DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Analisis: Anies Baswedan Menelan Karma Akibat Politik Identitas yang Dimainkan di Pilkada DKI 2017

image
Anies Baswedan (kiri) terkena karma politik identitas Pilkada DKI 2017

ORBITINDONESIA - Keuskupan Agung Medan membantah keras kabar di Youtube bahwa 70 pastor telah mendukung Anies Baswedan dalam deklarasi pencapresan Anies di Medan.

Bantahan keuskupan itu disampaikan lewat siaran pers pada 3 November 2022. Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta ini, tampaknya kini sedang menelan karma.

Politik identitas yang dimainkan Anies Baswedan pada Pilkada DKI 2017 untuk mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kini berbalik pada Anies.

Baca Juga: Bursa Transfer Liga 1: Resmi, Rizky Pellu CLBK dengan PSM Makassar

Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Newcastle Menang Besar Atas Southampton, West Ham United Takluk Lawan Crystal Palace

Pada Pilkada DKI disebarkan narasi bahwa haram hukumnya umat Islam memilih pemimpin kafir (Ahok).

Tak dinyana, karena niat mau maju ke Pilpres 2024, Anies butuh dukungan suara umat nonmuslim. Suara kelompok Islamis macam HTI/FPI tak cukup untuk memenangkan Anies jadi Presiden.

Baca Juga: Ingin Berkebun Tapi Halaman Sempit, Ini Tips Budidaya Kangkung dengan Sistem Hidroponik

Kini, dengan susah payah, para pendukung Anies mencoba menghapus jejak politik identitas itu. Mereka membuat narasi, bahkan tidak malu membuat hoaks bahwa Anies didukung oleh Gereja Katolik lewat 70 pastor tersebut.

Dalam narasi Youtube tersebut dikatakan, ada 70 pastor di Pematangsiantar yang mendeklarasikan mendukung Anies.

Baca Juga: MotoGP Valencia, Alex Rins Juara, Bagnaia Juara Dunia 2022

Baca Juga: Kemenkumham DKI Gelar Diseminasi Penjaringan Calon Pemberi Bantuan Hukum, Ibnu Chuldun: Semangat Mengabdi

Sudah ada beberapa pastor di Medan yang membuat Youtube bahwa Anies lah harapan bangsa, yang bisa mempersatukan bangsa di Indonesia yang belakangan ini mulai terkotak-kotak.

Narasi Youtube itu ternyata Cuma hoaks. RP Yosafat Ivo Sinaga OFMCap, Ketua Komisi Kerawam, Keuskupan Agung Medan menegaskan, dalam Gereja Katolik, para klerus (pastor) tidak boleh atau bahkan dilarang terlibat politik praktis.

Politik praktis itu, misalnya, menjadi tim sukses, atau terlibat langsung dalam partai politik, dan menyampaikan dukungan ke publik terhadap figur tertentu.

Baca Juga: Piala AFF U19: Kalahkan Filipina 5-1, Peluang Indonesia ke Semifinal Tetap Terbuka

Ini berdasarkan Kitab Hukum Kanonik 287 paragraf ke-2.

Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru 2022 di Super Air Jet Butuh Pramugari dan Pramugara

Gereja Katolik selalu menjaga dan memelihara persatuan multietnik, suku dan agama.

Baca Juga: Piala Dunia U20: Uruguay dan Korea Selatan Amankan Tiket Semifinal

Karena itulah Gereja Katolik tidak pernah berpijak pada salah satu poros, entah itu partai atau tokoh tertentu.

Tegasnya, Gereja Katolik tetap menjaga netralitas. Untuk mewujudkan netralitas itulah para pastor tetap menjaga dan memelihara persatuan dengan tidak jatuh dalam poros tertentu.

Keuskupan Agung Medan menghimbau untuk menjalankan politik yang elegan dan etika politik yang benar. Tidak menghalalkan segala cara demi nafsu politik.

Baca Juga: Prediksi Dampak El Nino di Indonesia, Produktivitas Panen Padi Berkurang 5 Juta Ton

Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Menang Tipis Atas Chelsea, Arsenal Kembali ke Puncak Geser Manchester City

“Politik itu sejatinya mempersatukan dan bukan memecah belah. Politik itu hendaknya dijalankan demi kepentingan dan kesejahteraan bersama,” kata Keuskupan Agung Medan.

Keuskupan Agung Medan juga menyampaikan seruan agar semua tetap bersikap kritis terhadap pemberitaan di medsos, yang mungkin tidak menyampaikan berita yang benar.

Baca Juga: SEA Games 2023: Prediksi dan Link Streaming Indonesia Melawan Myanmar, Waktunya Raih Puncak Klasemen

Jangan terlalu cepat percaya, apalagi memforward berita yang belum tahu kebenarannya.

“Kita juga jangan mudah terprovokasi oleh isu-isu yang memecah belah persaudaraan di antara kita,” kata Keuskupan Agung Medan.***

 

Berita Terkait