DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Nasihat Babo: Kingmaker Tetap Megawati, Bukan Jokowi

image
Jokowi dan Megawati. Kingmaker tetap Megawati, Jokowi setia ke PDIP.

ORBITINDONESIA - Kalau anda belum mengenal Megawati, maka anda bisa saja tidak suka dengan Megawati. Saya bukan orang dekat dengan dia. Tapi saya hanya barpatokan dengan satu hal.

Tidak ada satupun adik adiknya Megawati yang jadi konglomerat. Tidak ada satupun anak dan mantunya yang jadi konglomerat. Tidak ada satupun anaknya yang jadi Bupati atau Gubernur.

Sampai kini Megawati masih hidup dari usaha SPBU. Padahal peluang jadi konglomerat tidak sulit karena dia pernah jadi Presiden dan kini hampir 10 tahun sebagai partai pengusung presiden.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Newcastle Menang Besar Atas Southampton, West Ham United Takluk Lawan Crystal Palace

Saya sedih saja ada tagar ingin gantikan Megawati di luar munas. Walau itu hanya omong kosong, tetapi tetap saja menyinggung kader PDIP di mana saja.

Untuk Anda ketahui, 10 tahun dia jadi oposisi era SBY, tidak menjadikan PDIP partai gurem. Mengapa? karena PDIP itu punya konstituen yang kesetiaan ideologisnya tidak pernah berkurang atau bahkan bertambah.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Yaitu ada 12 % suara PDIP. Mereka adalah yang ada di kantong kantong kemiskinan dan mereka yang pernah dizolimi di era Soeharto, yang sampai kini keturunan mereka masih miskin.

Jadi andaikan, PDIP itu tidak kampanye sekalipun, mereka tetap kuasai dua digit suara.

Baca Juga: MotoGP Valencia, Alex Rins Juara, Bagnaia Juara Dunia 2022

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Anda bisa saja mengatakan bahwa Jokowi effect meningkatkan suara PDIP. Itu boleh saja. Tetapi faktanya sejak Jokowi jadi Presiden suara PDIP tidak meningkat significant.

Tahun 2014 suara PDIP 18,95%. Tahun 2019, perolehan suara 19,33%.

Bandingkan dengan Partai Demokrat yang partai baru berdiri tahun 2004, tahun 2009 pada periode ke dua SBY, bisa dapat suara 20,85%.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Artinya nilai sendiri. Apakah PDIP mumpuni terhadap demokrasi bahwa winner will takes all.

Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru 2022 di Super Air Jet Butuh Pramugari dan Pramugara

Yang saya kagum dengan Megawati adalah last minute, dia pilih Ma’ruf Amin sebagai Wakil Jokowi. Tahu artinya? dia sangat paham politik negeri ini. Bahwa keberagaman penting.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Satu satunya sahabatnya yang terus setia dengannya adalah Prabowo. Mengapa? Karena Prabowo sangat menghormati keberagaman.

Politik Prabowo adalah politik persatuan. Apapun pengorbanan dia akan lakukan. Pengorbanan terbesar adalah mengalah dan dikalahkan.

Cobalah andaikan last minute, pada Pemilu 2019, PS memilih PKS atau ulama sebagai wakilnya. Bisa berderak politik NKRI.

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Menang Tipis Atas Chelsea, Arsenal Kembali ke Puncak Geser Manchester City

Anda tahu semua secara histori antara Soekarno dan Islam itu punya sejarah kelam. Tidak mudah bagi Megawati untuk berdamai dengan luka sejarah itu.

Sama halnya luka sejarah TNI dengan Soekarno. Tapi Megawati berusaha diam dengan setiap wacana. Walau setiap kata katanya dijadikan bahan ketawaan.

Baca Juga: SEA Games 2023: Prediksi dan Link Streaming Indonesia Melawan Myanmar, Waktunya Raih Puncak Klasemen

Saran saya pribadi kepada Pengusung Anies dan Ganjar. Ubah kelakuan kalian. Jangan terprovokasi dengan politik saling sinis satu sama lain.

Kalau ada yang provokasi soal politik identitas, jangan terprovokasi wacana di media massa dan sosial media. Focus aja tebarkan kebaikan masing masing jagoannya.

Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru 2022 di PT Bank Muamalat Indonesia Butuh Mulia Teller

Baca Juga: Survei Charta Politika: Bobby Nasution Ungguli Edy Rahmayadi di Sumatra Utara

Kalau enggak, yakinlah baik Anies dan Ganjar tidak akan dapat apa apa. Hanya halu saja. Caranya? Utamakan politik persatuan. Ya tirulah sikap Ganjar yang tetap setia kepada PDIP. Baginya PDIP adalah rumah dan Megawati adalah orang tuanya.

Begitu pula jangan terprovokasi seolah olah Jokowi itu king makers. Itu hanya provokasi media massa. Sebenarnya tidak.

King Maker tetap Megawati. KIB itu dirancang oleh elite PDIP. Bukan oleh Jokowi. Jangan halu. Jokowi hanya menjalankan tugasnya sebagai presiden mengawal pemilu damai dan sukses.

Baca Juga: Thailand Open 2023: Lanny Ribka Tumbang, Ganda Putri Indonesia Ambyar

Jokowi akan berakhir sampai tahun 2024, dan setelah itu dia akan kembali ke komunitasnya sebagai kader PDIP. Jokowi tidak akan pernah berkhianat kepada PDIP.

(Erizeli Jely Bandaro/Babo) ***

Berita Terkait