Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung Desak Korut Pertimbangan Komunikasi Keluarga yang Terpisah
ORBITINDONESIA.COM - Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, mengatakan bahwa Korea Utara seharusnya mempertimbangkan untuk mengizinkan keluarga yang terpisah akibat Perang Korea 1950-1953 untuk mengonfirmasi nasib kerabat mereka dan bertukar surat.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Lee Jae Myung pada Jumat, 3 Oktober 2025, di tengah tidak adanya tanda-tanda kemajuan dalam hubungan antar-Korea.
Sejak menjabat pada Juni tahun ini, Presiden Korea Utara telah berupaya menjalin kembali hubungan dengan Korea Utara, namun ketegangan di Semenanjung Korea tetap tinggi.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menolak kemungkinan dialog dan menyebut hubungan antar-Korea sebagai hubungan “dua negara yang saling bermusuhan.”
“Saya pikir sudah menjadi tanggung jawab para kalangan politik di Korea Selatan dan Utara untuk memungkinkan keluarga yang terpisah memastikan apakah kerabat mereka masih hidup dan, setidaknya, bertukar surat,” kata Lee saat bertemu dengan para lansia yang melarikan diri dari Korea Utara ke Korea Selatan selama masa perang.
Kedua negara secara teknis masih berada dalam keadaan perang karena Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai. Perbatasan antar-Korea tertutup rapat tanpa adanya komunikasi langsung seperti surat, telepon, atau internet bagi warga biasa.
“Saya ingin menyampaikan kepada pihak Utara agar mempertimbangkan langkah-langkah ini atas dasar kemanusiaan," ujar Lee saat berada di Observatorium Perdamaian Ganghwa di Incheon, sebelah barat Seoul, yang menghadap langsung ke Korea Utara.
“Meskipun kita berada dalam konfrontasi, konflik, dan persaingan secara militer maupun politik, langkah ini tetap penting dari sisi kemanusiaan,” tambahnya,
Pernyataan Lee disampaikan pada hari pertama libur panjang Chuseok, beberapa hari setelah Kim Jong-un kembali menegaskan sikap bermusuhannya terhadap Korea Selatan, sambil menyebut bahwa dia masih mengingat dengan baik Presiden AS Donald Trump.
Lee menyebut bahwa idealnya, keluarga yang terpisah bisa bertemu langsung dan hidup bersama kembali. Namun ia mengakui bahwa kondisi hubungan saat ini terlalu bermusuhan untuk mewujudkan hal itu dalam waktu dekat.
“Saya merasa bersalah karena ini semua akibat kekurangan dari para politisi seperti saya," ucapnya dan menambahkan bahwa dirinya berjanji akan terus berupaya hingga hari pertemuan keluarga bisa terwujud kembali.
Adapun pada 2023, Kim mendefinisikan hubungan antara Korea sebagai hubungan antara dua negara yang saling bermusuhan dan berjanji untuk tidak mengejar rekonsiliasi atau penyatuan dengan Selatan.
Korea yang terpecah telah mengadakan 21 putaran reuni sejak pertemuan puncak bersejarah para pemimpin mereka pada tahun 2000, yang mempertemukan lebih dari 20.000 anggota keluarga yang belum pernah bertemu sejak perang.
Biasanya, reuni keluarga diadakan saat libur besar seperti Chuseok atau hari libur nasional lainnya. Terakhir kali reuni dilakukan adalah pada tahun 2018.
Pada 2022, Korea Selatan sempat mengusulkan pembicaraan dengan Korea Utara untuk membahas reuni keluarga, namun Utara belum menanggapi tawaran itu.
Reuni keluarga merupakan isu kemanusiaan yang mendesak di semenanjung yang terpecah, karena sebagian besar anggota keluarga yang terpisah berusia 70-an dan 80-an dan ingin bertemu kembali dengan kerabat mereka yang telah lama hilang sebelum mereka meninggal.***