DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Mengenal 7 Motif Batik Khas Banyuwangi, Lengkap dengan Filosofinya

image
Mengenal 7 Motif Batik Khas Banyuwangi, Lengkap dengan Filosofinya

ORBITINDONESIA.COM- Banyuwangi dikenal memiliki banyak motif batik. Bahkan lebih dari 40 motif batik yang kaya dengan nilai filosofi.

Berikut 7 motif batik khas Banyuwangi yang cukup populer dan memiliki filosofi yang mendalam.

Seperti diketahui, batik merupakan salah satu ikon penting Indonesia dan warisan seni adiluhung untuk motif pakaian.

Baca Juga: New Year Gaza 24 B

Baca Juga: Siapa Pemeran dan Karakter Transformers Rise Of The Beasts Ini Penjelasan Paling Lengkap Autobots, Decepticons

1. Manuk Kecaruk

Manuk Kecaruk menggambarkan dua ekor burung yang sedang bertemu. Pertemuan burung ini mengandung banyak makna, di antaranya kasih sayang, persahabatan, keindahan dan kelestarian lingkungan.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PSI yang Dipimpin Kaesang Hanya 1,5 Persen, Gerindra Salip PDI Perjuangan

Manuk yang berarti burung, sementara kecaruk dalam Bahasa Using memiliki makna bertemu dengan tidak sengaja.

2. Jajang Sebarong

Motif Jajang Sebarong juga jadi andalan untuk menunjukkan indahnya persatuan di Banyuwangi. Jajang memiliki makna bambu bagi masyarakat Suku Using.

Baca Juga: Ditemani Erick Thohir, Prabowo Subianto Makan Siang Bersama Pelaku Usaha Muda

Baca Juga: Tiga Kali Gagal Bina Rumah Tangga, Sopir Odong Odong Asal Pekalongan Ini Hamili Remaja 17 Tahun di Kalideres

Sementara sebarong memang istilah umum bagi masyarakat Jawa untuk menyebut serumpun bambu.

Serupa dengan filosofi motif Kangkung Setingkes, Jajang Sebarong juga menggambarkan simbol persatuan dan perdamaian.

Baca Juga: Yasonna H Laoly Dampingi Megawati Soekarnoputri Selama Jadi Juri Jayed Award 2023 di Roma

Masih banyak lagi motif di Banyuwangi, beberapa di antaranya seperti Jenon, Ukel, Alas Kobong, Moto Pitik, Blarak Sempleh, Kelabangan, Dilem Sempleh, Sembrug Cacing, Semanggian, Totogan, Wader Kesit, Jengkingan, Garudo Mungkur, Complongan, Ulo Buntung Beras Kutah dan lainnya.


3. Gajah Oling

Gajah Oling jadi motif batik yang paling tertua di Kabupaten Banyuwangi. Motif batik ini memiliki ciri khas gambar menyerupai belalai gajah yang sedang terlipat menyerupai bentuk tanda tanya.

Baca Juga: Jadi Juri Zayed Award 2024, Megawati Diwawancarai Radio Vatikan

Baca Juga: Lebih Condong ke Siapa, Jokowi Sebutkan Kriteria Orang yang Layak Jadi Presiden Indonesia Gantikan Dirinya

Sementara pada bagian tepi, terdapat pengkayaan motif bergambar bunga kelapa dan kupu-kupu.

Gajah merupakan simbol hewan yang besar, sementara kata Oling dalam masyarakat Suku Using, diambil dari kata Eling atau yang bermakna pengingat.

Baca Juga: Dugaan Operasi Tangkap Tangan Gubernur Abdul Gani Kasuba, KPK Gelandang 3 Pejabat Maluku Utara ke Jakarta

Bila digabung, antara simbol kebesaran dan pengingat, motif tersebut jadi pengingat kepada yang maha besar atau Tuhan sang pencipta.

Sementara bunga kelapa yang ada di bagian tepi motif juga bermakna agar manusia bisa bermanfaat seperti pohon kelapa. Semua bagian pohon kelapa memang tidak terbuang, atau bermanfaat untuk beragam kebutuhan, dari daun, buah hingga bagian kayunya.

 

Baca Juga: BMKG: Hujan Lebat Berpotensi Turun di Beberapa Kota

4. Kangkung Setingkes

Motif batik Kangkung Setingkes merupakan ekspresi masyarakat agraris di Banyuwangi yang menggambarkan sayur kangkung dalam satu ikatan (setingkes).

Motif ini memang serupa dedaunan kangkung yang sedang diikat. Meski sederhana, motif ini memiliki filosofi yang mendalam.

Baca Juga: Peringati Hari Bela Negara, Ibnu Chuldun: Bersatu dan Berkontribusi untuk Indonesia Maju

Kangkung merupakan tanaman liar yang sangat mudah tumbuh dengan subur. Rasanya pun enak bila dimasak, serta memiliki banyak kandungan untuk kesehatan.

Kemudian ikatan kangkung menggunakan seutas tali bermakna agar setiap orang yang sedang membangun hubungan rumah tangga dengan orang yang dicintai, agar tetap bersatu tidak sampai bercerai.

Sementara makna yang lebih luas, agar rasa persatuan di Banyuwangi terus tumbuh subur mulai dari unsur agama, budaya, suku yang ada di Banyuwangi.

Baca Juga: Permohonan Layanan Melonjak, Sandi Andaryadi: Imigrasi DKI Jakarta Harus Bekerja Prima


5. Kopi Pecah

Sebagai daerah penghasil kopi robusta, motif batik Kopi Pecah juga memiliki makna yang mendalam. Meski tampak sederhana, goresan batik bergambar kopi yang pecah menggambarkan makna perjuangan dan pengorbanan.

Sebelum kopi digiling dan diseduh menggunakan air panas untuk dinikmati, ada banyak perjuangan yang harus ditempuh. Kopi yang pecah justru akan mengeluarkan rasa harum.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah

Kopi Pecah juga menjadi ekspresi para perempuan Suku Using yang menumbuk kopi dengan lesung. Sebelum ditumbuk, tentu sudah ada perjuangan memetik, penjemuran, sangrai dan rela dipecah untuk menghasilkan rasa harum.


6. Batik Galaran

Motif batik Galaran juga memiliki makna filosofis yang cukup kuat. Motif ini memang sederhana, hanya menggambarkan bambu yang dipecah-pecah namun serat seratnya tetap menyatu.

Baca Juga: Kepala Kanwil Kemenkumham DKI Jakarta Ibnu Chuldun Resmikan Laboratorium Peradilan Pidana Universitas Yarsi

Galaran bagi orang Banyuwangi merupakan tempat untuk alas duduk atau tidur. Motif ini menunjukkan bahwa orang-orang Banyuwangi memiliki kreativitas tinggi. Salah satunya tercermin dari masyarakat Gintangan yang menjadi sentra perajin bambu.

7. Paras Gempal

Motif Paras Gempal diambil dari kata Paras yang sangat keras. Paras merupakan bagian kasar dan keras yang ada di dasar sumur atau sungai. Tekstur keras ini menggambarkan kerja keras untuk mencapai harapan yang diinginkan.

Baca Juga: Pembunuh Petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus Jadi Tersangka, Sandi Andaryadi: Kami Apresiasi Polda Metro Jaya

Sementara gempal, artinya terpecah. Paras yang keras pun bisa pecah bila masyarakat tidak saling menguatkan dan mempertahankan kerukunan.

Kamu bisa mendapatkan beragam informasi dan artikel lainnya dari OrbitIndonesia.com di Google News.

 

Berita Terkait