Utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung: Solusi atau Beban Baru?

ORBITINDONESIA.COM – Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintah membayar utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebesar Rp 1,2 triliun per tahun, menyebutnya bukan masalah besar.

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menghadapi polemik utang yang signifikan. Beban utang ini menimbulkan kekhawatiran publik terkait keberlanjutan dan dampaknya pada ekonomi nasional. Pada 2024, konsorsium BUMN mencatat kerugian besar, memicu pertanyaan tentang manajemen proyek ini.

Presiden Prabowo mengklaim dana untuk membayar utang berasal dari penghematan korupsi. Namun, beban kerugian harian yang ditanggung konsorsium mencapai Rp 11,493 miliar. Meskipun manfaat seperti pengurangan kemacetan dan polusi diakui, keuangan proyek ini tetap menjadi sorotan.

Proyek ini menjadi simbol kerja sama Indonesia-Tiongkok. Prabowo berpendapat, aspek manfaat sosial harus lebih diutamakan daripada hitungan untung rugi. Namun, skeptisisme muncul mengenai efektivitas dan transparansi pengelolaan utang serta manfaat ekonomi jangka panjang.

Kepemimpinan dan tanggung jawab Prabowo dalam proyek ini diuji. Pertanyaannya, apakah optimisme presiden dapat menjawab tantangan finansial yang ada? Sebuah imbauan untuk melihat proyek ini sebagai peluang, bukan sekadar beban, mungkin diperlukan.