Kengerian El-Fasher: Kota yang Berubah Jadi Kuburan Massal

ORBITINDONESIA.COM – Sudan barat sekali lagi menjadi saksi bisu dari kengerian konflik berkepanjangan yang menelan korban jiwa tak terhitung. Para penyintas dari el-Fasher, kini berlindung di Tawila, menceritakan kisah memilukan tentang mayat bergelimpangan dan keluarga yang tercerai-berai.

El-Fasher, kota besar di Darfur Utara, jatuh ke tangan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pada 26 Oktober setelah pengepungan selama 18 bulan. Lebih dari satu juta penduduknya terjebak dalam kekacauan, dengan laporan tentang eksekusi singkat dan penjarahan merajalela. Data dari WHO mencatat ratusan pasien tewas di rumah sakit, sementara puluhan ribu warga terpaksa mengungsi.

Citra satelit dari Universitas Yale mengungkapkan setidaknya 31 lokasi dengan objek menyerupai tubuh manusia, menandai skala kekejaman yang terjadi. Tanah yang berubah kemerahan, kemungkinan akibat darah dan pembakaran jenazah, semakin menegaskan tragedi di el-Fasher. RSF kini menguasai kota besar terakhir yang sebelumnya dikuasai militer Sudan, memperparah krisis kemanusiaan yang sudah parah.

Kisah dari el-Fasher adalah cerminan dari konflik berkepanjangan di Sudan yang sering kali diabaikan dunia. Fatima Yahya dan Farhat Said adalah dua dari banyak suara yang menggambarkan trauma mendalam dan kesedihan. Kehilangan orang tercinta di tengah kekerasan brutal ini adalah kenyataan yang menimpa ribuan warga sipil yang terjebak dalam pertempuran kekuasaan.

Tragedi di el-Fasher menuntut perhatian dan aksi dari komunitas internasional untuk menghentikan kekejaman ini. Bagaimana dunia akan merespons penderitaan yang dialami rakyat Sudan adalah pertanyaan yang harus dijawab segera. Masyarakat global tidak bisa lagi menutup mata terhadap bencana kemanusiaan yang terus berlanjut ini.

(Orbit dari berbagai sumber, 5 November 2025)