, dengan menghormati hak dan martabat mereka.
Menanggapi pertanyaan apakah serangan Israel melanggar hukum internasional, Haq menjawab: "Kami memahami Hukum Laut, dan kami yakin semua negara harus mematuhinya."
Meskipun mengakui klaim Israel tentang "koridor keamanan", ia menekankan bahwa "bagi kami, prioritasnya adalah memastikan tidak ada seorang pun yang berada di kapal kemanusiaan ini yang terluka."
Dia juga menggarisbawahi dukungan PBB atas upaya kemanusiaan itu, dengan mengatakan kami ingin semua upaya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza didukung penuh.
Ketika ditanya apakah armada itu merupakan eskalasi (bentuk provokasi), Haq menjawab: "Tidak. Kami tidak menganggap armada itu eskalasi, tetapi kami menyadari bagaimana konsekuensi ini terjadi di darat dan di perairan".
Perhatian utama PBB adalah memastikan semuanya diselesaikan secara damai tanpa kekerasan, terutama bagi mereka yang berpartisipasi dalam aksi damai ini.
"Kami yakin bahwa orang-orang yang hanya membawa bantuan kemanusiaan seharusnya tidak diserang," ujarnya, menegaskan kembali perlunya melindungi hak-hak asasi manusia.
Angkatan laut Israel menyerang armada tersebut saat mendekati pantai Gaza pada Rabu malam dan menahan setidaknya 443 aktivis di dalamnya, kata penyelenggara.
Komite Internasional untuk Menembus Blokade di Gaza (ICBSG) mengonfirmasi bahwa 22 kapal telah diserang dan disita oleh Israel, dan 19 kapal diyakini telah diserang, tetapi belum mendokumentasikannya.
Dari empat kapal yang tersisa, dua kapal pendukung berbalik arah, sementara kapal Marinet terus berlayar menuju Gaza tetapi masih jauh setelah terlambat tiba karena kerusakan teknis, tambahnya.
Armada tersebut, yang sebagian besar memuat bantuan kemanusiaan dan pasokan medis, berlayar pada akhir Agustus. Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa tahun sekitar 50 kapal berlayar bersama menuju Gaza, membawa ratusan pendukung sipil.
Israel telah mempertahankan blokade terhadap Gaza, rumah bagi hampir 2,4 juta orang, selama hampir 18 tahun, dan meningkat pada Maret dengan menutup penyeberangan perbatasan dan memblokir pengiriman makanan dan obat-obatan, yang mendorong daerah kantong Palestina itu ke mengalami bencana kelaparan.***